tag:blogger.com,1999:blog-89796352803514575962024-03-27T16:53:21.728-07:00Belajar Bareng Kiddos.. Menjadi orang tua tak membuat kita serta merta menjadi tahu segalanya..seringkali anak-anaklah yang mengajari kita banyak hal, bersyukurlah bila kita bisa belajar bersama merekavivifajarhttp://www.blogger.com/profile/10518366825549545671noreply@blogger.comBlogger215125tag:blogger.com,1999:blog-8979635280351457596.post-72731652178597579892023-08-29T22:55:00.002-07:002023-08-29T22:56:34.716-07:00Kakak's Journey (Prolog) : Becoming the Indonesian International Student Mobility Award(IISMA) 2023 Awardee<h2 style="text-align: left;"><span style="font-family: courier; font-size: small;">Prolog</span></h2><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: courier;"><span><i>14 April 2023, pukul 22.30, bertepatan dengan malam ke-24 Ramadhan 1444 H, Kakak baru saja pulang dari kantor tempatnya menjalani internship dua bulan belakangan ini dan mendapati ruang tamu kami yang kecil mungil penuh sesak. Ayah, bunda, dan adik-adik masih setia menahan kantuk bakda sholat tarawih. Apa pasal? kami menunggu pengumuman awardee </i></span><span><i>Indonesian International Student Mobility Award</i></span><i> (IISMA) tahun 2023 dan itu bukan main rasanya..:D. Deg-deg-an dan gak sabaran, padahal yang tes kakak seorang, sementara kami yang lain adalah suporter, tapi seolah kami bisa merasakan apa yang sedang kakak rasa. Melihat wajah lelah kakak malam itu, dan matanya yang masih penuh harap, bunda tak tega.</i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: courier;"><i><br /></i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: courier;"><span>Bagi yang belum familiar dengan program IISMA, program ini </span><span style="text-align: justify;">adalah bagian dari program Kampus
Merdeka atau MBKM dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia (Kemendikbudristek RI) berupa pemberian </span><b style="text-align: justify;">beasiswa </b><span style="text-align: justify;">yang
bertujuan membiayai mahasiswa Indonesia dari program Sarjana (S1) maupun Vokasi
(Diploma) yang terpilih dalam program mobilitas internasional ke perguruan
tinggi dan industri terbaik dunia. Apabila berhasil terpilih sebagai
penerima beasiswa IISMA, mahasiswa program S1 nantinya dapat mengikuti
perkuliahan di universitas di luar negeri selama satu semester (4-6
bulan). </span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: courier; text-align: justify;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: courier;"><span style="text-align: justify;">Tahun 2023 ini merupakan tahun ketiga Kemendikbudristek RI menyelenggarakan seleksi IISMA dan berdasarkan rilis terakhir dari laman Kemendikbudristek diketahui bahwa hingga pendaftaran ditutup pada hari Kamis, 9 Maret 2023, sebanyak 12.704 mahasiswa jenjang sarjana dan diploma resmi terdaftar sebagai calon peserta, dan 9.116 diantaranya berhasil menyelesaikan semua persyaratan berkas yang harus diunggah pada laman </span><span><span><a href="https://iisma.kemdikbud.go.id/">https://iisma.kemdikbud.go.id/</a>. Mereka yang berhasil menyelesaikan semua persyaratan berkas terdiri dari 7.664 mahasiswa sarjana dan 1.452 mahasiswa vokasi.</span></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: courier;"><br /></span></div><span style="font-family: courier;"><br style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #6d6e76;" /></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: courier;"><span>Tahun 2022 lalu, sewaktu kakak masih duduk di semester 4, ia pernah mencoba mengajukan aplikasi beasiswa IISMA. Sebanyak 7.501 mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia mengajukan aplikasi kala itu dan sekitar 1.200 orang diantaranya berhasil lulus sebagai </span><span><i>awardee. </i>Sayangnya perjuangan kakak terhenti di tahap wawancara. </span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: courier;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: courier;">Tahun 2023, saat memasuki semester 6, kakak sekali lagi minta ijin pada ayah dan bunda untuk mencoba kembali seleksi IISMA. Rupanya ia masih penasaran, mengingat pengalamannya tahun sebelumnya yang gagal meraih hasil maksimal, sementara tahun 2023 ini menjadi tahun terakhirnya untuk dapat mencoba kembali karena batasan yang ditetapkan oleh penyelenggara program IISMA.</span></div><div style="text-align: right;"><span style="font-family: courier; text-align: justify;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="text-align: justify;"><span style="font-family: courier;">Ketentuan pendaftaran program IISMA
Tahun 2023 untuk mahasiswa program S1 adalah sebagai berikut:</span></span></div><div><ol style="text-align: left;"><li style="text-align: left;"><span style="text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: courier;">Terdaftar sebagai
mahasiswa aktif jenjang S1 Perguruan Tinggi Dalam Negeri (PTDN) di bawah
Kemendikbudristek.</span></span></li><li style="text-align: left;"><span style="text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: courier;">Warga Negara Indonesia
(WNI) yang menetap di Indonesia dan tidak berkewarganegaraan ganda.</span></span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: courier;">Sedang menempuh pendidikan
di semester 4 atau 6 jenjang S1.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: courier;"><span style="font-feature-settings: normal; font-kerning: auto; font-optical-sizing: auto; font-stretch: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; font-variation-settings: normal; line-height: normal;"> </span><span style="text-align: justify; text-indent: -0.25in;">Maksimal berusia 23 tahun
pada Juli 2023.</span></span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: courier;">Tidak pernah mengambil
cuti semester selama berkuliah.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: courier;">Tidak pernah
mengikuti <b style="text-align: justify; text-indent: -0.25in;">mobilitas internasional secara fisik, </b><span style="text-align: justify; text-indent: -0.25in;">termasuk
s<i>ummer/winter program, internship, exchange, credit mobility, sit-in,
dual/double degree</i> atau program sejenis yang memiliki beban kredit/sks selama
kuliah.</span></span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: courier;">Memiliki IPK minimal 3.0
(dari 4.0) yang dibuktikan dengan transkrip akademik terakhir.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: courier;">Mengirimkan nilai
sertifikasi kemampuan berbahasa Inggris yang cukup, yaitu minimal 6.0 untuk
nilai IELTS, 78 untuk TOEFL iBT atau 100 untuk nilai hasil Duolingo English
Test (untuk program vokasi : nilai <span style="text-align: justify; text-indent: -0.25in;">6.0 untuk nilai IELTS, 60
untuk TOEFL iBT , 95 untuk nilai hasil Duolingo English Test atau 605 untuk
nilai TOEIC).</span></span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: courier;">Dinominasikan oleh wakil Rektor bidang Akademik dari PTDN
masing-masing.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: courier;">Tidak
mengikuti program kampus merdeka lainnya selama mengikuti program IISMA.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: courier;">Tidak
mengikuti lebih dari 1 program flagship kampus merdeka sebelum mendaftar
program IISMA.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: courier;">Tidak
melanggar hukum yang berlaku di Indonesia.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: courier;">Bersedia
menaati seluruh aturan dan mengikuti seluruh kegiatan yang telah ditetapkan
oleh program IISMA.</span></li></ol></div><div><span style="font-family: courier;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><span>Setiap calon <i>awardee </i>diharapkan memiliki
kompetensi antara lain <i>sense-making</i>, <i>novel and adaptive
thinking, social intelligence, transdiscplinarity, new media literacy,
computational thinking, cognitive load management, design mindset, cross
cultural competency</i>, dan <i>virtual collaboration</i>.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><span>Sekedar berbagi pengalaman, untuk memenuhi ketiga belas persyaratan di atas, kakak menempuh beberapa langkah yang dimulai dengan berkoordinasi dengan <i>international affair divission </i>di<i> </i>kampusnya, <i>President University</i> (</span><span style="text-align: left;"><span><a href="https://president.ac.id/">https://president.ac.id/</a>).</span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><span style="text-align: left;"><span>Untuk keperluan penyiapan dokumen-dokumen sebagaimana dipersyaratkan pada poin 1 s.d. 7 dan poin 9 s.d. 11, kampus akan membantu calon peserta dengan memberikan pendampingan sepanjang proses penyiapan dokumen yang dibutuhkan seperti transkrip nilai, surat keterangan mahasiswa tidak pernah mengambil cuti semester. Sebagai tambahan, di President University, setiap mahasiswa yang mengajukan aplikasi IISMA harus sudah memiliki paspor, sebagai antisipasi dini apabila mahasiswa tersebut nantinya terpilih sebagai <i>awardee</i>. Setiap universitas di Indonesia mungkin memiliki kriteria seleksi internal yang berbeda sesuai dengan kebijakan di masing-masing universitas.</span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: left;"><span><span>Untuk syarat pada poin 8, kakak memilih mengambil tes IELTS dan untuk syarat pada poin 12 diperlukan Surat Keterangan Catatan Kepolisian / SKCK </span></span><span>(</span><i>pengalaman mengikuti tes IELTS dan pembuatan SKCK ini akan bunda share di edisi </i><span style="color: #2b00fe;"><i>Kakak's Journey (Part-1) : Persiapan Seleksi IISMA 2023</i>., </span><span>sedangkan untuk syarat ke-13 merupakan pernyataan yang diunggah ke laman pendaftaran IISMA.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><span><o:p> <i>Kembali lagi ya ke deg-deg annya menunggu pengumuman IISMA awardee :). </i></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><span><o:p><i>Kakak bercerita, bahwa hari itu, sejak pukul 17.00, laman IISMA menjadi susah di akses, dan sepertinya ada gangguan dengan peladen (server) sehingga janji penyelenggara IISMA yang akan mengumumkan langsung awardees melalui akun masing-masing calon awardees. Sampai dengan pukul 23.30, belum ada perubahan di tampilan akun IISMA kakak, informasi yang terpampang di layar masih berupa pemberitahuan jadwal wawancara, yaitu tahap akhir dari seleksi yang sudah dijalani kakak dua pekan sebelum tanggal 14 April 2023. </i></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><span><o:p><i>S<span>embari menunggu, bolak balik kakak, memantau grup kampusnya, grup telegram calon awardees dan twitter IISMA, sampai mendekati pukul 11 malam, ketika ia me-refresh entah untuk keberapa kalinya akunnya di laman IISMA, ia mengangkat wajahnya dan senyum kecilnya muncul sewaktu memberi tahu ayah bahwa ia akan berangkat ke Adelaide, South Australia, dimana kampus yang ia pilih untuk satu semester ke depan yaitu </span></i></o:p></span><i><span>University of Adelaide berada</span></i><i><span>. </span></i></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><i><span>Masya Allah, kebahagiaan kakak laksana hadiah Ramadhan terindah bagi kami sekeluarga</span>.Alhamdulillah :).</i></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><span><o:p><i><br /></i></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><span><o:p><i><br /></i></o:p></span></p></span></div><h2 style="text-align: left;"><br /></h2>vivifajarhttp://www.blogger.com/profile/10518366825549545671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8979635280351457596.post-46770789516980233822023-01-03T02:30:00.006-08:002023-01-03T02:36:38.013-08:00Kita dan Resolusi-Resolusi<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: courier; font-size: medium;"> <span>Resolusi di tiap awalan semisal awal tahun yang baru dari setiap kita bisa jadi berbeda-beda, tapi secara umum semua dari kita akan menorehkan niat menjadi lebih baik dibanding hari yang lalu. </span></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: courier; font-size: medium;">Bukan manusia utuh, katanya, jika tak memiliki ambisi, mengejar hal yang lebih baik, yang lebih besar, lebih bermakna, lebih meluaskan jangkauan dan lebih-lebih lainnya. Sementara ukurannya, bisa jadi pula tak sama, ada yang cukup bahagia dengan lebih tak seberapa, ada yang tak puas dengan kelebihan yang sudah berlebih lebih dari dirinya. </span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: courier; font-size: medium;">Manusia suka mengukur capaian, membandingkannya satu sama lain, mengimpikan capaian orang lain, sembari diam-diam kecewa karena diri tak mampu sampai ditataran yang sama. Padahal, ukuran bahagia tergantung parameter yang ditetapkan masing-masing individunya.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: courier; font-size: medium;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: courier; font-size: medium;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjGODjsy4nSMfcgVxTs9IRxHMg0Ql6RonyAPuezMaI_8ujP8kjD3O-teUSI4YTp-0IpHqqIqDC-uOWHHYXhS7e0fErVAN3O4zzxSjnLDsrAnJOy8sSLm2-lJ3DII3705-E4WVpp1xToHdo10ROYy_rp1cIIVHUNpJQVg-meAn7a2i5rqYOOFDF6r7JFlQ" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" data-original-height="521" data-original-width="938" height="178" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjGODjsy4nSMfcgVxTs9IRxHMg0Ql6RonyAPuezMaI_8ujP8kjD3O-teUSI4YTp-0IpHqqIqDC-uOWHHYXhS7e0fErVAN3O4zzxSjnLDsrAnJOy8sSLm2-lJ3DII3705-E4WVpp1xToHdo10ROYy_rp1cIIVHUNpJQVg-meAn7a2i5rqYOOFDF6r7JFlQ" width="320" /></a></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: courier; font-size: medium;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: courier;"><span style="font-size: xx-small;"><i>credit image : https://www.contohblog.com/2017/12/resolusi-tahun-baru-blogger.html</i></span></span></div><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: courier;"><br /></span><span style="font-family: courier;">Perihal resolusi, ambisi dan ukuran pencapaian, teringat saya pada sepenggal lirik lagu Hindia, "Untuk Apa", katanya: </span></span><p></p><span jsname="YS01Ge" style="background-color: white; color: #202124;"><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: courier; font-size: medium;">"...Tak sadar menimbun lebih berharga<br /><span style="background-color: white; color: #202124;">Berdiri di atas yang lebih bermakna<br /></span><span style="background-color: white; color: #202124;">Anak tangga yang berlebihan jumlahnya<br /></span><i>Mendaki terus entah mau ke mana?</i><span style="color: #202124;"><br /></span>Dan kau selalu bertanya, untuk apa?</span></p></span><div><div class="ujudUb" jsname="U8S5sf" style="background-color: white; color: #202124; margin-bottom: 12px; text-align: left;"><span style="font-family: courier; font-size: medium;"><div style="text-align: justify;">Mengelak kerap kutemukan jawabnya</div><span jsname="YS01Ge"><div style="text-align: justify;">Medusa dan semakin keras kepala</div></span><span jsname="YS01Ge"><div style="text-align: justify;"><i>Seakan hidup hanya untuk bekerja</i></div></span></span></div><div class="ujudUb" jsname="U8S5sf" style="background-color: white; color: #202124; margin-bottom: 12px; text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><i><span style="font-family: courier; font-size: medium;">Mengejar mimpi sampai tak punya rasa</span></i></div><span style="font-family: courier; font-size: medium;"><div style="text-align: justify;">Mengejar mimpi sampai lupa keluarga</div><span jsname="YS01Ge"><div style="text-align: justify;">Mengejar mimpi lupa dunia nyata</div></span><span jsname="YS01Ge"><div style="text-align: justify;"><i>Mengejar mimpi tapi tidak bersama</i>"</div></span></span></div><p style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; color: #202124;"><span style="font-family: courier; font-size: medium;">Ketika manusia tak lagi mengenal batasan diri dan sekelilingnya, memupuk tinggi-tinggi mimpi, mati-matian membuka jalan untuk mewujudkannya, hingga menempuh segala cara, dan lama-lama melupakan tujuan awal hidupya. Tidak ada siapa-siapa selain dirinya sendiri. </span></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; color: #202124;"><span style="font-family: courier; font-size: medium;">Menjadi sendiri dan memenangkan segalanya mungkin bentuk ambisi termurni manusia, meski dengan begitu ia melupakan hakikatnya sebagai manusia, yang (sejatinya) tak berharga bila tak membawa kemanfaatan bagi sesamanya.</span></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="color: #202124; font-family: courier; font-size: medium;"><span style="background-color: white;">Maka, bagi saya pribadi, ini perkara sederhana saja. Resolusi ditiap awalan baru bagi saya tak jauh dari meluruskan niat dan meneguhkan kembali arah dan tujuan yang saya pilih untuk dijalani selama hidup. Apa dan siapa yang saya perjuangkan. Katakanlah ini kerdil, terlalu sederhana atau apa saja yang bisa dikecilkan dimata manusia lain, yang jelas saya tak butuh berjaya bila itu membuat saya harus sendiri😉.</span></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="color: #202124; font-family: courier; font-size: medium;"><span style="background-color: white;">Selamat mengulang hitungan 365 hari baru bersama almanak baru masing-masing. Semoga setiap langkah yang kita ambil tidak membawa kita kepada entah, melainkan merangkum semua kebaikan kembali kepada setiap awal yang menumbuhkan kita, keluarga💓.</span></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: courier; font-size: medium;"><br /></span></p><blockquote style="text-align: left;"><p style="text-align: justify;"><br /></p></blockquote><span face="arial, sans-serif" jsname="YS01Ge" style="background-color: white; color: #202124; font-size: 14px;"></span></div>vivifajarhttp://www.blogger.com/profile/10518366825549545671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8979635280351457596.post-7550706119873791972022-05-30T17:13:00.000-07:002022-05-30T17:13:03.905-07:00The Blocker Issue in Our Life: Part One –Mental Block Syndrome<p> </p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Belum lama saya menulis catatan seputar<a href="http://www.belajarbarengkiddos.com/2022/05/your-grit-your-treasure-part-three-how.html" target="_blank"> <i><b>grit </b></i></a>yang merupakan
salah satu nilai positif yang perlu ditingkatkan konsentrasinya dalam diri
untuk dapat dijadikan modal dalam upaya mencapai <i>goal </i>yang telah kita
tetapkan dalam hidup. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kali ini, terinspirasi dari pengalaman di pekan ini, yang
saya temukan dalam kegiatan pengujian IT sistem yang sedang dalam proses
pengembangan di instansi tempat saya bertugas, saya menemukan istilah yang
cukup memancing perhatian, kami menyebutnya <i>blocker.<o:p></o:p></i></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dalam dunia pengembangan sistem, istilah <i>blocker </i>merujuk
pada masalah yang kita temui selama pengembangan atau pengujian system yang
tidak memungkinkan kita untuk melakukan pengembangan atau pengujian lebih
lanjut. Sementara di speutar manajemen proyek, <i>blocker </i>diartikan sebagai
segala sesuatu yang sepenuhnya mencegah kemajuan terjadi dalam suatu proyek. <i>Blocker
</i>dalam proyek bisa berarti seseorang, sesuatu dan dapat bersumber dari
lingkungan internal atau eksternal. <i>Blocker </i>menghentikan keseluruhan
proses dan memerlukan perhatian segera untuk ditemukan solusinya jika
benar-benar ingin mencapai tujuan.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFvAfCsnQJUZ_WdztrvCWFlX0CjpEOgFTHmwYGMM02fDR2EEkxAeypKz22VsBd5G7xcJKCHuvkHeb9wDhTV6UvrQ7N-nWGbDUlvUZefcQHa14qVVP76gHZbJ13xBNAdWJdbj-UdVv1to0coAF0MjxPG6YX8tP6-A2cEL59xdzeYht17_nb1d3_gMUu9g/s779/blocker%20sign.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="466" data-original-width="779" height="191" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFvAfCsnQJUZ_WdztrvCWFlX0CjpEOgFTHmwYGMM02fDR2EEkxAeypKz22VsBd5G7xcJKCHuvkHeb9wDhTV6UvrQ7N-nWGbDUlvUZefcQHa14qVVP76gHZbJ13xBNAdWJdbj-UdVv1to0coAF0MjxPG6YX8tP6-A2cEL59xdzeYht17_nb1d3_gMUu9g/s320/blocker%20sign.JPG" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><i><span style="font-size: x-small;">credit picture : https://icon-library.com/icon/blocker-icon-9.html</span></i></div><br /><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kembali pada cara kita mengelola diri, apakah ada
kemungkinan isu <i>blocker </i>menghalangi kemajuan atau pencapaian tujuan kita
sebagai individu?</p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Hasil sarapan saya pagi ini di bebeapa situs yang mengusung
tema psikologi mempertemukan saya dengan topik <i>mental block. </i>Mengacu
pada definisi dalam<i> dictionary.cambridge.org</i>, kita disebut memiliki <i>mental
block </i>ketika tidak dapat memahami sesuatu atau tidak dapat melakukan
sesuatu dikarenakan pikiran kita mencegahnya.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sementara itu, dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Imani Campbell dan dimuat di situs Sage Neuroscience Centre,<i> </i> berjudul "Overcoming Mental Blocks", <i>mental block </i>diartikan sebagai kondisi ketika otak kita menemukan
penghalang dalam mengakses kreativitas, motivasi, atau produktivitas.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Penyebab kita tidak dapat berpikir jernih dapat diakibatkan
oleh beberapa hal, misalnya kurang tidur dalam waktu yang lama, tidak cukup
mengonsumsi makanan bernutrisi, defisiensi vitamin B12 atau akibat konsumsi
obat yang rutin dalam jangka waktu panjang atau penyalahgunaan obat. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Kebiasaan menyelesaikan tugas mendekati batas
tenggat waktu atau tuntutan kerja, termasuk <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menghadapi orang-orang atau kondisi lingkungan
yang memicu kekhawatiran tingkat tinggi dan berujung pada tingkat stres yang tinggi
juga bisa menimbulkan <i>mental block. </i>Lalu bagaimana jika kita sendiri
mengalami hal yang serupa? Jika diri kita diibaratkan sebagai sebuah IT system,
apakah kita perlu me-<i>reset </i>pikiran kita sebelum bisa memulai lagi proses
berpikir yang produktif?<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Beberapa sindrom yang mungkin pernah kita alami dan berujung pada <i>mental block </i>diantaranya:<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>Imposter Syndrome<o:p></o:p></b></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Jika kita pernah merasa takut bila orang lain memandang kita
tidak memiliki kualifikasi yang pantas untuk menduduki suatu posisi di lingkungan
kerja, saat itu kita mengalami <i>imposter syndrome. </i>Untuk mengatasi
sindrom ini, kita bisa terus menggaungkan pikiran positif bahwa jika kita
memang telah terpilih untuk posisi tersebut, pastilah ada sisi positif dari
diri kita yang memang layak menjadi dasar pemilihan kita oleh pihak-pihak yang berwenang
melakukan <i>recruitment.<o:p></o:p></i></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>Decision Fatigue<o:p></o:p></b></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p>Dilain waktu, kita mungkin pernah juga mengalami proses pengambilan
keputusan yang rumit karena banyakanya keputusan yang mesti diambil seharian
penuh, misalnya untuk hal-hal sederhana
semacam memilih OOTD (<i>outfit of the day</i>) alias pakaian sehari-hari, rute
mana yang harus dipilih untuk menghindari kemacetan, kostum anak yang hendak
menghadiri pesta ulang tahun temannya pada sore hari, makanan apa yang bakal
kita pilih untuk sarapan atau makan siang, siapa yang lebih baik menjemput
anak-anak dari sekolah, kita atau kah suami?, apakah sepulang kerja masih sempat
berebalanja, atau apakah anak-anak akan diajak menonton fim ke bioskop malam
harinya?. Runtutan kejadian harian yang memerlukan pengambilan keputusan, bisa
menimbulkan kebuntuan saat berpikir. Ini fakta, karena sebagai seorang ibu
bekerja, saya sering mengalaminya :D.</p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Cara sederhana yang dapat dilakukan untuk mengurai kebuntuan
proses berpikir adalah dengan menyederhanakan beberapa pilihan sehingga kita
tidak perlu memikirkannya dengan serius. Misalnya, siapkan pakaian kerja dan
kostum anak untuk ke pesta besok sore di malam sebelumnya, dan memilih menu
sarapan dan makan siang yang senada sesekali harus kita toleransi. Demikian
juga, memangkas rencana yang tidak menjadi keharusan atau prioritas semacam
menghabiskan waktu dengan ke bioskop di malam hari bisa dialihkan ke hari yang
lain. Pembuatan rencana yang disederhanakan dan dilakukan tidak dalam satu
waktu ini memberikan kesmepatan kepada kita untuk terhindar dari kekhawatiran
yang tidak perlu plus bisa mengalihkan perhatian kita untuk dapat fokus ke hal
lain yang lebih penting.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kurang lebih demikianlah sarapan pagi saya hari ini <span style="font-family: "Segoe UI Emoji", sans-serif;">😊</span>,
mungkin bukan hanya saya yang pernah mendapat pengalaman menghadapi <i>mental block
</i>dalam keseharian. Bisa jadi kita senasib meski kadar <i>blocker </i>dalam
diri kita mungkin tak setara. Smoga catatan kecil ini bisa menjadi pengingat
diri untuk mengarungi hari ini dengan pikiran yang lebih terbuka bebas dari <i>mental
block. </i>Have a nice day..</p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span style="font-size: x-small;">pranala:</span></i></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span style="font-size: x-small;"><a href="https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/mental-block">https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/mental-block</a><o:p></o:p></span></i></p>
<p class="MsoNormal"><i><span style="font-size: x-small;">https://sageclinic.org/blog/overcoming-mental-blocks/</span></i><o:p></o:p></p>vivifajarhttp://www.blogger.com/profile/10518366825549545671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8979635280351457596.post-87713045640553445172022-05-27T17:40:00.004-07:002022-05-27T17:40:34.274-07:00Your Grit, Your Treasure : Part Three - How to Improve it<p> Balik lagi dong ngobrolin "<i>grit</i>", topik yang masih membuat saya penasaran. Maklumlah dalam pikiran saya, selama masih ada nafas, isu <i>passion</i> dan ketahanan akan ujian masih akan selalu relevan. Bagaimana dengan anda? :)</p><p>Sedikit mengingatkan kembali bahwa <i>grit </i>yang kita bicaraan disini dapat diartikan sebagai gairah (<i>passion</i>) dan kegigihan dalam jangka panjang untuk mencapai tujuan yang berarti. <i>Grit </i>dipandang penting karena menjadi kunci penentu kesuksesan seseorang.</p><p>Dalam salah satu resensi buku karya Angela Duckworth berjudul <span style="color: #676767; font-family: Verlag, serif; font-size: 13.5pt; line-height: 19.26px;"><a href="https://angeladuckworth.com/grit-book/"><i><span style="border: 1pt none windowtext; color: #154d8c; font-family: "inherit", serif; padding: 0in;">Grit: The Power of Passion and Perseverance</span></i></a> </span>yang saya baca dari laman https://sanger.umich.edu/news-9-17-19-book-club/ , telah diringkas poin-poin penting mengenai bagaimana cara kita dapat meningkatkan <i>grit, </i>sebagaimana saya sarikan berikut ini:</p><p><b>1. Perjelas Tujuan </b></p><p style="text-align: justify;">Mereka yang sangat tangguh mengetahui dengan sangat jelas tujuan akhirnya dan kebanyakan dari tujuan yang antaranya selaras dengan tujuan akhirnya. Angela Duckworth menyarankan tiga langkah Warren Buffet dalam menyatukan tujuan-tujuan, sesuatu yang dapat kita coba, yaitu:</p><p style="text-align: justify;">- tulislah daftar dari 25 tujuan karir anda;</p><p style="text-align: justify;">- Lingkari 5 prioritas tertinggi dari tujuan tersebut, dalam tahapan ini, kata hati/minat kita akan memainkan perannya;</p><p style="text-align: justify;">- Lihat kembali 20 tujuan yang tersisa. Mana saja dari keduapuluh tujuan tersebut yang dapat mendukung pencapaian 5 prioritas tujuan karir kita? selebihnya, jangan dipedulikan lagi, karena hanya akan mengganggu tujuan akhir yang ingin dicapai.</p><p style="text-align: justify;"><b>2. Temukan minat anda</b></p><p style="text-align: justify;">Minat menjadi sumbu dari gairah atau semangat. Faktanya, kebanyakan orang akan puas dengan pekerjaan yang memenuhi atau sesuai dengan minat mereka.Namun seringkali kita tidak dengan mudah dapat menemukan minat yang sesungguhnya. Nikmati proses pencarian ini, bisa dimulai dari mempertanyakan "apa yang suka sekali kita pikirkan?" ; "apa yang benar-benar kita pedulikan?"; atau "apa yang paling kita anggap penting?"</p><p style="text-align: justify;">3. Berlatih dengan sungguh-sungguh</p><p style="text-align: justify;">Mereka yang tangguh akan dengan mudahnya menyediakan waktu untuk berlatih sesuatu dalam bidang yang diminatinya. Latihan mereka dapat dikarakterisasi oleh:</p><p style="text-align: justify;">- tujuan yang jelas ;</p><p style="text-align: justify;">- konsentrasi penuh dan usaha yang besar;</p><p style="text-align: justify;">- Umpan balik yang langsung dan informatif; serta</p><p style="text-align: justify;">- Pengulangan dengan refleksi dan penyempurnaan.</p><p style="text-align: justify;">4. Ketahui dengan pasti tujuan kita</p><p style="text-align: justify;">Kita pasti bisa merasakan hal yang berbeda saat memikirkan atau mengerjakan sesuatu yang sangat anda minati. "Perasaan" seperti ini merupakan awal yang tepat untuk mengetahui dengan jelas tujuan yang ingin dicapai.Apapun <i>passion </i>kita, tanyakan pada diri seniri bagaimana ia dapat menghubungkan kita dengan orang lain dan menghubungkan kita dengan gambar besar hidup kita serta menjadi sarana mengekspresikan nilai-nilai yang kita yakini. Yang lebih penting adalah bagaimana <i>passion </i> dapat berkontribusi pada pemberiaan manfaat pada orang lain. Mereka yang tangguh akan terus berusaha karena tahu betul apa tujuan mereka.</p><p style="text-align: justify;">5. Latihlah kebiasaan bicara hal-hal positif pada diri sendiri</p><p style="text-align: justify;">Seberapa banyak yang akan coba dilakukan seseorang sangat tergantung pada pola pikirnya. Teruslah melatih pola pikir yang bertumbuh (<i>growth mindset</i>) terutama saat menghadapi masa-masa yang sulit. Sebagai tambahan, kita bisa mempraktikan kebiasaan bicara pada diri sendiri dengan menggunakan kata-kata yang positif. Percayalah diri kita perlu disemangati setiap waktu, dan pemberi semangat yang terbaik datang dai diri kita sendiri :).</p><p style="text-align: justify;">6. Bergabung dalam lingkungan dimana budaya tangguh berkembang</p><p style="text-align: justify;">Budaya yang melingkupi lingkungan kita akan membentuk karakter kita. Jika memang kita ingin bertumbuh menjadi pribadi yang tangguh, temukan lingkungan yang tepat dan bergabunglah didalamnya. Seringkali hal tersulit adalah menggerakkan diri sendiri untuk memulai sesuatu. Misalnya, saya, pada suatu fase dalam karir saya mendapat tantangan untuk bergabung dalam tim yang mengawalsuatu proyek pengembangan sistem informasi baru yang akan diterapkan oleh instansi tempat saya bekerja. Bersama-sama dengan 300 an orang anggota tim lainnya, saya harus mengupayakan agar proyek tersebut berhasil sesuai target yang ditetapkan, Bersama-sama kami mempelajari banyak hal baru yang bahkan beberapa diantaranya sama sekali baru alias belum pernah kami pelajarai sebelumnya dan kadang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan maupun pengetahuan kami. Setiap hari selama periode penyelesaian proyek yang memakan waktu kurang lebih 3 tahun, kami saling menyemangati, belajar cepat, bekerja seirama dan saling mendukung untuk memastikan keyakinan bahwa proyek ini akan berhasil kami selesaikan tepat waktu sesuai dengan ekspektasi terbaik. Dala perjalannya, melihat sekeliling saya yang bekerja dengan irama yang sama tampaknya budaya kerja dan belajar yang kami miliki tampak normal saja, meskipun pada praktiknya tak jarang kami harus lembur diluar waktu kerja yang seharusnya, mengorbankan hari libur dan harus memutar otak untuk menguasai ilmu baru yang (apalagi bagi saya yang tak muda lagi) seringkali sulit dipahami. Namun, dengan bergerak bersama-sama, kami yakin kami bisa.</p><p style="text-align: justify;">Demikian beberapa langah yang dapat kita coba untuk membangun <i>grit </i>dalam diri dan lingkungan keluarga. Jika merasa belum sempurna jika hanya membacanya, tak ada cara lain membuktikannya selain mencobanya sendiri :). Yuk, kita latihan <i>bareng.</i></p><p style="text-align: justify;"><i><br /></i></p><p style="text-align: justify;"><i>Pranala :</i></p><p class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; margin-bottom: 0in; vertical-align: baseline;"><i><span style="font-family: trebuchet; font-size: x-small;"><span style="border: 1pt none windowtext; color: #676767; line-height: 107%; padding: 0in;">Angela Duckworth, </span><span style="line-height: 107%;"><a href="https://angeladuckworth.com/grit-book/"><span style="border: 1pt none windowtext; color: #154d8c; line-height: 107%; padding: 0in;">Grit: The Power of Passion and
Perseverance</span></a></span></span></i></p><p class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; margin-bottom: 0in; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: trebuchet; font-size: x-small;"><i><span style="border: 1pt none windowtext; color: #676767; padding: 0in;">https://sanger.umich.edu/news-9-17-19-book-club/</span><span style="background-color: transparent; text-align: justify;"><span style="border: 1pt none windowtext; color: #676767; line-height: 107%; padding: 0in;">Grit matters. How do we
grow it?</span></span></i></span></p><p class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; margin-bottom: 0in; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: trebuchet; font-size: x-small;"><i><span style="background-color: transparent; text-align: justify;"><span style="border: 1pt none windowtext; color: #676767; line-height: 107%; padding: 0in;"><br /></span></span></i></span></p><p style="text-align: justify;"><b><span style="border: 1pt none windowtext; color: #676767; font-size: 13.5pt; line-height: 107%; padding: 0in;"><span style="font-family: trebuchet;">
<!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br />
<!--[endif]--></span></span></b></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p><br /></p><div class="KFFQ0c xKf9F" style="align-items: center; display: flex; margin-bottom: 0px; margin-top: 16px; width: 652px;"><div class="YfftMc" style="align-items: center; background-color: white; color: #70757a; display: flex; flex-shrink: 0; font-family: arial, sans-serif; font-size: 12px; margin: 0px 0px 0px 14px; padding: 0px; white-space: nowrap;"></div></div>vivifajarhttp://www.blogger.com/profile/10518366825549545671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8979635280351457596.post-49800094183438787732022-05-22T19:43:00.001-07:002022-05-22T19:59:23.209-07:00Your Grit, Your Treasure : Part Two - Story of The Winner<p style="text-align: justify;"> Minggu malam, 22 Mei 2022, podium tempat pengalungan medali para atlet <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Finswimming" target="_blank">Finswimming</a> di Aquatic Sports Palace, National Sports Complex, My Dinh, Vietnam pada ajang SEA Games 2021 telah disiapkan untuk menyambut para pemenang final Men's Relay 4x100m Surface yang baru saja selesai dilaksanakan. Kontingen Indonesia, yang diwakili oleh Wahyu Anggoro, Petrol, Bima dan Dio Novandra berhasil meraih medali perunggu. Mereka keluar sebagai juara ketiga dengan waktu 2 menit 31.060 detik.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuV9TsjYu7wZndrqg5YINCc27FV3RqAHyw9wGgfeumQvuGJq_gINbdr9RmsvF1t3teMUar4AEFRrfouUmA52CAKU1BEUXPVe-y6upLAqU52eKzXiygB2d2ooS__u8sGp-ODbgtufF9OEW7XNwFW3Dq41CUYEB7fR3ZsYF-W6_beyrHRbxa7AYlRBqO_Q/s1024/Dio%20and%20team.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1024" data-original-width="1024" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuV9TsjYu7wZndrqg5YINCc27FV3RqAHyw9wGgfeumQvuGJq_gINbdr9RmsvF1t3teMUar4AEFRrfouUmA52CAKU1BEUXPVe-y6upLAqU52eKzXiygB2d2ooS__u8sGp-ODbgtufF9OEW7XNwFW3Dq41CUYEB7fR3ZsYF-W6_beyrHRbxa7AYlRBqO_Q/s320/Dio%20and%20team.jpeg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><i><span style="font-family: trebuchet; font-size: x-small;">Dio Novandra Wibawa, saat menerima medali perunggu untuk nomor Men's relay 4x100m pada SEA Games XXXI, Vietnam</span></i></div><br /><p style="text-align: justify;">Adalah Dio Novandra Wibawa, saat ini tercatat sebagai atlet provinsi Jawa Timur, pada malam sebelumnya, Sabtu 21 Mei 2022, juga turut menyumbangkan medali perak setalah bersama tim nya menduduki peringkat kedua pada nomor Men's Relay 4x100m Surface. SEA Games 2021 adalah event regional pertama bagi atlet 24 tahun ini.</p><p style="text-align: justify;">Saya mengenal Dio kecil pada tahun 2001, usianya baru menjelang 5 tahun saat itu, dan sepanjang ingatan saya semenjak pertama kali melihatnya dan seterusnya tiap kali kami menghabiskan waktu bersama keluarga besar di Surabaya, kami menyaksikan Dio kecil sebagai sosok yang sangat aktif secara fisik. Ketertarikannya akan aktivitas luar ruangan telah tampak sejak dini. Bermain sepak bola, berkeliling komplek perumahan dengan sepedanya, higga berlatih bulu tangkis dan renang mengisi hari-hari kanak-kanaknya. Bersama dengan kakak dan adiknya, semuanya laki-laki, semasa sekolah dasar, Dio aktif berlatih bulu tangkis di klub lokal dan juga berlatih renang hingga mengikuti beberapa event kejuaraan lokal dan menjadi pemenang di beberapa nomor.</p><p style="text-align: justify;">Menjelang usia remaja, Dio memilih menekuni olah raga renang, jadwal latihannya juga meningkat, tidak hanya latihan di kolam, Dio remaja juga harus mengikuti serangkaian program latihan yang ditetapkan oleh <i>coach </i>nya di klub dan di pusat pelatihan atlet pemerintah kota Surabaya. Ketatnya jadwal latihan membuatnya harus berusaha ekstra untuk menyelesaikan program belajarnya di sekolah. Kami menyaksikan sendiri bagaimana perjuangannya semasa remaja untuk menyeimbangkan ritme belajar, latihan dan juga bersosialisasi layaknya remaja lainnya. Mendisiplinkan diri sendiri menjadi kuncinya untuk bisa tetap bertahan ditengah aktivitasnya yang tidak biasa ini.</p><p style="text-align: justify;">Ada kalanya, semangat naik dan turun, ada waktunya lelah menjadi penghambat, dan menjaga konsistensi terhadap cita-cita menjadi perjuangan yang sungguh nyata. Kedua orang tua Dio sangat memahami kondisi ini, dan dimata saya, keduanya terbukti sama gigihnya dalam berusaha menjaga konsistensi putra-putra mereka dalam berprestasi di bidang olah raga. Bapak dan mama Dio, termasuk Eyang putri kami semasa hidupnya tak pernah kelihatan lelah mengawal Dio kakak beradik kemana-mana, mulai menemani berlatih, menyiapkan kebutuhan sepanjang program latihan, mengawal program belajar di sekolah, hingga mendampingi saat Dio bertanding di berbagai kejuaraan daerah baik di dalam maupun di luar kota. Satu keluarga besar kompak mendukung upaya anggota keluarga yang sedang berjuang.</p><p style="text-align: justify;">Diakhir masa remajanya Dio memutuskan untuk memilih <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Finswimming" target="_blank">Finswimming</a> sebagai cabang olahraga yang hendak ditekuninya. Semasa SMA, Dio telah menjadi salah satu atlet binaan Provinsi Jawa Timur. Naik kelas menjadi atlet provinsi, tantangan tentu semakin banyak. Satu hal yang saya pelajari, selain sangat konsisten dengan minatnya dalam olahraga, Dio makin mahir mengelola emosi dan kesabarannya. Jika semasa kanak-kanak, kadang dikala kelelahan ia akan <i>ogah-ogahan </i>saat berlatih, semakin besar dan dewasa, pengelolaan diri baik fisik dan mentalnya semakin baik. Hujan dan panas, lelah dan bosan bukan alasan untuk menghindari program latihannya yang semakin intens. Tuntutan yang semakin tinggi dari pembina tampaknya justru memicu semangatnya untuk berusaha lebih keras lagi.</p><p style="text-align: justify;">Pada tahun 2016, Dio menjadi salah satu atlet dari kontingen Jawa Timur yang bertanding di Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX yang diselenggarakan di Bandung, Jawa Barat. Pada PON XIX ini, Dio yang saat itu telah menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya menyumbangkan 1 medali emas untuk nomor 100m Surface dan 1 medali perak untuk nomor 200m Surface. Pada tahun 2017, Dio menjadi bagian dari kontingen Surabaya dalam Kejurnas Selam Finswimming Piala Gubernur IV Jawa Timur, kala itu Surabaya keluar sebagai juara umum. </p><p style="text-align: justify;">Pada tahun 2021, Dio sempat vakum dari aktivitas rutinnya sebagai atlet, karena cedera pada tangan kanannya akibat mengalami kecelakaan saat mengendarai sepeda motornya. Selama beberapa waktu tidak dapat menjalani latihan cukup membuatnya khawatir akan kemampuannya untuk kembali ke ajang pertandingan berikutnya, termasuk pada PON XX di Papua. Dio terpaksa absen dari salah satu event nasional tersebut. Fase ini menjadi salah satu masa tersulit bagi karirnya sebagai atlet daerah. Namun demikian, ujian ini diartikan sebagai tantangan bagi kegigihan Dio untuk kembali bangkit. Pasca menjalani operasi tangan dan proses pemulihan beberapa waktu lamanya, Dio kembali memacu dirinya untuk berlatih dan berlatih. </p><p style="text-align: justify;">Pada Maret 2022, Dio menjadi salah satu atlet dari 14 orang atlet yang dipanggil masuk Pelatnas berdasarkan surat panggilan dari PB POSSI nomor 155/PB.POSSI/III/2022 tanggal 16 Maret 2022 perihal Pemberitahuan Pelatnas SEA Games XXXI/Vietnam 2022 dan pemanggilan atlet yang ditandatangani Ketua Umum PB POSSI, Mayjen Widodo Dwi Purwanto. Selama kurang lebih 2 bulan lamanya, Dio dan teman-teman menjalani masa pelatihan di Stadion Akuatik, Kompleks Gelora Bung Karno, sebelum diberangkatkan ke Vietnam untuk berlaga di SEA Games XXXI. </p><p style="text-align: justify;">Sepanjang pertandingan Finswimming di SEA Games Vietnam kali ini, kami menyaksikan perjuangan kontingen Indonesia di setiap nomor lomba. Keberhasilan Dio dalam memberikan kontribusi pada Indonesia melalui medali perak dan medali perunggu di dua nomor estafet putra, membawa rasa syukur dan kebahagiaan bagi kami, keluarganya. Kepada anak-anak di rumah saya jadikan momen ini sebagai contoh nyata dari rangkaian proses panjang yang penuh usaha untuk mewujudkan cita-cita. Perjuangan untuk mempertahankan konsistensi minat termasuk masa-masa <i>recovery </i>dan kembalinya sang kakak sepupu ke program pelatihan dan pertandingan antar daerah pasca mengalami kecelakaan hingga berhasil menjadi skuad tim Finswimming Indonesia dan menyumbangkan medali SEA Games di Vietnam dipandang anak-anak sebagai bukti nyata bahwa kegigihan dan konsistensi adalah modal bagi setiap indivindu untuk mencapai tujuan dan cita-citanya (yuk lihat tulisan saya tentang <a href="https://belajarbarengkiddos.blogspot.com/2022/05/your-grit-your-treasure.html" target="_blank"><i>Grit </i>disini</a>).</p><p style="text-align: justify;">Bagi kami, dengan contoh se"nyata" ini, teori mengenai <i>Grit</i> bukan lagi sebatas teori. Semoga hasil yang lebih baik dapat diraih Dio dan mereka yang terus gigih berusaha di segala cuaca :).</p><p style="text-align: justify;"><i><span style="font-size: x-small;">Bekasi, 23 Mei 2022</span></i></p><p style="text-align: justify;"><i><span style="font-size: x-small;">Tribute for my nephew, Dio Novandra Wibawa</span></i></p><p style="text-align: justify;"><i><span style="font-size: x-small;">we proud of you</span></i></p><p style="text-align: justify;"><i><span style="font-size: x-small;"><br /></span></i></p><p style="text-align: justify;"><i><span style="font-size: x-small;">tautan yang relevan:</span></i></p><p style="text-align: justify;"><i><span style="font-size: x-small;">https://www.kemenpora.go.id/detail/1987/sesuai-harapan-presiden-menpora-amali-sebut-indonesia-tembus-tiga-besar-sea-games-2021-vietnam-berkat-dbon-sudah-benar</span></i></p><p style="text-align: justify;"><i><span style="font-size: x-small;">https://twitter.com/KEMENPORA_RI/status/</span></i></p><p style="text-align: justify;"><i><span style="font-size: x-small;">https://kabarindoraya.com/lolos-dari-fase-seleksi-nasional-katherina-eda-rahayu-masuk-timnas-sea-games-2022/</span></i></p><p style="text-align: justify;"><i><span style="font-size: x-small;">http://news.unair.ac.id/2016/09/30/dua-peselam-unair-raih-emas-pon-xix/</span></i></p><p style="text-align: justify;"><i><span style="font-size: x-small;"><br /></span></i></p><p style="text-align: justify;"><i><span style="font-size: x-small;"><br /></span></i></p><p style="text-align: justify;"><i><span style="font-size: x-small;"><br /></span></i></p><p style="text-align: justify;"><i> </i></p><p style="background-color: #ebebeb; color: #323233; font-family: "Open Sans", arial, sans-serif; font-size: 13px; margin: 0px; padding: 0px;"><br /></p>vivifajarhttp://www.blogger.com/profile/10518366825549545671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8979635280351457596.post-42327235818501142122022-05-20T02:51:00.008-07:002022-05-20T06:49:02.502-07:00Your Grit, Your Treasure : Part One<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: trebuchet;"><i>Ngobrol </i>bareng para <i>gen-Z </i>alias generasi yang terlahir pada periode antara tahun 1997 hingga 2012<i>, </i>kerap membuat saya berpikir, tak terkecuali ketika saya dan anak-anak di rumah berbincang soal bagaimana menghadapi kegagalan atau hasil yang tak sesuai ekspektasi. </span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: trebuchet;">Obrolan dimulai saat sulung saya mengekspresikan kekecewaannya menerima hasil seleksi salah satu program di kampus yang tak sesuai harapan. Mendengar dan menguatkan hatinya, itu pilihan saya saat itu. Sebagai orang tua (meski tak sempurna :) ), saya cukup dapat memahami, tentu ada saat-saat ketika kita menghadapi ketidaksesuaian harapan dengan fakta hasil yang kita terima. Satu hal yang sangat ingin saya bagi dengan si sulung adalah <i>value </i>yang saya yakini yang membuat saya bertahan sejauh ini menghadapi pengalaman serupa. Namun lagi-lagi seperti ciri khas para <i>gen-Z </i>yang tidak mudah percaya pada kisah-kisah pengalaman generasi pendahulunya, anak-anak akan menantang kita untuk menunjukkan referensi yang relevan. Belum-belum berbagi pengalaman soal kegigihan, saya sudah harus menunjukkan bukti bahwa saya cukup gigih mencari referensi 😅.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: trebuchet;">Saya jadi teringat pada salah satu </span><i style="font-family: trebuchet;">quote </i><span style="font-family: trebuchet;">yang menjadi favorit saya hingga hari ini, sebuah pepatah dari negeri Sakura, berbunyi "Nana korobi yaoki", </span><i style="font-family: trebuchet;">fall down seven times, get up eight </i><span style="font-family: trebuchet;">atau berarti kurang lebih "7 kali jatuh, 8 kali bangkit". Pepatah ini diambil dari gambaran boneka khas Jepang bernama Daruma, sebuah boneka sekaligus mainan asal Jepang berbentuk hampir bulat, dengan bagian dalam kosong serta tak memiliki kaki dan tangan serta dipercaya sebagai pembawa keberuntungan dan lambang harapan yang belum tercapai.</span><span style="background-color: white; color: #202122; font-family: trebuchet;"> Keantikan boneka ini, </span><span style="font-family: trebuchet;"> jika ia dijatuhkan, akan selalu bangkit kembali, ciri khasnya inilah yang menginspirasi pepatah</span><i style="font-family: trebuchet;"> </i><span style="font-family: trebuchet;">mengenai kegigihan. Pepatah ini yang kemudian kerap menjadi pengingat saya untuk tidak gampang menyerah, dan membentuk keyakinan diri saya bahwa jikapun harus terjatuh tujuh kali, saya masih punya kesempatan untuk bangkit kembali di kali kedelapan.</span><span style="background-color: white; color: #050505; font-family: trebuchet;"> Terdengar klise? mungkin, tapi keyakinan ini telah berhasil membantu saya mempertahankan sikap positif dalam menghadapi banyak tantangan termasuk didalamnya ketika menghadapi kesulitan dan kegagalan.</span></p><p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6-xRmol7W3szG54vxMYnsssAvqUA8JU4Y2MhHfZQe0y6Ct0IPYMYlZFwUo4OlHXa66i7icKowa7fq-37jvkNIUP0foUG0TVnmB9QRSoAzu3kHgKDL--JwVCHANVLsdLfPM1wR61qrwJle8n9_S_-IceMImqZCdJVc-r1gUSQyOq-wMm7YbkGEr7mOOw/s700/boneka-daruma.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="393" data-original-width="700" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6-xRmol7W3szG54vxMYnsssAvqUA8JU4Y2MhHfZQe0y6Ct0IPYMYlZFwUo4OlHXa66i7icKowa7fq-37jvkNIUP0foUG0TVnmB9QRSoAzu3kHgKDL--JwVCHANVLsdLfPM1wR61qrwJle8n9_S_-IceMImqZCdJVc-r1gUSQyOq-wMm7YbkGEr7mOOw/s320/boneka-daruma.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">Boneka Daruma</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: xx-small;"><i>credit picture : </i><span style="text-align: justify;"><i>https://www.tribunnews.com/travel/2018/11/14/ini-sejarah-dan-makna-daruma-boneka-pembawa-keburuntungan-di-jepang</i></span></span></div><span style="font-family: trebuchet;"><p style="text-align: justify;">Bicara soal kegigihan, hasil selancar mata saya di dunia maya membawa saya pada laman https://angeladuckworth.com/tag/grit/, yang diantaranya memuat mengenai histori pengembangan pemikiran mengenai grit oleh peneliti bernama Angela Lee Duckworth. Pada tahun 2007, Duckworth bersama-sama dengan peneliti lainnya memuat hasil penelitian mereka yang berjudul "<i>Grit: Perseverance and passion for long-term goals"</i><span style="background-color: white; color: #333333; text-align: left;"><i> </i>yang didalamnya </span><span style="color: #333333; text-align: left;"><span>memperkenalkan</span>
konsep <i>grit</i>. <i>Grit</i> </span><span style="text-align: left;"><span style="color: #333333;">didefinisikan sebagai kecenderungan untuk me</span>mpertahankan ketekunan
dan semangat untuk tujuan jangka panjang yang menantang, dimana orang-orang bertahan
dengan hal-hal yang menjadi tujuan mereka dalam waktu yang sangat panjang sampai mereka
menguasai hal-hal tersebut. Dalam grit terdapat dua hal penting, yaitu konsistensi minat dan
ketekunan usaha. Dua komponen ini dipandang sebagai parameter kegigihan alias sikap pantang menyerah.</span></p></span><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: trebuchet;">Dalam hidup, kita mungkin biasa menetapkan tujuan-tujuan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Sebagian tujuan jangka pendek mungkin menjadi jembatan untuk mencapai tujuan jangka panjang kita. Seberapa kuat keinginan kita mencapai tujuan jangka panjang tersebut tercermin dalam konsistensi minat dan ketekunan kita menjalani usaha-usaha sesuai minat tersebut. Sebutlah, jika sulung saya memiliki minat yang besar pada literasi dan penulisan, maka konsistensi pada minatnya tersebut akan membuatnya makin cakap, makin cepat bereaksi dan beradaptasi dalam menghadapi tantangan baru dalam bidangnya dan kualitas ini pada akhirnya akan membawanya pada kesuksesan. Deretan kualitas tersebut tentu saja tidak bisa diharapkan datang atau terbentuk dengan sendirinya, melainkan membutuhkan akumulasi usaha yang persisten. </span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: trebuchet;">Sekarang, pertanyaannya, bagaimana kita bisa bertahan berusaha secara persisten? Carol Dweck, salah seorang peneliti di bidang psikologi berkebangsaan Amerika Serikat , dalam bukunya "<i>Mindset: The New Psychology of Success" </i>menulis mengenai dua <i>mindset </i>atau pola pikir dan kontribusinya terhadap kesuksesan seseorang, yang pertama adalah <i>fixed mindset </i>sementara yang lainnya adalah <i>growth mindset.</i></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: trebuchet;">Terkait <i>fixed mindset, </i>Dweck menulis, "<i>Your view of yourself can determine everything. If you believe that your qualities are unchangeable - the fixed mindset - you will want to prove yourself correct over and over rather than learning from your mistakes."</i> </span><span style="background-color: white; font-family: trebuchet;">Dalam terjemahan bebas, kurang lebih pernyataan ini diartikan bahwa p</span><span style="font-family: trebuchet;">andangan anda mengenai diri anda dapat menentukan segalanya. Jika anda percaya bahwa kualitas diri tak dapat diubah (</span><i style="font-family: trebuchet;">fixed mindset</i><span style="font-family: trebuchet;">), maka anda akan cenderung ingin membuktikan bahwa diri anda terus menerus benar dibandingkan memilih belajar dari kesalahan-kesalahan anda.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: trebuchet;">Dilain sisi, mengenai <i>growth mindset,</i> Dweck menulis "...<span style="background-color: white; font-style: italic; text-align: left;"> This growth mindset is based on the belief that your basic qualities are things you can cultivate through your efforts.". </span><span style="background-color: white; text-align: left;">Secara bebas dapat diterjemahkan b</span><span style="background-color: white; text-align: left;">ahwa pola pikir berkembang<i> (growth mindset) </i>didasarkan pada keyakinan bahwa kualitas dasar anda adalah hal-hal yang dapat anda kembangkan melalui usaha anda. Dengan mengubah keyakinan kita bahwa kualitas diri dapat diekmbangkan, akan membawa pengaruh yang besar. <i>Growth mindset </i>akan menciptakan keinginan kuat untuk belajar.</span></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: trebuchet;">Selanjutnya Dweck menulis bahwa dalam <i>grown mindset, </i>kegagalan dapat menjadi pengalaman yang menyakitkan, namun hal tersebut tidak mendefinisikan diri anda. Kegagalan hanya merupakan masalah yang harus dihadapi, ditangani dan menjadi kesempatan belajar.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: trebuchet;">Dalam laporan hasil penelitian berjudul "Pengaruh Growth dan Fixed Mindset terhadap Grit pada Mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas “X” Bandung" oleh Trisa Genia Chrisantiana dan Tessalonika Sembiring dari Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Maranatha, menunjukkan bahwa <i>Grit </i>dipengaruhi oleh pola pikir tetap (<i>fixed mindset</i>) atau pola pikir berkembang (<i>growth mindset</i>). Mereka yang memiliki <i>growth mindset </i>akan cenderung menunjukkan kegigihan sehingga dapat mempertahankan ketekunan dan semangat untuk tujuan jangka panjang yang menantang. Sementara itu, mereka yang memiliki <i>fixed mindset </i>yakin bahwa kualitas dan kemampuannya tidak dapat diubah dan dikembangkan lagi dengan usaha-usaha tertentu sehingga menunjukkan penurunan pada ketekunan dan semangat untuk tujuan jangka panjang yang menantang.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: trebuchet;">Sejauh ini, bagaimana menanamkan dan mengembangkan <i>grit </i>pada anak-anak saya masih menjadi pekerjaan rumah yang terus menjadi tantangan saya sepanjang menjadi orang tua dan tentu saja, butuh "kegigihan" ibunya ini 😊.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: trebuchet;"> </span></p><p><span style="font-family: trebuchet;">Pranala:</span></p><p><i style="font-family: trebuchet; text-align: justify;"><span style="font-style: normal;">Chrisantiana, </span><span style="font-style: normal;">Trisa Genia</span><span style="font-style: normal;"> , Sembiring, Tessalonika, </span><span style="font-style: normal;">"<i>Pengaruh Growth dan Fixed Mindset terhadap Grit pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung</i>" , </span><span style="font-style: normal; text-align: left;">Humanitas Volume 1, Nomor 2 Agustus 2017;</span></i></p><p><span style="font-family: trebuchet; text-align: justify;">Duckworth, A.L., Peterson, C., Matthews, M.D., & Kelly, D.R. (2007), <i>Grit: Perseverance and passion for long-term goals. Journal of Personality and Social Psychology, 92 (6), 1087-1101);</i></span></p><p><span style="font-family: trebuchet;">Dweck, Carol S. (2006). Mindset: The New Psychology of Success 1st edition. The Random
House Publishing Group, New York;</span></p><p><span style="font-family: trebuchet;"><span style="text-align: justify;"> </span></span><i style="font-family: trebuchet; text-align: justify;">https://id.wikipedia.org/wiki/Daruma#.</i></p>vivifajarhttp://www.blogger.com/profile/10518366825549545671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8979635280351457596.post-77375758607817659522020-07-25T05:43:00.002-07:002020-07-25T17:17:35.501-07:00Our QIF Journal : Obat Stress Murah MeriahMasa di rumah aja sudah lewat empat bulan sekarang ini. Di awal masa PSBB dulu, macam-macam gaya sudah dicoba anak-anak selama pantang beraktivitas jauh di luar rumah. Mulai dari lomba jalan jinjit dari ruang tamu ke kamar tidur lalu ke dapur, main lempar bola di teras muka hingga garasi, bersih-bersih kotak mainan sampai susun ulang lemari baju, sampai menggambar mural di kamar tidur atau sekedar nge-jam bareng kakak adik ayah bunda dengan alat musik seadanya di ruang tengah. Rasanya suasana serupa liburan tak habis-habis 😁.<br />
<br />
Dari ruang tamu mundur ke ruang tengah lama-lama mundur pula hingga ke dapur. Maka bertebaranlah tester ala-ala buatan anak-anak. Di mulai dari mug chocolate cake, pisang cokelat, pisang goreng keju, macaroni cheese, mi bangka hingga lasagna semua dicoba penuh suka cita,dimasak sendiri, dicoba sendiri di puji sendiri hihi.Bundanya sih senang-senang saja, selama tak terdengar keluhan "bosan" dan kelihatan gesture mati gaya,maka damailah hati bunda😉. Intinya sih, apa aja deh, selama hati anak senang, hati bunda harus legawa. Ruang tamu tak rapi, ruang tengah penuh crafting materials atau dapur berantakan seharian??? Think twice lah kalo mau ngomel-ngomel. Selain omelan bunda bisa jadi perusak suasana, dipikir-pikir kan emang gak ada gunanya dan buang-buang energi negatif aja. Mending ikutan aktivitas anak-anak,dengan niat refreshing dan menyalurkan energi. Syukur-syukur ketemu resep andalan trus malah bisa berujung jualan online,lumayan buat hiburan dimasa banyak di rumah seperti sekarang. Hati senang, tambah ilmu dan jauh dari stress.<br />
<br />
Btw, resep-resep ala-ala anak-anak bakal tayang juga nanti disini (sabar ya😉) , sementara spoileran dulu aja. Dilanjut lah ceria di rumah nya ya😊. Salam sabar dan semangat.<br />
<!--/data/user/0/com.samsung.android.app.notes/files/clipdata/clipdata_200725_194257_561.sdoc-->vivifajarhttp://www.blogger.com/profile/10518366825549545671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8979635280351457596.post-15071600481237088992020-05-28T03:46:00.001-07:002022-04-18T23:40:45.154-07:00Our QIF Journal : Kiat Sukses SFH & WFH<div style="text-align: justify;">
Sebagai seorang ibu yang juga bekerja di luar rumah, yang di masa pandemik covid 19 ini di"wajibkan" untuk bekerja dari rumah a.k.a <i>work from home</i> (WFH), di awal masa rasanya bagaikan menerima kiriman <i>hampers Iebaran</i> disaat di rumah tak ada makanan :), <i>happy </i>banget. Maklum, selama menjalani masa kerja hampir dua puluh satu tahun, saat-saat tinggal di rumah hanya terbatas sejumlah cuti tahunan yang dijatah dari kantor, yang jumlahnya tak lebih dari dua belas hari saja. Jadi, ketika keluar pengumuman terkait PSBB di DKI Jakarta dan Jawa Barat, yang sama-sama menerapkan kebijakan PSBB untuk jangka waktu satu bulan (dan akan dievaluasi bertahap dan akan diperpanjang sesuai kebutuhan), saya langsung membayangkan indahnya tinggal di rumah selama itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seminggu pertama layaknya <i>bulan madu, </i>tinggal di rumah saja, berkumpul dengan suami dan anak-anak 24/7 rasanya sungguh menyenangkan. Di minggu-minggu awal, baik kantor maupun sekolah anak-anak juga baru masuk tahapan adaptasi, kantor saya dan suami baru menyusun mekanisme dan jadwal kerja pegawai selama WFH, termasuk jadwal piket terbatas bagi sebagian pegawai, demikian juga sekolah anak-anak yang baru uji coba metode pembelajaran baru via media daring. Bisa dibilang, aktivitas saya dan anak-anak belum stabil menunggu kebijakan bertahap dari kantor dan sekolah, alhasil pekan pertama rasanya bak liburan keluarga, <i>stay cation </i>idaman, yang rutinitasnya banyak diisi dengan hal-hal menyenangkan, selain tentu saja, rutinitas bebersih seantero rumah pagi dan sore. saya misalnya jadi kembali punya waktu menulis atau mencoba resep masakan favorit bersama, sementara itu pak suami jadi rajin belajar menyeduh kopi ala barista, si sulung jadi makin punya kesempatan membuat sketsa, adiknya yang hobi menggambar komik digital juga demikian atau si bungsu yang suka menyusun lego teknik, ikut-ikutan mengeluarkan koleksi mainan bongkar pasangnya itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Memasuki pekan kedua, suasana di rumah mulai berubah. Anak-anak mulai menghadapi serbuan tugas sekolah dari para guru. Target penyelesaian harian pun ditetapkan dan para guru yang tampaknya terkena sindrom "kejar setoran target penyelesaian bahan ajar", jadi lebih <i>peduli </i>pada target setoran tugas dari siswa-siwanya. Alhasil, sedikit banyak anak-anak yang di awal masa pandemik sudah merasakan perbedaann suasana, bertambah tekanannya dengan banjir tugas dari sekolah. Fenomena <i>school from home </i>(SFH) ini tidak hanya berdampak pada anak-anak dan para guru, melainkan juga pada para orang tua, terutama para Ibu yang harus putar otak, atur waktu antara pendampingan belajar anak-anak, pekerjaan kantor plus pekerjaan rumah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Manajemen Waktu, Kunci Sukses WFH dan SFH</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Di rumah, saya masih bisa bersyukur, karena anak yang harus saya dampingi proses belajarnya hanya si bungsu karena kedua kakaknya sudah biasa belajar mandiri. Terbayang jika ketiga anak saya masih perlu pendampingan. Aktivitas pendampingan belajar anak ini serta merta merubah jadwal harian saya. Mau tidak mau saya harus menyusun ulang urutan pekerjaan harian. Bangun pagi di pkl. 3.30, langsung menyambi urusan dapur dan bebersih rumah, setelah menjalani ibadah sholat shubuh segera menyiapkan makanan untuk sarapan sekeluarga, syukur-syukur jika menunya juga fit untuk makan siang, lumayan mengirit waktu masak siang hari. Masak murah meriah dengan resep - resep sederhana dan mudah tentunya :). Pukul 7.30 bersiap absen pagi di kantor via aplikasi daring plus mulai menyiapkan bahan belajar si bungsu yang dipatok menyetor hasil belajar harian ke wali kelasnya setiap pukul 10 pagi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
WFH saya dimulai pukul 8 pagi, jadi ada waktu kurang lebih setengah jam untuk membaca bersama, untungnya dia masih kelas 2 SD, jadi proses transfer konsep-konsep dasar logika dan bahasa lebih mudah dan materinya saat ini terkait tema-tema harian (tematik) sehingga tidak perlu waktu panjang untuk memahaminya. Usai mereviu singkat materi belajar anak, saya bersiap menuntaskan tugas harian dari kantor. Sebisa mungkin pengaturan waktu kerja selama WFH saya atur layaknya saat bekerja di kantor. Mulai jam 8 pagi, break istirahat, sholat dan makan siang pukul 12.00 s.d. 12.45 dan lanjut bekerja hingga pukul 16.00. Waktu istirahat siang hari bisa dimanfaatkan untuk menyiapkan makan siang bersama keluarga. Selama waktu kerja, saya bisa menyambi menjalankan tugas sebagai <i>guru private </i>anak-anak. Biasanya di kantor terkadang saya bisa membahas satu dua hal dengan teman-teman seruangan, nah saat kerja di rumah, diskusi sejenis bisa diaktifkan pada sebagian waktu, namun partner diskusi saya adalah anak-anak. Sesekali mengecek tulisan tangan si bungsu, sesekali bertukar soal <i>quiz </i>dengan si anak tengah atau sesekali menengok proyek harian si sulung di kamarnya. Usai waktu WFH, saya biasa memanfaatkannya untuk menjalankan tugas rumah seperti merapikan dan membersihkan rumah dengan dibantu anak-anak serta menyiapkan makan malam. Malam seusai ibadah Isya, saya dan keluarga biasa makan malam bersama diselingi dengan obrolan tentang apa yang telah dilakukan masing-masing dari kami di hari itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan pola ini kami bertahan beraktifitas di rumah saja 24 jam setiap pekan. Mulai matahari terbit hingga menjelang malam latihan komunikasi efektif antar anggota keluarga terus berlangsung. Hasilnya? dua pekan sejak dimulainya masa WFH dan SFH, saya dan keluarga telah terbiasa menjalani jadwal aktifitas harian dengan pola seperti ini. Anak-anak tak lagi terbatasi proses belajarnya karena bisa tetap merasakan dinamika belajar yang menyenangkan ditambah interaksi natural antar anggota keluarga. <i>Bonding</i> antar kami jauh lebih kuat terasa. Serius, waktu sepekan bakal berlalu tanpa terasa :).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Manfaatkan Gawai Secara Positif</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya sesekali juga mendiskusikan masalah efektivitas belajar dirumah secara daring dengan anak-anak. Sejauh ini tidak ada keberatan dari mereka dan justru mereka merasakan waktu belajar menjadi lebih padat manfaat. Si sulung yang menduduki kelas XII telah selesai semua proses Ujian Sekolah tepat sebelum masa di rumah saja di mulai. Selama masa di rumah, ia berkesempatan berlatih soal-soal perispan menghadapi Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) yang menjadi syarat masuk ke universitas. Si anak tengah belajar secara daring dengan memanfaatkan aplikasi <i>google room</i>, sementara dari sekolah si bungsu, penyampaian materi belajar dilakukan para guru via <i>whassapp</i> goup orang tua siswa,, sementara . Mau pelaksanaan quiz atau ulangan harian menggunakan applikasi kazoot. Untuk menunjang cara-cara belajar baru ini, interaksi antara manusia selaku pengguna dan perangkat teknologi sebagai sarana belajar menjadi keniscayaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSPGPy3Nd3SswNn4tkYF1Bf5NTFS2IZrNQGIoZi9jcBmh5Ixce2-FtRAranGw_MHx9f6BecThk5-hjfoWcNDFtD5m6In0ZjUY-sB4ArxnT1d6cQemnrz6N3qwk2WcMru417nmFY0WbiJID/s1600/20200323_111500.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="900" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSPGPy3Nd3SswNn4tkYF1Bf5NTFS2IZrNQGIoZi9jcBmh5Ixce2-FtRAranGw_MHx9f6BecThk5-hjfoWcNDFtD5m6In0ZjUY-sB4ArxnT1d6cQemnrz6N3qwk2WcMru417nmFY0WbiJID/s320/20200323_111500.jpg" width="180" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>pemanfaatan gawai secara bijak bisa menjadi penentu suksesnya SFH dan WFH</i></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>credit photo : private collection</i></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Bersyukurlah apabila di rumah telah tersedia perangkat gawai dengan jumlah yang cukup serta sambungan internet yang memadai untuk menunjang program WFH dan SFH. Bagaimana jika tidak tersedia hal-hal tersebut secara memada untuk dimanfaatkan oleh masing-masing anggota keluarga? Tentu saja masalah ini harus dicarikan solusinya. Salah satu solusi yang paling masuk akal adalah lagi-lagi dengan mengatur waktu pemakaian gawai dan menyiasati konsumsi sambungan internet yang dimanfaatkan secara bersama. Pengaturan waktu bisa diurutkan berdasarkan prioritas pemakainya. Misalnya, bila hanya ada 1 <i>PC </i>atau <i>laptop </i>di rumah, sementara anggota keluarga yang hendak memanfaatkannya ada 5 orang, maka dalam satu hari masing-masing anggota keluarga terlebih dahulu harus menyepakati kepentingan siapa yang dinilai paling <i>urgent</i> dan kapan ia dapat menggunakan gawai yang tersedia. Contohnya, ayah harus rapat daring pada pukul 8-10 pagi, adik harus laporan secara lisan pada guru mata pelajaran tertentu, yang apabila waktunya tidak diatur ketat, maka memungkinkan adik menggunakan gawai yang sama di luar waktu rapat ayah, dan seterusnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya, selain gawai menjadi barang yang penting dalam proses belajar dan bekerja di rumah, perlu juga dipahami bersama, bahwa interaksi yang intens dengan gawai mempunyai efek samping yang tidak selalu baik.Anak-anak mungkin akan pelan-pelan timbul rasa ketergantungannya pada gawai, sehingga bisa jadi dimasa bebas pandemi pun akan sulit bagi orang tua untuk memisahkan mereka dari gawai nya. Oleh karena itu perlu kesadaran orang tua untuk memantau penggunaan gawai oleh anak-anak ini. Selain pengaturan waktu pemakaian gawai, kreatifitas orang tua menciptakan aktifitas lain yang tidak melibatkan gawai menjadi salah satu penentu yang dapat mengurangi efek negatif pemakaian gawai oleh anak-anak. Tak lupa, orang tua juga tetap wajib memberi contoh perilaku pemanfaatan gawai secara terkendali dan bertanggung jawab. Bukankah tak ada cara berbagi secara efektif dengan anak-anak selain memberinya contoh positif?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
vivifajarhttp://www.blogger.com/profile/10518366825549545671noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8979635280351457596.post-22751511616425461862020-05-08T21:02:00.001-07:002020-05-08T21:34:31.741-07:00Our QIF Journal: Tantangan Seru Sekolah Dari Rumah<div style="text-align: justify;">
Hello, masa pandemi covid-19 tiba-tiba saja mengubah pola hidup kita. Kaget? pastinya. Meskipun banyak orang dengan karakter "selalu waspada", gelombang perubahan yang datang tiba-tiba tetap butuh waktu untuk diterima. Tak terkecuali saya. Sebagai seorang ibu bekerja, konsentrasi saya benar-benar terpecah antara masalah ketahanan sistem imun keluarga, urusan pekerjaan dan tentu saja perubahan pola belajar anak-anak yang mendadak "dirumahkan" untuk jangka waktu yang belum ditentukan mengikuti kebijakan pemerintah sepanjang masa pandemi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagi keluarga-keluarga yang selama ini memilih pendidikan formal di sekolah bagi anak-anaknya, diawal mula masa anak-anak bersekolah di rumah, kesulitan yang umum terjadi adalah penyesuaian ritme kegiatan anak-anak. Jika tadinya sebagian besar waktu belajar anak dilakukan di sekolah, sekarang seluruh aktivitas tersebut berpindah ke rumah. Terus terang bagi saya pribadi, momen sekolah di rumah ini menimbulkan dilema tersendiri. Saya mahfum sekali jika terdapat perbedaan pola belajar anak-anak di sekolah dengan cara belajar mereka di rumah. Ada juga kekhawatiran saya, jika mereka lama belajar di rumah maka ketertarikan mereka akan sekolah akan berkurang :D.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahun 2011-2012, sewaktu saya dan anak-anak berpindah tempat tinggal mengikuti suami yang menjalani tugas belajar di Australia, saya belajar menerapkan prinsip-prinsip belajar di rumah bagi anak-anak (<i>homeschooling</i>). Pendekatan yang saya coba terapkan saat itu lebih ke <i>fun learning</i>, lebih pada mendampingi anak-anak menemukan cara belajar yang nyaman bagi mereka sementara materi yang dipelajari saya membebaskan, selama itu bermanfaat dan tidak bertentangan dengan ajara agama dan norma umum. Sejak itu anak-anak di rumah terbiasa belajar meski dengan cara yang berbeda-beda, antara kakak dan adik bisa saja menemukan cara nyamannya sendiri dalam belajar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika kami kembali ke Indonesia,anak-anak kembali belajar di sekolah formal. Perbedaan cara belajar yang dikenalkan oleh para guru di sekolah sedikit banyak mempengaruhi cara belajar mereka. Yang semula fokus pada "kesenangan belajar" menjadi belajar dengan target penuntasan materi, baik itu menyenangkan bagi mereka atau tidak :). Untunglah pak suami masih sepakat dengan saya, bahwa soal belajar lebih layak dimulai dengan kenyamanan anak-anak bagaimana mereka menikmati rposes belajar tersebut, jika mereka menikmati prosesnya, ketuntasan materi menjadi bonusnya. Jadi, bagi kami, ketuntasan target materi pembelajaran bukan prioritas utama. Saya bersyukur, dengan cara belajar mereka yang khas, anak-anak tetap bisa mengikuti ritme belajar di sekolah, meski tidak selalu menjadi bagian dari barisan anak-anak juara kelas, yang pasti satu dua materi benar-benar mereka pelajari dengan sukarela. Selebihnya? memenuhi ketuntasan materi minimal sudah cukup buat saya :D.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tujuan kami dalam mengirim anak-anak belajar di sekolah formal memang bukan semata untuk mengejar materi pembelajaran sesuai kurikulum yang ditetapkan melainkan lebih mengenalkan kepada anak-anak pada realitas kehidupan yang sebenarnya yang dihadirkan lewat keberagaman latar belakang, sikap, etos kerja orang-orang lain yang berada bersama mereka di sekolah. Kami berharap dengan mengirim anak-anak ke sekolah mereka bisa mempelajari berbagai macam karakter orang, bagaimana berkomunikasi yang efektif, dan belajar mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam hubungan inter personal dengan orang lain di luar lingkungan keluarga. Bagaimanapun sekolah merupakan salah satu lingkungan yang bisa menjadi laboratorium kehidupan nyata yang kaya akan heteroginitas dan menjadi sumber pembelajaran yang diperlukan anak-anak menjelang kehidupan mereka yang sebenarnya.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhN60l_3FViJjg_dTw6jRSzS7vQiILFnIJBiaqHhv6zdWO6jzL-VoNeXGB3XvaZOCTwzbgIDmQJ6CWsCif7WqsUHZQtQKyUoYm9w-Q9pi2u6luVL7pCIY15N7AJENoyyGIQCG21nHXEl7sM/s1600/20200417_090640.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="900" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhN60l_3FViJjg_dTw6jRSzS7vQiILFnIJBiaqHhv6zdWO6jzL-VoNeXGB3XvaZOCTwzbgIDmQJ6CWsCif7WqsUHZQtQKyUoYm9w-Q9pi2u6luVL7pCIY15N7AJENoyyGIQCG21nHXEl7sM/s320/20200417_090640.jpg" width="180" /></a></div>
<h4 style="text-align: center;">
<i>Credit Photo : Koleksi Pribadi</i></h4>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kembali ke masa kini, ditengah pandemi ini, anak-anak kembali belajar di rumah sepenuhnya. Reaksi mereka sedari awal di rumahkan benar-benar menyenangkan, seperti mendapat berkah kembali beroleh kemerdekaan belajar ala rumah. Dua kakak yang masing-masing duduk di kelas XII dan kelas VIII sudah punya gaya belajar sendiri, sehingga saya tak perlu banyak khawatir soal bagaimana mereka akan menyelesaikan tugas sekolah sembari mengeksplorasi materi pembelajaran mandiri sesuai minatnya. Meskipun demikian saya tetap mengingatkan mereka dari hari kehari bahwa meskipun mereka akan setiap hari belajar dirumah, sekolah tetap memberi materi ajar yang wajib dituntaskan dengan tenggat waktu tertentu. Hmm, tantangan ini sebenarnya bukan cuma untuk anak-anak, justru lebih jadi tantangan buat bundanya :D.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu tantangan terseru saya adalah dalam mendampingi si bungsu yang sekarang duduk di kelas 2 Sekolah Dasar. Pada pekan pertama masa belajar di rumah, baik para guru maupun siswa dan juga orang tua. Setiap pagi, guru wali kelas akan membagi materi pelajaran yang wajib dituntaskan pada hari itu. Khusus untuk materi Tematik yang berisi muatan Bahasa Indonesia, Matematika, PPKn dan SBdP (Seni Budaya dan Prakarya) wajib diselesaikan sebelum pukul 10.00 pagi dan dilaporkan pada wali kelas.Sementara tugas dari bapak/ibu guru lainnya yang berbeda bidang studi seperti muatan agama Islam (diniyah), bahasa alternatif (Bahasa Arab, Bahasa Inggris dan Bahasa Sunda) serta pelajaran olah raga juga turutmenyjmbangkan tugas-tugasnya. Total ada 6 mata pelajaran berbeda dengan muatan tugas dengan target penyelesaian mingguan.<br />
<br />
Pekan pertama layaknya masa orientasi siswa baru. Anak-anak yang masih terkaget-kaget karena perubahan pola belajar, berhadapan dengan kewajiban penyelesaian target belajar yang ketat. Si bungsu kelihatan kurang bersemangat menyelesaikan tugasnya, setiap pagi yang ada dipikirannya campur aduk antara hafalan cara mencuci tangan 20 detik seperti yang ramai diiklankan di televisi, kecemasan soal virus yang tak kasat mata yang terlihat dimatanya setiap kali mendengar berita atau obrolan keluarga, rasa kangen pada teman-teman sekelasnya dan tugas dari bu guru :).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perjuangan saya dan si bungsu setiap pagi dimulai dari pembiasaan akan suasana belajar yang baru dan bersama-sama menyimak materi pelajaran dari sekolah yang harus dipelajari di rumah dan sedapat mungkin tidak melenceng jauh dari target waktu penyelesaian harian. Hasilnya? waw, di pekan awal, hampir selalu si bungsu terlambat menyetorkan tugasnya pada bu guru :D. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya kerap mengingatkan diri sendiri untuk tidak terbawa suasana kejar target. Saya meyakini bahwa belajar adalah hak anak-anak, dan dalam memperoleh hak tersebut mereka juga berhak menikmati proses yang menyenangkan dan bukan penuh tekanan. Saya sendiri tak berani menambah tekanan pada anak-anak yang saya tahu juga mendadak merasakan <i>stress </i>meski tak selalu dapat mereka ungkapkan. Namun demikian, saya juga berusaha tak menyerah menjalankan tugas penuh pendampingan belajar pada anak-anak. Bagaimanapun karena kami telah memilih jalur sekolah formil sebagai tempat anak-anak menghabiskan sebagian besar waktu belajarnya, maka dalam konsep memenuhi hak belajar anak-anak berarti juga memenuhi target pembelajaran sekolahnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selama ini, sebagian tugas saya sebagai pendidik anak-anak telah saya alihkan ke institusi bernama "sekolah" dan sekarang giliran saya kembali menikmati penuh tugas mendidik anak-anak di rumah. Masih bersyukur saya, karena sekolah tetap berbagi beragam materi yang dapat ditawarkan pada anak-anak untuk dipelajari. Paling tidak, proses penyusunan kurikulum belajar tidak harus sepenuhnya saya lakukan sendiri seperti masa-masa <i>homeschooling </i>dulu. Yang saya bisa lakukan sementara adalah memadukan kebijaksanaan belajar di rumah dengan pola belajar sekolah. kenyataannya, sungguh tak mudah hingga si bungsu mampu mengambil peran belajar mandiri sesuai jadwal pelajaran dari sekolah. Jargon penyemangat "pantang menyerah" tampaknya jadi kata-kata ajaib yang wajib di suarakan bagi ibu-ibu se-Indonesia yang sedang beralih tugas menjadi "bu guru" di rumah :). Bagaimanapun tugas mendidik anak-anak adalah hak prerogatif orang tua. Peran kita mutlak didalamnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
vivifajarhttp://www.blogger.com/profile/10518366825549545671noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8979635280351457596.post-33977130110657958232020-05-07T01:23:00.003-07:002020-05-07T01:23:27.461-07:00Our QIF Journal : Big BANG - Ada Apa Dengan Di Rumah Saja? <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2152EYj54SfGo04Bhx07wZt-U8-ilKIkpihKafFse6QDatO-hY4VhDk85xTJPslGCfPOImkI0uAwke8aBRhLWnTADNRsljWOPhpf5MqCA-eBpb8C5BGivj2NN03QKskLymkTx1ZLhFIjE/s1600/cdc-w9KEokhajKw-unsplash.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="900" data-original-width="1600" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2152EYj54SfGo04Bhx07wZt-U8-ilKIkpihKafFse6QDatO-hY4VhDk85xTJPslGCfPOImkI0uAwke8aBRhLWnTADNRsljWOPhpf5MqCA-eBpb8C5BGivj2NN03QKskLymkTx1ZLhFIjE/s320/cdc-w9KEokhajKw-unsplash.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://unsplash.com/photos/w9KEokhajKw"><br /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="background-color: whitesmoke; color: #111111; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "San Francisco", "Helvetica Neue", Helvetica, Ubuntu, Roboto, Noto, "Segoe UI", Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: start; white-space: nowrap;">Photo by </span><a href="https://unsplash.com/@cdc?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditCopyText" style="background-color: whitesmoke; box-sizing: border-box; color: #767676; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "San Francisco", "Helvetica Neue", Helvetica, Ubuntu, Roboto, Noto, "Segoe UI", Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: start; text-decoration-skip-ink: auto; transition: color 0.1s ease-in-out 0s, opacity 0.1s ease-in-out 0s; white-space: nowrap;">CDC</a><span style="background-color: whitesmoke; color: #111111; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "San Francisco", "Helvetica Neue", Helvetica, Ubuntu, Roboto, Noto, "Segoe UI", Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: start; white-space: nowrap;"> on </span><a href="https://unsplash.com/s/photos/corona?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditCopyText" style="background-color: whitesmoke; box-sizing: border-box; color: #767676; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "San Francisco", "Helvetica Neue", Helvetica, Ubuntu, Roboto, Noto, "Segoe UI", Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: start; text-decoration-skip-ink: auto; transition: color 0.1s ease-in-out 0s, opacity 0.1s ease-in-out 0s; white-space: nowrap;">Unsplash</a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak berbeda dengan banyak negara lain di dunia, Indonesia juga tak luput dari hantu Covid-19. Meski terkesan terlambat mengantisipasi gelombang serangan virus yang tak kasat mata ini, akhirnya Indonesia menyadari gerakan #dirumah saja jadi salah satu cara menghambat laju penularan sang virus. Jadilah semenjak awal Maret tepatnya di 16 Maret 2020, kami resmi "dirumahkan". </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ayah, Bunda mulai berkantor di rumah sejak minggu ketiga Maret, sementara anak-anak sudah lebih dulu belajar di rumah seminggu sebelumnya. Rumah kecil kami mendadak hangat dan meriah. Adek membuka spot belajar di sudut kanan ruang tamu, bersama bunda di sudut kirinya. Dua kakak lebih nyaman bersarang masing-masing di kamar tidur, sementara ayah membuka ruang konferensi di ruang tengah yang menyatu dengan pojok kopi dan dapur. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aktivitas sehari-hari di dalam rumah membuat keramaian tersendiri yang tak biasa dan tak pernah terjadi sebelumnya. Suara adek yang menyimak materi belajar via TVRI berpadu dengan suara ayah yang bertelekonferensi dengan sejawatnya, ditingkahi suara musik dari kamar kakak yang tetiba seringkali menyentuh pianonya kembali sejak momen belajar di rumah saja. Kakak kedua dan bunda yang lebih sering bekerja dengan laptop menyerap semua riuh rendah suara dari dalam ruang-ruang di rumah kami, sungguh keramaian yang tak biasa dan reaksi kami di awal mula dimulainya kebiasaan baru ini berbeda-beda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dua kakak senang luar biasa ketika kebijakan belajar di rumah saja dimulai. Bagi dua anak introvert itu, kesempatan belajar dalam "sarang" nya yang nyaman di rumah sepanjang hari adalah hal yang sellau dirindukan. Beda dengan kakak, adek yang extrovert sedikit nelangsa karena tiba-tiba tak bisa bersosialisasi seperti biasa, kangen ibu bapak guru dan kangen bermain bersama teman-teman jadi salah satu alasan pertamanya merasa tak betah di rumah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagaimana dengan ayah dan bunda? Ayah yang biasa gesit dan padat dengan agenda kerjanya sedikit kerepotan karena semenjak berkantor di rumah, efektivitas pelaksanana tugas sangat tergantung pada kelancaran jaringan telekomunikasi. Banyak rapat yang terkendala jaringan yang hilang timbul di hari-hari awal kebijakan di rumah saja, yang akibatnya untu menyiasati kondisi tersebut terpaksa beberapa agenda dilaksanakan di luar jam kerja normal. Alhasil, momen bekerja di rumah saja berjalan ibarat tak kenal waktu. Ada rapat-rapat yang berjalan bahkan hingga dini hari. Tak beda dengan ayah, bunda pun demikian, meski tidak terlalu terpaku pada aktivitas komunikasi, bunda lebih terkendala masalah pengaturan fokus diri, membagi konsentrasi antara pekerjaan dan kewajiban mendampingi anak-anak di masa belajar di rumah. Malum sepanjang masa belajar di rumah, anak-anak tetap dilimpahi beragam tugas sekolah dengan tenggat waktu yang sama ketatnya layaknya mereka yang dipatok target pekerjaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Stres?</div>
<div style="text-align: justify;">
Ow, terus terang, pekan pertama adalah puncaknya. Setiap orang berusaha dengan cepat menyesuaikan diri dengan perubahan mendadak ini. Belum lagi setiap hari masih harus membaca atau mendengar berita seputar Covid-19 yang baru mulai merebak dan mau tak mau menyita perhatian. Lazimnya berita buruk, ketakutan, kekhawatiran dan ketidakpastian menghantui masing-masing dari kami. Masih beruntung kami bisa bersama-sama di masa sulit ini. Rasa syukur inilah yang menguatkan kami. Di luar sana banyak keluarga tak seberuntung kami. Sebagian terpisah jauh, jarak dan waktu. Sebagian amat terbatas ruang geraknya karena keterbatasan fasilitas dan banyak lagi hal yang tak kami alami.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tekad di akhir pekan pertama kami adalah bersyukur dan mulai belajar lagi. Banyak hal yang masih harus kami pelajari, belajar berempati, belajar menyesuaikan diri, belajar mengembangkan diri ditengah keterbatasan, belajar mengelola keterbatasan itu sendiri dan banyak hal lainnya. Bismillah, kami optimis bisa belajar bersama.</div>
<br />
<br />
vivifajarhttp://www.blogger.com/profile/10518366825549545671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8979635280351457596.post-51878324748582005512019-05-16T00:31:00.002-07:002019-05-16T00:36:08.171-07:00 Tips Buat Orang Tua Dalam Mendampingi Anak-Anak Berkegiatan Selama Ramadhan <div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><i>Alhamdulillah</i></span>, bulan suci Ramadhan tahun ini telah tiba. Suka cita, kami kaum muslimin menyambutnya, karena seperti dijanjikan oleh Alloh SWT, di bulan ini berlimpah ruah rahmahNya, semisal bonus bagi siapa pun hamba-hambaNya yang berbuat kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain serta semesta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagi bunda dan ayah, sudah pasti lebih seru dan berkesan manakala aktifitas ibadah Ramadhan kita juga termasuk mendampingi anak-anak di rumah menjalani latihan ibadahnya baik berpuasa maupun belajar menjalankan amalan lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berikut adalah beberapa tips yang dapat menjadi panduan kita dalam beraktifitas Ramadhan bersama putra-putri tercinta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><b>Kenalkan Anak Pada Sang Pencipta</b></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><b><br /></b></u></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai pengantar, ayah dan bunda dapat memulai dengan mengenalkan Allah SWT dengan cara mengajak mengamati mengamati alam serta membuat daftar nikmat yang telah diberikanNya kepada kita mulai dari sehatnya diri, bermanfaatnya panca indera, berkah berada dalam keluarga, kemampuan memahami pelajaran di sekolah dan lain sebagainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><u>Pengenalan Iman </u></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Mengenalkan anak-anak kepada Allah SWT layak dilanjutkan dengan pengenalan mengenai iman. Jika anak-anak telah diperlihatkan bukti-bukti kebesaran dan ciptaanNya, sedikit demi sedikit anak dapat merasakan kehadiran Allah SWT dalam kehidupan keseharian. Langkah awal ini jika tak putus kita lakukan, akan membimbing anak pada pengenalan akan iman. Pengenalan awal mengenai keimanan haruslah membuat anak belajar mencintai Penciptanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Agar mudah menanamkan pemahaman bahwa Allah SWT menyayangi hambaNya, ayah dan bunda dapat menunjukkan lebih banyak contoh nyata seperti betapa Allah SWT menjamin rejeki tiap makhluk di dunia ini. Contoh-contoh sederhana seperti "bahkan anak burung yang belum dapat terbangpun dijamin rejekinya, yaitu dia dapat memperoleh makanan lewat induknya," atau "jika kita berusaha , seperti misalnya para pedagang di pasar atau petani yang rajin merawat tanamannya, maka pastilah Allah SWT akan memberinya rejeki yang cukup berupa keuntungan yang berkah atau hasil panen yang baik,"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beri gambaran pada anak-anak bahwa Allah SWT menyukai tiap kebaikan yang dilakukan oleh hambaNya. Misalnya, " Kalau pada burung kecil saja Allah begitu sayangnya, apalagi pada anak-anak sholih dan sholihah yang rajib berpuasa,"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di tahapan awal, hindari menggunakan ancaman untuk mengajak anak melakukan suatu ibadah, seperti menakuti bahwa Allah SWT akan menghukum mereka yang tidak berpuasa. Isalam itu agama yang baik dan memudahkan ummatnya menjalani ibadah-ibadahnya, sehingga mulailah mengenalkan Islam dengan kebaikan dan kemudahan yang disediakannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><u>Tunjukkan Kasih Sayang</u></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai orang tua, kita wajib menunjukkan kasih sayang kepada anak-anak. Bukankah akan menjadi hal yang ironis, manakala kita berusaha mengenalkan anak-anak pada kasih sayang Allah SWT, namun dihadapan anak kita justru tidak menunjukkan kasih sayang yang tulus pada mereka. Rasulullah Saw bersabda : "<i>Barang siapa yang tidak menyayangi, niscaya dia tidak akan di sayangi.” (HR. Muslim)</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><u>Menjadi Teladan Yang Baik</u></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebaik-baiknya pendidikan adalah teladan yang baik. Dalam mendampingi anak-anak menjalani ibadah Ramadhan, kita hendaknya menunjukkan semangat menyambut kehadiran bulan mulia ini. Tunjukkan kepada anak-anak, bahwa kita amat menantikan bulan Ramadhan dan tak sabar ingin menjalani ibadah-ibadah utama di bulan Ramadhan sesuai yang dicontohkan Rasulullah Muhammad saw.<br />
<br />
Jika ingin anak-anak semangat bertarawih, maka kita harus terlebih dulu menunjukkan pada mereka semangat bertarawih, demikian pula dengan ibadah lainnya semisal menggiatkan membaca Al Quran, berbagi dengan dhuafa, menyiapkan menu berbuka untuk jamaah di masjid dekat rumah, menahan amarah dan sebagainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam mengajarkan ibadah kepada anak, hindari memberitahukan imbalan kepada anak di awal. Seperti “kalau adek puasanya full, nanti ayah kasih tas sekolah baru!”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebaiknya, <b>berikan imbalan di akhir tanpa memberitahukannya</b>. Kemudian saat orang tua memberikan apresiasi melalui hadiah, tekankan juga bahwa hadiah tersebut adalah rezeki dari Allah Swt</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam membiasakan anak beribadah, orang tua perlu bersabar. Karenanya mengajarkan ibadah perlu dilakukan sejak dini agar proses pendidikan dapat dilakukan secara bertahap. Allah Swt berfirman: "Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan <i><b>bersabarlah kamu dalam mengerjakannya</b></i>." (QS. Thaha: 132). Bersabar menjalani proses merupakan pembelajaran bersama bagi orang tua dan anak-anak. Semoga kita tetap <i>istiqomah </i>menularkan kebiasaan baik pada anak-anak.<br />
<br />
--- ooo ---</div>
vivifajarhttp://www.blogger.com/profile/10518366825549545671noreply@blogger.com0Jakarta, Indonesia-6.17511 106.86503949999997-8.1968405 104.28325249999996 -4.1533795 109.44682649999997tag:blogger.com,1999:blog-8979635280351457596.post-7509814335536248502015-10-23T02:39:00.001-07:002015-10-23T02:48:48.731-07:00Internet dan Remaja : Aturan Wajib Bagi Remaja Dalam Berinternet<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;">Teknologi terus berkembang dari waktu ke waktu. Salah satu penemuan yang tak bisa disangkal lagi telah merubah cara manusia hidup di dunia adalah internet.</span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;">Tak cuma bagi para pengguna dewasa, keajaiban internet telah membawa pengaruh besar dalam kehidupan anak-anak kita, mulai dari batita, balita, hingga remaja.</span></div>
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;">
</span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;">Untuk mereka yang termasuk golongan terakhir a.k.a para remaja, internet bahkan tampaknya menjadi item yang lebih penting dibandingkan kebutuhan dasar manusia ala Maslow yang membatasinya dalam kelompok pangan, sandang dan papan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;">Tidak percaya???</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;">Coba saja, saat anda ajak mereka ke restoran cepat saji, misalnya, yang menjadi perhatian mereka bukan hanya (atau bahkan "bukan pada") menu yang disajikan resto tersebut melainkan apakah jaringan <i>wifi</i> tersedia disana.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://i1-news.softpedia-static.com/images/news2/Fedora-23-Netizen-Spin-to-Promote-Internet-Citizenship-and-Citizen-Engagement-481582-2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://i1-news.softpedia-static.com/images/news2/Fedora-23-Netizen-Spin-to-Promote-Internet-Citizenship-and-Citizen-Engagement-481582-2.jpg" height="160" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><span style="font-size: x-small;"><i>credit image : </i></span></span><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: x-small;"><i>http://i1-news.softpedia-static.com/images/</i></span></td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span style="font-size: large;">Tak jarang si remaja uring-uringan dan mati gaya hanya karena sambungan internet di rumah terkena gangguan beberapa jam di saat mereka menghabiskan waktu di rumah. </span><i style="font-size: x-large;">Gadget </i><span style="font-size: large;">dan internet bagai dua sejoli yang kemana-mana menemani remaja kita menghabiskan waktunya mulai dari mengerjakan rumah, menyiapkan presentasi, </span><i style="font-size: x-large;">ngobrol </i><span style="font-size: large;">dengan sesama teman sekolah atau anggota komunitas favorit, hingga acara 'membunuh' waktu dengan sekadar menyaksikan video dari artis idola atau bermain </span><i style="font-size: x-large;">game </i><span style="font-size: large;">online.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;">Sebenarnya seperti apapun di dunia ini, teknologi berbasis internet juga mempunyai dua sisi, yang menguntungkan dan tentu saja merugikan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;">Di satu sisi, internet merupakan ladang informasi yang jika dipilah dengan filter yang tepat dan digunakan dengan bertanggung jawab maka akan menyediakan banyak hal positif yang memperluas khasanah pengetahuan bagi remaja dan mempermudah mereka dalam mengeksplorasi hal-hal baru dalam aktifitas belajarnya. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;">Sebaliknya, jika remaja kita tak cukup punya bekal mengenai tata cara berinternet yang benar dan bertanggung jawab hal-hal negatif bisa saja menjadi konsumsi mereka baik sengaja ataupun tak sengaja.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;">Berikut beberapa aturan dasar yang wajib dipahami dan dipraktikan remaja kita dalam berinternet ria:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;"><b><u>Waspada terhadap orang asing</u></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;">Sama dengan aturan umum dalam dunia nyata, dalam dunia maya pun remaja kita perlu memahami bahwa berhubungan dengan orang yang asing bagi mereka memiliki risiko tinggi terhadap keselamatannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;">Sudah menjadi tugas kita sebagai orang tua untuk mendiskusikannya dengan remaja kita akan bahayanya berhubungan dengan orang asing secara <i>online </i> dan terus menerus mengingatkan remaja kita untuk berhati-hati pada apa yang tampak di dunia maya. Banyak ketidakjujuran terpapar disana. Berdiskusilah dengan mereka mengenai hal ini, bahwa apa yang ditampilkan dan dikatakan orang asing di dunia maya bisa sangat jauh berbeda dengan kenyataannya di dunia nyata.</span><br />
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;"><b><u>Jangan pernah berbagi informasi pribadi</u></b></span></span><br />
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;">Ingatkan remaja kita untuk berhati-hati selalu. Pencantuman alamat rumah, sekolah atau nomor telepon dan nomor kartu atm/kartu kredit di laman sosial media haram hukumnya. Termasuk diantaranya posting foto-foto pribadi apalagi dengan pose-pose yang bisa menarik atau memancing perhatian orang asing.</span><br />
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span>
<b style="font-size: x-large;"><u>Jaga kerahasiaan <i>password </i>akun pribadi di dunia maya</u></b></span><br />
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b style="font-size: x-large;"><u><br /></u></b>
<span style="font-size: large;">Jelaskan pada remaja kita bahwa <i>password </i>didesain sebagai kunci pengaman informasi dalam akun pribadi. Jika tidak ingin informasi dalam akun tersebut tersebar luas keluar, maka jangan pernah emmbagi <i>password </i>tersebut pada orang lain (sahabat, teman atau bahkan teman dekat).</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;"><b><u>Ajak remaja kita berbagi aplikasi, <i>tools </i>atau situs yang sering ia kunjungi</u></b></span></span><br />
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span style="font-size: large;"><b><u><br /></u></b></span>
<span style="font-size: large;">Agak sulit mungkin, karena sebagai remaja mereka mulai mengerti batasan privasi. Namun, dengan komunikasi asertif, orang tua tetap dapat memperoleh akses tersebut sekadar untuk menjaga agar tidak terjadi kemungkinan remaja kita mengunjungi situs yang salah atau terlalu banyak menghabiskan waktunya di dunia maya.</span></span></div>
<ul class="kh_longline_list" style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12.16px; font-stretch: normal; line-height: 1.35em; margin: 1em 0px 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</ul>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12.16px; font-stretch: normal; line-height: 1.4em; margin-bottom: 1.5em; margin-top: 1em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;">Orang tua dapat menggunakan konsol pengaman berupa filter dalam bentuk software yang dapat mengamankan remaja kita saat berselancar di dunia maya. Konsol ini berguna untuk mencegah pihak yang tidak bertanggung jawab masuk dalam aktivitas remaja kita di dunia maya, misalnya saja para predator anak ataupun menyaring konten-konten dewasa yang kerap muncul layaknya iklan di laman situs.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: large;">Selain itu, sudah selayaknya remaja kita memperoleh contoh cara aman berinternet dari orang tuanya. Dengan cara ini, kita sebagai orang tua membantu membentuk kebiasaan baik pada mereka, yaitu menjadi <i>netter </i>yang bertanggung jawab.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
vivifajarhttp://www.blogger.com/profile/10518366825549545671noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8979635280351457596.post-68751221526488923112015-02-07T16:05:00.001-08:002015-02-07T16:12:12.308-08:00Saat Balita Kita Rajin Bicara : Kiat Menghadapi Anak Talkactive<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Apakah ada diantara anda yang mempunyai anak <i>talkactive</i>? Beberapa cirinya mungkin bisa ditemukan dalam tulisan <span style="background-color: lime;"><a href="http://belajarbarengkiddos.blogspot.com/2015/02/saat-balita-kita-rajin-bicara-apakah-si.html" target="_blank">ini</a></span> </span></span><br />
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Dari semua artikel yang saya baca tentang cara menghadapi dan memahami anak <i>talkactive </i>saya temukan satu kata yang penting untuk terus saya ingat, yaitu : SABAR. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Intinya, menghadapi anak yang sangat aktif berbicara, jangan sampai orang tua menjadi tidak sabaran yang malah akan membuat kita kehilangan kesempatan membantunya mempelajari cara belajar dengan lebih baik. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Hal penting lainnya yang perlu diingat bagi saya adalah bahwa anak <i>talkactive </i>cenderung suka berusaha menarik perhatian orang-oang disekitarnya. Saat kita sedang melakukan suatu kesibukan, biasanya ia akan mendekati dan mulai menanyakan hal-hal yang diminatinya atau meminta kita melakukan sesuatu untuknya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Dari sebuah artikel yang saya baca di <i>http://www.healthguidance.org </i>saya menemukan hal-hal menarik berikut yang layak saya praktikan dalam menghadapi si kecil yang <i>talkactive.</i></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Dengan anak yang <i>talkactive </i>sangat penting bagi kita untuk tetap mendengarkannya dengan penuh perhatian dan memberinya komentar atau jawaban yang ia inginkan. Hanya dengan cara ini kita bisa tetap dapat membantu anak untuk belajar memahami apa yang benar dan salah.</span></span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Jangan mudah menyerah saat mengajari anak <i>talkactive </i>tentang kapan ia harus diam dan kapan ia harus berbicara, sebab anak-anak yang sangat suka berbicara seringkali tidak dapat menahan dirinya untuk tidak berbicara barang sejenak.</span></span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Jika kita memang ingin membantu anak <i>talkactive </i>untuk belajar tenang dan diam, kita dapat mengajaknya datang ke tempat-tempat dimana ia diharuskan untuk diam, misalnya ke tempat ibadah atau perpustakaan. Mulailah mengajaknya untuk jangka waktu yang tidak terlalu lama misalnya satu jam, untuk memberinya pengalaman bahwa ada tempat-tempat yang memang mengharuskannya untuk tidak berbicara banyak.</span></span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Latihlah anak untuk diam di tengah waktunya di rumah dengan menyediakan waktu "diam" untuk seluruh anggota keluarga. Kita bisa meminta seluruh orang di rumah untuk diam selama lima belas menit, misalnya, dan kemudian di waktu-waktu berikutnya, durasi itu bisa kita tambah sedikit demi sedikit untuk memberi kesempatan bagi anak <i>talkactive </i>belajar mengendalikan keinginannya untuk berbicara. Namun, jangan lupa untuk tetap merespon dengan cara positif, manakala si kecil tetap berbicara, ingatkan dia bahwa tujuannya belajar diam adalah untuk kebaikan bersama.</span></span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Anak <i>talkactive </i>biasanya penuh dengan energi dan jika kita mengarahkannya dengan benar, maka kita bisa membantunya mempelajari hal-hal baru. Ajak sikecil untuk mengerjakan prakarya, beri ia tugas-tugas ringan yang dapat mengembangkan kesenangan atau hobi baru, misalnya memintanya membuat lukisan dengan tangan dengan media kertas dan cat air, atau bermain-main dengan air dan gelas-gelas plastik dan sebagainya.</span></span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Bagi si <i>talkactive</i> yang masih berusia balita, biasanya ia sangat suka membuat ceritanya sendiri. Kebiasannya ini bisa diarahkan untuk mengajaknya belajar menikmati bacaan baru. Mengajaknya banyak membaca membuka kesempatan baginya untuk mendapatkan cerita-cerita baru untuk diulang dan positifnya lagi, kita telah membantunya menumbuhkan minat membaca sejak dini. </span></span></li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Apapun cara yang kita tempuh dalam berusha memahami dan membantu anak <i>talkactive </i>dalam mengembangkan dirinya, yang terpenting adalah kita menyadari bahwa anak, melalui kesukaannya berbicara sebenarnya menginginkan perhatian dari kita, sebagai orang tuanya. Tindakan pengabaian terhadap anak seperti ini bukan tidak mungkin bukan hanya menghentikannya dari kebiasaannya berbicara banyak namun juga menghentikannya dari membangun kedekatan dengan orang tuanya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Jadi satu kata terpenting yang tetap harus dijaga adalah <i>bersabar </i>untuk memperoleh lebih banyak kebaikan bagi semua.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
vivifajarhttp://www.blogger.com/profile/10518366825549545671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8979635280351457596.post-54749224110942575942015-02-07T15:27:00.000-08:002015-02-07T16:13:38.600-08:00Saat Balita Kita Rajin Bicara: Apakah Si Kecil Termasuk Anak Talkactive?<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Diantara tiga anak saya di rumah, si kecil yang saat ini berusia tiga tahun empat bulang terhitung yang paling "cerewet" dibanding kedua kakak perempuannya saat berusia sama dengannya. Padahal, menurut kebanyakan orang, anak laki-laki itu lebih sedikit bicara dibanding anak perempuan. Namun, rupanya teori umum itu tak berlaku bagi balita saya yang satu ini. Meskipun saat ia berusia lebih muda, yaitu di usia satu hingga dua tahun, ia bisa dibilang lambat dalam belajar berkata-kata.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Saat ini, mulai dari bangun tidur hingga menjelang tidur lagi di malam hari, ada saja kata-kata yang keluar dari mulutnya. Jika tak bertanya ini dan itu, mengulang kata-kata kami yang baru didengarnya, menyanyikan lagu yang ia suka hingga menirukan percakapan dari film kartun kesukaannya. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Bagi kedua kakaknya yang usianya berbeda jauh dengannya, kebiasaan si kecil yang <i>talkactive</i> kadang dianggap menggangu. Jadi, kadang sesekali saya mendengar juga ucap protes atau larangan dari sang kakak pada adiknya untuk berhenti bicara. "Berisik," begitu kata mereka. Tentu saja, protes dan larangan tersebut tak membuat sang adik berhenti berbicara, bahkan lebih sering saya melihat kedua kakaknya malah akan makin sering ia "ganggu", minimal untuk dijadikan tempat bertanya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Sebagian dari orang tua yang seringkali bertukar pengalaman dengan saya ada yang mengatakan bahwa anak yang <i>talkactive </i>cenderung tumbuh menjadi anak yang cerdas. Namun ternyata, menurut </span></span><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><i>The
American Academy of Pediatrics</i>, perkembangan bahasa bukan merupakan indikator utama kecerdasan seorang anak atau bahkan bukan pula merupakan indikator bahwa seorang anak memiliki kosa kata yang lebih banyak. Yang jelas, anak membutuhkan bahasa dengan tingkatan yang berbeda-beda dan bagaimana mereka memilih untuk menggunakan pengetahuannya sangat bervariasi.</span></span></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://www.boldsky.com/img/2013/08/05-todd.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://www.boldsky.com/img/2013/08/05-todd.jpg" height="240" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><span style="font-size: x-small;"><i>diunduh dari : http://www.boldsky.com/img/2013/08/05-todd.jpg</i></span></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"> Bagi saya, dengan mengamati si kecil yang sangat aktif berbicara ini mengajarkan hal-hal baru, yaitu bahwa si <i>talkcative </i>menunjukkan:</span></span></span></span></div>
<ol>
<li><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Keingintahuan yang besar yang diekspresikannya saat bertanya ini dan itu;</span></span></span></span></li>
<li><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Cenderung mudah menunjukkan ekspresi entah itu rasa senang, kesedihan atau kemarahan;</span></span></span></span></li>
<li><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Lebih mudah belajar secara visual;</span></span></span></span></li>
<li><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Agak susah duduk diam dan mendengarkan karena lebih suka berbicara;</span></span></span></span></li>
<li><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Cenderung suka mencari perhatian orang disekitarnya; </span></span></span></span></li>
<li><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Lebih mudah bersosialisasi dan tidak takut-takut atau malu-malu saat harus tampil di depan umum. </span></span></span></span></li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Saya menyadari, tidak semua anak dapat diperlakukan sama, untuk itu saya berusaha mencari tahu cara menghadapi keseharian balita yang <i>talkactive </i>dan bagaimana memanfaatkan kondisinya itu untuk aktivitas belajarnya dan perkembangan dirinya di kemudian hari. </span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br /></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><a href="http://belajarbarengkiddos.blogspot.com/2015/02/saat-balita-kita-rajin-bicara-kiat.html" target="_blank">Tulisan</a> berikut merupakan ringkasan hasil penelusuran saya tentang bagaimana seharusnya kita menghadapi anak <i>talkctive.</i></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></span></span></div>
<br />
<br />
<br />
<br />vivifajarhttp://www.blogger.com/profile/10518366825549545671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8979635280351457596.post-88508822997344328702014-07-11T17:57:00.000-07:002014-07-11T17:57:03.349-07:00Ada Apa Dengan Kurikulum 2013? (Pendahuluan)<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Masa liburan sekolah hampir berakhir. Anak-anak di rumah saya sudah tak sabar ingin segera kembali ke sekolah, salah satu tempat mereka belajar sehari-hari. Melihat antusiasme anak-anak kembali ke sekolah membuat saya turut bersemangat. Maklumlah, selama ini, sesuai dengan misi pendidikan dalam keluarga kami, sekolah menjadi salah satu lingkungan yang kami pilih sebagai tempat anak-anak beraktivitas. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Sejauh ini, aktivitas belajar mereka makin berwarna dan saling melengkapi antara pola belajar yang kami kembangkan di tengah keluarga dengan apa yang dilakukan oleh guru-guru mereka di sekolah. Singkatnya, kami sebagai orang tua bisa menjalin hubungan kerja sama yang solid dan saling mendukung sehingga terjadi keselarasan antara pola pengajaran orang tua di rumah dengan pola pengajaran guru sebagai partner kami di sekolah, Alhamdulillah.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Pada akhir tahun ajaran yang lalu, kami berkesempatan berdiskusi dengan pihak sekolah mengenai kurikulum baru yang hendak diterapkan serentak secara nasional mulai tahun ajaran 2013/2014. Kurikulum tersebut disosialisasikan dengan nama "Kurikulum 2013". Dimulai dengan penerapan secara selektif pada sekolah-sekolah tertentu, sebagai ajang uji coba pada tahun ajaran 2013/2014, maka di tahun ajaran 2014/2015 semua sekolah harus suah menerapkan kurikulum baru tersebut yang disebut-sebut merupakan salah satu terobosan dalam dunia pendidikan di Indonesia.</span></span></div>
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br /></span></span>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Mendengar kata "terobosan" menimbulkan rasa keingintahuan saya mengenai bentuk dan aplikasi dari kurikulum baru ini. Dari sekilas diskusi dengan sekolah, saya mendengar bahwa yang menjadi inti dari kurikulum baru tersebut adalah mengintegrasikan setiap mata pelajaran yang menjadi standar kompetensi minimum siswa pada level tertentu dengan benang merah suatu tema dengan mengaplikasikan beragam metode pengajaran secara komprehensif. Pihak perancang kurikulum menyebutnya "pola pengajaran tematik" atau sederhananya bisa kita sebut, pola pengajaran berdasarkan tema tertentu. Tema yang diusung diambil dari kehidupan sehari-hari siswa, dan tiap mata pelajaran yang diajarkan pada tiap kali pertemuan dengan siswa mengusung satu tema yang telah ditetapkan sesuai silabus tertentu. Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Silabus Kurikulum 2013 dapat dilihat dan diunduh <a href="http://www.sekolahdasar.web.id/2014/03/rpp-dan-silabus-kelas-3-sd-kurikulum.html" target="_blank">disini</a>.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Misalkan saja, untuk pertemuan pertama dengan siswa, setiap mata pelajaran mengusung tema tentang "Pengalaman Yang Mengesankan", maka materi dari masing-masing mata pelajaran akan didasarkan pada tema tersebut. Untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, misalnya, Siswa diajak untuk menceritakan kembali pengalaman yang mengesankan secara lisan dalam bentuk aktivitas bercerita. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Pada prinsipnya, beragam metode bisa diaplikasikan dalam mengeksplorasi tema ini. </span></span>Guru dapat merancang aktivitas semacam "show and tell" atau presentasi tunggal dari masing-masing siswa dalam rangka menceritakan pengalamannya, atau mungkin juga aktivitas bermain peran secara berkelompok yang dilakukan siswa yang ceritanya diangkat dari pengalaman mengesankan mereka secara bersama-sama. Diantaranya disisipkan pengajaran mengenai konsep-konsep dasar tertentu yang menjadi standar kompetensi yang ingin dicapai dalam suatu mata pelajaran. Misalnya, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah mengembangkan rasa ingin tahu dan mencari sumber-sumber informasi yang menunjang proses belajarnya. Maka, dalam hal ini, Guru bisa saja mengembangkan metode diskusi interaktif dengan siswa di kelas untuk mencari tahu serta mendorong siswa berperan aktif mengungkapkan pengetahuannya seputar pencarian sumber-sumber informasi tadi. Setelah itu, Guru juga dapat melengkapi apa yang sudah disampaikan siswa dengan menambah pengetahuan baru seputar materi yang dibahas.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Penggunaan beragam metode pengajaran secara aplikatif menuntut kreatifitas guru. Semakin kreatif guru dalam memadu madankan metode-metode pengajaran tersebut secara integratif, seharusnya akan semakin aktif dan dinamis aktivitas belajar para siswa. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Tidak ada salahnya, sebagai orang tua kita mulai mencermati dan turut mempelajari perbedaan visi dan misi serta aplikasi yang diusung oleh kurikulum baru ini. Bagaimanapun, tanggung jawab pendidikan anak-anak berada ditangan orang tuanya, sehingga bagi kita yang memilih jalur sekolah sebagai pendukung pola pengajaran di rumah, sudah sewajarnya memahami rancangan kurikulum yang diterapkan oleh Pemerintah. Jika terdapat kekurangan atau ketidakselarasan dengan visi dan misi pendidikan keluarga secara internal, kita sebagai orang tua dapat merancang cara lain untuk menyesuaikannya, sebaliknya tentu saja, sebagaimana semua bentuk ciptaan manusia di dunia, mungkin kita juga memperoleh nilai tambah yang lebih baik dari kurikulum ini untuk mendukung pola pengajaran yang selama ini kita terapkan di rumah-rumah kita.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br /></span></span></div>
vivifajarhttp://www.blogger.com/profile/10518366825549545671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8979635280351457596.post-38065847646202763172014-04-14T00:22:00.000-07:002014-04-14T00:22:00.020-07:00Sex Education For Young Children : How to start?<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Sama seperti kebanyakan orang tua lain, saya termasuk yang perlu berpikir keras menemukan cara mengangkat tema pendidikan sex bagi anak-anak. Termasuk didalamnya, memilih-milih waktu yang tepat untuk mulai membiacarakannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Dari berbagai literatur yang saya baca dan pembicaraan dengan sesama ibu, saya memilih satu cara memulai dan masih terus saya gunakan sampai sekarang. Cara yang bagaimanakah itu? Hmm, saya menyebutnya cara yang "natural".</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Setiap hari sebenarnya selalu ada saja momen yang bisa kita pakai untuk mulai membicarakan masalah sex dan sexualitas pada anak-anak. Ambillah contoh, saat ayah dan bunda dan anak-anak berada di satu ruang keluarga, di hari keluarga. Kesempatan ini jadi saat yang paling sempurna untuk membuka pembicaraan tentang pendidikan sex bagi anak-anak usia dini.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Momen lainnya misalnya saat kita mengajak anak-anak mengunjungi tante yang sedang mengandung, atau baru saja melahirkan bayi. Kita menjadikan momen itu untuk memulai pembicaraan tentang sex dengan si usia dini. Intinya adalah, sediakan waktu berbicara, siapkan suasana yang santai dan ambillah "inisiatif " untuk memulai diskusi tentang sex dengan anak-anak. Buka pikiran dan yakinkan diri terlebih dahulu, bahwa sebaik-baiknya pendidikan adalah yang diberikan dan dimulai dari orang tua, bukan dari yang lain, termasuk didalamnya pendidikan tentang sex. Bukankah kita yang lebih memahami anak-anak kita sendiri? Maka selayaknya kita yang memulainya.</span></div>
vivifajarhttp://www.blogger.com/profile/10518366825549545671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8979635280351457596.post-65854809700964003792014-04-03T00:25:00.000-07:002014-04-03T00:26:45.939-07:00Main-Main Matematika : Mengenal Statistika Sederhana<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-size: large;">Seusai acara iseng kami memanggang cup cake
pisang di sore hari, kami masih menyisakan beberapa lembar wadah cup
cake dari kertas yang berwarna-warni, ada ungu, biru, kuning dan merah. </span>Dan..jadilah acara main-main matematika di dapur saya berakhir pada pengenalan teori statistika sederhana, begini ceritanya.. :)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Saya ajak putri saya yang kedua (7 th) untuk menyortir dan mengelompokkan wadah cup cake tersebut berdasar warnanya. Selain itu, ia harus memberi nomor pada setiap alas wadah cup cake, berurutan, hingga setelah usai, ia mengetahui berapa jumlah wadah cup cake pada masing-masing kelompok warna. Kemudian, ia saya minta untuk menempelkan wadah-wadah cup cake kertas itu di atas sehelai kertas folio, tentu saja sesuai dengan kelompok warnanya. Hasilnya terlihat seperti ini :</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg16CHoSDO0yKpXRLgxOgQ1gcT956GwRnF9L5pTAIKJGU2uEZdTMCQptYzTwb9RKwlqRDGp6ZdIxyNT7aqRI_FBtzwtM227JNoMkb84NM8cl_qQLKm3mISVRT3ESzGz1pom4W-6kkyJxXRY/s1600/Adelaide-20121212-00851.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg16CHoSDO0yKpXRLgxOgQ1gcT956GwRnF9L5pTAIKJGU2uEZdTMCQptYzTwb9RKwlqRDGp6ZdIxyNT7aqRI_FBtzwtM227JNoMkb84NM8cl_qQLKm3mISVRT3ESzGz1pom4W-6kkyJxXRY/s1600/Adelaide-20121212-00851.jpg" height="240" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Berdasarkan susunan wadah cup cake seperti pada gambar di atas, saya ajak putri saya untuk mengobservasi bersama serta memintanya menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana seperti:</span></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li><span style="font-size: large;"><span style="font-size: large;">berapa jumlah total semua wadah cup cake kertas yang ada?</span></span></li>
<li><span style="font-size: large;"><span style="font-size: large;"> </span>kelompok warna apa yang memiliki jumlah paling sedikit?</span></li>
<li><span style="font-size: large;">kelompok warna apa yang memiliki jumlah paling banyak?</span></li>
<li><span style="font-size: large;">dst. </span></li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Dengan hanya memperhatikan sekilas hasil prakaryanya, putri saya dengan mudah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Saya pun kemudian melanjutkan dengan mengenalkannya pada bentuk diagram batang (histogram) yang bentuknya mirip dengan prakarya dari wadah cup cake kertas ini. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://cdn.ttgtmedia.com/digitalguide/images/Misc/iw_histogram.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://cdn.ttgtmedia.com/digitalguide/images/Misc/iw_histogram.gif" height="320" width="274" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i>gambar diunduh dari : http://cdn.ttgtmedia.com/</i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Dengan cara sederhana ini saya sudah berhasil mengenalkan konsep <i> </i>populasi (total semua wadah cup cake kertas), konsep pengelompokkan data (penyortiran per kelompok warna), dan salah satu bentuk penyajian hasil pengelompokkan data yang dikenal dalam ilmu statistika dalam waktu yang singkat dan dengan cara yang disukai anak-anak.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Jadi, siapa bilang, belajar matematika itu "wajib" serius dan menegangkan?..:p..dari dapur pun kita bisa melakukannya.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
vivifajarhttp://www.blogger.com/profile/10518366825549545671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8979635280351457596.post-25111530614960007742014-04-01T03:08:00.002-07:002014-04-01T23:52:46.646-07:00Bagaimana Membangun Kedekatan Emosional Dengan Si Batita?<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Sekali waktu saya pernah membaca di salah satu site tentang perkembangan anak (</span></span><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><i><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">http://www.scholastic.com)</span></i>,<b> "</b><i>Babies who
are securely attached to you emotionally will be able to invest more
life energy in the pleasures of exploration, learning, and discovery</i>" <span style="font-size: small;"></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Kurang lebih, bila diterjemahkan secara bebas, kalimat tersebut dapat berbunyi, " Bayi yang merasa aman terikat dengan orang tuanya secara emosional akan menginvestasikan lebih banyak energinya pada kesenangannya bereksplorasi, belajar dan menemukan (hal-hal baru). </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3lZFhJFzoS6XRsJFrG5UitpvgDfKKKri8SdCSVhchbWuaBo865_F8qQehgRM455yl1Jf6mOgW809RqAIrBc2lzGsPw-fffgHVYsG8uXemz9pz51WT5fYqCCKKT7O8yzsBOTzBJPtBpRnX/s1600/IMG-20130901-01222.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3lZFhJFzoS6XRsJFrG5UitpvgDfKKKri8SdCSVhchbWuaBo865_F8qQehgRM455yl1Jf6mOgW809RqAIrBc2lzGsPw-fffgHVYsG8uXemz9pz51WT5fYqCCKKT7O8yzsBOTzBJPtBpRnX/s1600/IMG-20130901-01222.jpg" height="240" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"> <span style="font-size: x-small;"><i>menggambar bersama si kecil? beri mereka contoh dan rasakan serunya saat melihat dia berusaha meniru gambar kita , meski sebatas corat coret saja..:)</i></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Kalimat ini sangat menginspirasi saya, yang meskipun telah tiga kali mengasuh anak usia bayi-batita, namun masih tetap merasa ada yang kurang, manakala ketika anak-anak beranjak besar, saya menemukan terkadang mereka merasa kurang antusias dalam menjalani proses belajar dan bereksplorasi. Saya sering merasa, jangan-jangan kondisi tersebut merupakan buah pengasuhan saya yang kurang maksimal. Untuk itu, hingga sekarang saya masih berusaha mempelajari cara terbaik membangun kedekatan emosional dengan anak-anak (terutama si bungsu yang saat ini masih berusia dibawah tiga tahun).</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Berikut beberapa contoh cara yang dapat kita coba terapkan dalam keseharian sebagai seorang ibu dalam menjalin hubungan dengan anak-anak:</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><b><u>Mengusahakan percakapan yang bermakna</u></b></span></span> </div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Pada setiap kesempatan bersama anak-anak, upayakan suatu percakapan yang bermakna. Bisa dikemas dengan ringan dan santai, namun isi percakapan harus benar-benar hal yang difokuskan dibicarakan dengan mereka. Jangan sekedar menyapa sambil lalu tanpa menaruh perhatian penuh pada anak-anak, karena mereka akan merasakan bahwa orang tuanya sedang tidak memberikan perhatiannya pada mereka namun pada hal lain. Mengobrol sambil tetap "bermain gadget" misalnya, akan membuat anak menarik kesimpulan bahwa kita tak serius ingin bercakap-cakap dengan mereka.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><b><u>Jangan abaikan keluhan anak</u></b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Respon dari orang tua disaat yang tepat adalah yang diharapkan anak-anak, manakala mereka menghadapi ketidaknyamanan. Jangan lupa untuk selalu fokus pada penyelesaian masalahnya, dan yang terpenting lagi adalah menjaga kesabaran saat menghadapi anak-anak yang sedang menghadapi kesulitan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><b><u>Menyediakan waktu bermain bersama</u></b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Momen bermain bersama merupakan hal yang menyenangkan dan melegakan bukan saja bagi anak-anak namun juga bagi orang tua. Lepaskan segala hal diluar kegiatan bermain, maka kita akan bisa turut merasakan kegembiraan tulus yang dirasakan oleh anak-anak saat bermain. Tempatkan diri sebagaimana kita semasa anak-anak dulu, maka jalinan emosi antara kita dan anak-anak akan terbentuk layaknya "teman bermain" :).</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><u><b>Jangan pelit memberi belaian sayang atau pelukan hangat</b></u></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Salah satu bentuk komunikasi non verbal yang mudah dilakukan adalah memberi belaian atau pelukan hangat pada anak-anak. Tak harus menunggu momen tertentu untuk melakukannya. Anak-anak menyukai spontanitas. Lakukan saja sesuai kata hati kita, niscaya mereka akan suka dan merasakan kehangatan kasih sayang orang tuanya, dan bukan mustahil akan tertular melakukan kebiasaan yang sama hingga mereka dewasa pada orang-orang yang mereka sayangi.<u><b></b></u> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><b><u><br /></u></b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><b><u>Bernyanyi bersama</u></b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Tak harus jago menyanyi, kita bisa menyanyikan lagu-lagu kesukaan anak-anak bersama mereka. Diwaktu senggang, misalnya di akhir pekan, saya terbiasa mengajak anak-anak bermain musik bersama. kami emmilih daftar lagu bersama, dan terkadang membahas isi liriknya. Meski dengan alat musik seadanya, tapi momen spesial kami ini terbukti mendekatkan hubungan Ibu-Anak.<b><u> </u></b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><b><br /></b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><b><u>Memasak bersama atau menyediakan menu spesial </u></b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Kesempatan mencoba-coba resep makanan atau minuman baru akan jadi saat yang menyenangkan bila dijalani bersama anak-anak. Anak-anak akan merasa istimewa saat kita berusaha memenuhi apa yang mereka sukai.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Yang terpenting dari semua hal yang kita lakukan bersama anak-anak adalah untuk selalu menunjukkan kebahagian dan perhatian pada mereka. Biarkan bahasa tubuh kita, pancaran mata kita, respon kita terhadap ucapan dan keluhannya, senyuman dan tindakan kita sehari-hari sungguh-sungguh mencerminkan cinta tak bersyarat kita pada anak-anak. Jadi, tetaplah terus berusaha menjalin hubungan spesial dengan anak-anak, berapapun usia mereka :)</span></span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">*<span style="font-size: x-small;"><i>diintisarikan dari berbagai sumber </i></span></span></span></div>
vivifajarhttp://www.blogger.com/profile/10518366825549545671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8979635280351457596.post-9912883987774506762014-02-20T17:33:00.001-08:002014-02-20T20:24:09.327-08:00Bagaimana Cara Membantu Anak-Anak Beradaptasi Dengan Perubahan?<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Tak bisa dihindari lagi, kehidupan kita akan selalu dipenuhi dengan perubahan-perubahan, baik yang sifatnya sepele sampai perubahan besar yang memaksa kita melakukan perombakan besar terhadap kebiasaan-kebiasaan yang selama ini kita lakukan.</span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWknOl-7Nq249SPsKxTHUTE14oxnOqIpMTsQWxFlNSxX06ldeYN9ObmxM7wealFhkU9zxeYylAH7EZsM7glyEXAVIPwEZySnUiKZJfo6dncEqBLSeZ-OM20WTvulhBl57zFOhaw-vVwtvX/s1600/kartu+dari+Zihni.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWknOl-7Nq249SPsKxTHUTE14oxnOqIpMTsQWxFlNSxX06ldeYN9ObmxM7wealFhkU9zxeYylAH7EZsM7glyEXAVIPwEZySnUiKZJfo6dncEqBLSeZ-OM20WTvulhBl57zFOhaw-vVwtvX/s1600/kartu+dari+Zihni.jpg" height="240" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><span style="font-size: x-small;"><i>kartu dari sahabat di tempat tinggal yang lama yang ditinggalkan, menjadi pengingat saat rindu pada mereka</i></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Demikian pula dengan anak-anak. Sepanjang hidup mereka kelak akan selalu berhadapan dengan kemungkinan terjadinya perubahan. Sejak sekarangpun sudah banyak perubahan yang mereka hadapi dari hari kehari, misalnya saat ia harus bertemu dengan rekan baru, ditinggalkan sahabat di sekolah yang pindah mengikuti orang tuanya, mendapat pengasuh baru, kehilangan mainan kesayangan, bertemu dengan orang-orang baru di lingkungan baru saat mengikuti kepindahan orang tua ke tempat tugas baru atau kehilangan kesempatan bertemu dengan salah satu anggota keluarga inti semisal ayah atau bunda karena salah satu dari mereka terpaksa berada jauh dari rumah untuk kepentingan tugas atau pendidikan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Sama seperti orang dewasa, anak-anak memerlukan adaptasi saat berhadapan dengan beragam perubahan di hidup mereka. Beberapa hal yang dapat terjadi pada diri anak-anak manakala mengalami perubahan antara lain adalah adanya tanda-tanda semacam ini:</span></span></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Murung</span></span></li>
<li><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Sedih</span></span></li>
<li><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Menarik diri dari pergaulan</span></span></li>
<li><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Mudah marah</span></span></li>
<li><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Selalu terlihat gelisah</span></span></li>
<li><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Ketakutan</span></span></li>
<li><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Sensitif dan <i>moody</i></span></span></li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Bagi sebagian anak selain tanda-tanda di atas, terdapat perubahan perilaku yang sebenarnya sudah ia tinggalkan atau biasanya bukan menjadi bagian dari keseharian mereka. Misalnya saja, pada anak-anak usia sekolah tiba-tiba mereka jadi kembali suka mengompol, padahal kebiasaan mengompol sudah mereka tinggalkan sejak sebelum memasuki usia sekolah. Keadaan seperti ini lambat laun mungkin dapat dihindari atau kembali normal, namun memang memerlukan waktu yang berbeda-beda tiap anak untuk menyesuaikan dirinya dengan kondisi yang ada setelah terjadinya perubahan dalam kehidupan mereka. Manakala anak-anak tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan cepat, maka keadaan ini dapat membuat mereka menghadapi <i>stress </i>dan akan mempengaruhi caranya menghadapi perubahan lainnya dikemudian hari.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Lalu, bagaimana cara kita sebagai orang tua dalam mengurangi dampak negatif yang timbul pada anak saat terjadi perubahan? Berikut adalah beberapa langkah yang dapat kita tempuh, yang saya intisarikan dari berbagai sumber :</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><b><i>Lakukan berbagai cara agar orang tua dapat mendampingi anak dimasa-masa sulit mereka. </i></b>Jika kita termasuk orang tua yang "sibuk", segera sederhanakan jadual sementara untuk menyediakan waktu pendampingan bagi anak-anak. Misalnya ambillah cuti khusus untuk menemani anak-anak melewati masa sulit mereka saat beradaptasi dengan perubahan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><i><b>Bicarakan secara terbuka apa yang akan terjadi akibat perubahan yang terjadi dalam hidup mereka</b>. </i>Misalnya saat anak terpaksa berpindah sekolah, kita bisa berbincang dengannya tentang bagaimana kesulitan menghadapi kawan-kawan dan guru-guru yang baru, namun juga tetap ada hal-hal yang menyenangkan di tempat baru nanti, termasuk diantaranya bagaimana ia bisa menambah jumlah teman baru, bertemu program sekolah baru yang menarik dan lain sebagainya. Intinya adalah tidak mengabaikan berbagai kemungkinan yang akan dihadapi anak, justru dengan kita memberinya pengetahuan awal mengenai dampak perubahan yang dihadapinya, anak akan lebih memahami bahwa perubahan itu merupakan sesuatu yang wajar dan masalah yang dihadapi akan bisa diatasi.<i> </i></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><b><i>Kenali ketakutan dan kecemasan pada anak. </i></b>Saat anak menghadapi perubahan, sebagaimana diuraikan di atas, ia mungkin akan menunjukkan perubahan perilaku. Biarkan anak mengeluarkan ekspresi ketidaknyamanannya terhadap perubahan semisal menangis, bersedih ataupun marah. Kita juga dapat mendukung mereka secara positif dengan membesarkan hatinya, misalnya saat ia ditinggal ayahnya bertugas di luar kota untuk periode yang lama, kita bisa mengatakan, "Ayah tidak selamanya akan tinggal jauh dari rumah, ia akan sering-sering pulang bila waktunya memungkinkan, dan kita juga bisa mengunjunginya sesekali untuk berlibur, semuanya akan baik-baik saja jika kita menghadapinya dengan tenang,"</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">"Kau boleh bersedih sekarang, tapi jangan lama-lama ya, Bunda juga dulu sedih kalau ditinggal kakekmu bertugas di luar kota, tapi kemudian ternyata semuanya baik-baik saja kok, kita sedang berlatih untuk menjadi lebih kuat, kau mau jadi anak yang kuat kan?," dan sebagainya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><i> <b>Bantu anak menyiapkan dirinya menghadapi perubahan. </b></i>Misalnya saat anak-anak harus memasuki sekolah baru, ajak ia mengunjungi sekolah barunya sebelum hari pertama sekolah dimulai. Bantu ia berkenalan dengan guru-guru dan staf sekolah, ajak dia mengenali jalan-jalan yang bisa dilewati saat berangkat dan pulang sekolah dan sebagainya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><i><b>Ajak anak dalam membuat keputusan saat menghadapi perubahan</b>. </i>Saat anak terpaksa pindah ke rumah baru jauh di luar kota, biarkan ia yang menentukan warna dinding dan dekorasi kamar tidur barunya. Anak-anak juga dapat kita minta memutuskan apa yang mereka kenakan di hari pertama sekolah mereka.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><i><b>Biarkan anak-anak memiliki setiap jejak dari perubahan yang dihadapinya</b>. </i>Saat anak pindah ke rumah baru, biarkan ia membawa serta barang favoritnya dari rumah yang lama, misalnya tanaman hias atau jejak lainnya. Saat ia kehilangan sahabatnya, sarankan padanya untuk menyimpan benda kenangan yang identik dengan sahabatnya itu. Saat ia terpaksa berjauhan dengan ayah atau bundanya, biarkan ia menyimpan tanda tertentu yang dapat mengobati kangennya saat berjauhan dengan orang yang disayanginya itu.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><b><i>Jagalah rutinitas keluarga. </i></b>Manakala anak terpaksa berjauhan dengan ayahnya karena bertugas di tempat yang jauh dari rumah, misalnya maka siapkan waktu khusus untuk tetap menjalin hubungan akrab antar anggota keluarga seperti saat semua anggota keluarga berkumpul dengan utuh. Misalnya, setelah makan malam bisa diisi dengan waktu <i>video call</i>, atau bertelepon. Saat ayah pulang kerumah, kebiasaan-kebiasaan yang lazim dilakukan bersamanya tetap dijalankan, misalnya makan di restoran favorit, berenang atau menonton film bersama dan sebagainya. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><i><b>Minimalkan adanya perubahan lain, sebelum anak berhasil beradaptasi dengan satu perubahan.</b> </i>Saat anak belum terbiasa dengan sekolah barunya, misalnya, jangan menambahnya dengan mengubah-ubah rute perjalanan ke sekolahnya setiap waktu atau memaksanya mengubah waktu bermainnya dan lain sebagainya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><b><i>Ajak orang-orang terdekat anak untuk mendukungnya beradaptasi.</i></b> Ceritakan pada guru-gurunya disekolah mengenai perubahan yang sedang terjadi dalam keluarga kita, agar guru-guru juga dapat memahami mengenai kemungkinan perubahan perilaku anak kita dan ajak mereka juga untuk memberi semangat agar mereka cepat merasa nyaman kembali.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><i><b>Pastikan anak-anak terjaga kesehatannya dengan membuat mereka cukup makan dan istirahat.</b></i></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><i><b>Beri anak alternatif mengekspresikan perasaan mereka menghadapi perubahan dengan cara positif misalnya dengan mengajak mereka membuat jurnal/mengisi buku harian</b>.</i></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><b><i>Tunjukkan pada anak bahwa kita sebagai orang tua menghadapi perubahan juga dengan cara positif dan saling mendukung. </i></b>Dengan memperlihatkan pada mereka bahwa kita bisa beradaptasi dan berdamai dengan perubahan, akan menguatkan mereka dan membuat mereka sedikit banyak meniru sikap positif kita.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<i> </i> disarikan dari:<br />
<i> http://georgia4h.org/omk/edresources/KidsAndChange.pdf</i><br />
<cite class="vurls bc"> www.greatschools.org </cite><br />
<br />vivifajarhttp://www.blogger.com/profile/10518366825549545671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8979635280351457596.post-34382186964647721522014-01-20T23:24:00.000-08:002014-01-20T23:26:09.890-08:00Fun Math : Memahami Konsep Dasar Perkalian Sederhana (Bagian Kesatu)<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Memulai aktivitas belajar dengan kurikulum rumahan kami, di awal tahun ini, putri kedua saya (7 th) mulai
tertarik mempelajari konsep dasar perkalian. Setiap malam kami berdua
menyempatkan diri bermain-main dengan angka selama kurang lebih satu jam
selepas Isya. Macam-macam cara yang saya gunakan untuk mengajaknya belajar konsep ini,
dari sekedar bercerita, bermain bayangan angka, mengelompokkan benda-benda,
hingga menyusun tabel perkalian sederhana, termasuk cara menggunakan tabel itu
untuk menyelesaikan perkalian angka-angka besar.</span></span></div>
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">
</span></span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Mula-mula, tugas saya sebagai
teman belajarnya tentu saja memastikan ia tahu persis apa yang dimaksud dengan
perkalian. Kami mulai membahas definisi tentu saja, dan saya perlu menggunakan
bahasa sesederhana mungkin agar dipahami logika anak-anak. </span></span></div>
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">
</span></span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Saya katakan pada putri saya,
secara sederhana “perkalian” bisa berarti suatu cara melipatgandakan jumlah
suatu objek/benda, dari yang semula berjumlah “sedikit” menjadi “banyak”.
Sebagai contoh, saya menceritakan proses “fotokopi” dokumen. </span></span></div>
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">
</span></span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Apabila kita ingin membuat
selembar dokumen menjadi lebih banyak jumlahnya, kita bisa memfotokopi dokumen
tersebut. Selembar dokumen kita letakkan di mesin fotokopi. Lalu kita menekan
angka yang kita kehendaki, misalnya angka lima, maka hasilnya, mesin fotokopi
akan mencetak lima lembar dokumen yang sama persis dengan dokumen asal. </span></span></div>
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">
</span></span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Dari proses ini bisa kita buat
suatu persamaan dalam bahasa matematika, yaitu : “5 x 1 = 5”, yang dapat dibaca
sebagai “lima kali (angka) satu” (jika diadaptasikan dengan proses fotokopi di
atas, kita bisa mengatakan : “lima kali memfotokopi selembar dokumen”). Lewat
persamaan itu, kita bisa menghitung angka 1 sebanyak lima kali (1+1+1+1+1)
sehingga jumlah keseluruhannya adalah lima.</span></span></div>
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">
</span></span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Konsep ini tentu saja kami uji untuk
menyelesaikan persamaan lain. Misalnya, untuk menghitung pasangan kaus kaki. Saya
tanyakan pada putri saya, jika sepasang kasus kai terdiri dari dua buah kasus
kaki, maka apabila terdapat lima pasang, berapa jumlah kaus kaki yang ada.</span></span></div>
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">
</span></span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Dengan menggunakan pengetahuan dasarnya
tentang perkalian tadi, putri saya menerjemahkan masalah ini kedalam bahasa
matematika menjadi “5 x 2 = ...”. Selanjutnya ia pun menghitung dengan
melakukan penjumlahan angka “2” sebanyak lima kali yaitu :” 2+2+2+2+2 = 10”. </span></span></div>
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">
</span></span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Pengujian selanjutnya tentu saja
bisa menggunakan cara lain, dengan tetap memanfaatkan benda-benda di dalam rumah. Misalnya,
kami menyusun empat kardus bekas sepatu. Dalam masing-masing kardus, saya
tempatkan tiga buah bola. Saya minta putri saya menerjemahkannya ke dalam
bahasa matematika. Maka dengan mudah, kini ia bisa menuliskan : “4x3=....”.
Selanjutnya ia akan menghitung : “3+3+3+3 = 12”. Begitu seterusnya, makin
banyak kami bermain-main dengan benda-benda di sekitar kami, makin mudah ia
memahami konsep dasar perkalian ini. Nah, Bunda sekalian, bagaimana dengan cara
belajar anak-anak di rumah? Semoga sama menyenangkannya dengan kami.</span></span></div>
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">
</span></span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><i>Level selanjutnya dari proses belajar perkalian saya sajikan dalam
bagian kedua tulisan ini. </i></span></span></div>
vivifajarhttp://www.blogger.com/profile/10518366825549545671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8979635280351457596.post-40160224893188047422013-12-28T22:13:00.000-08:002013-12-28T23:24:44.069-08:00What's Holiday Mean For Kids? : It's Creativity<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">20 Desember 2013 </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Liburaaannnn...aaaaaa...:D</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Anak-anak saya di rumah begitu bahagianya saat awal liburan menjelang. Dengan mata berbinar-binar, si anak tengah sibuk berbisik-bisik pada kakaknya, menyebutkan rentetan rencana yang akan mereka lakukan sepanjang liburan yang lamanya "hanya" lima belas hari itu. Sudah seminggu penuh ia terbaring sakit, selepas ujian akhir semester di sekolah, ia hanya beristirahat di rumah. Ide membuat "sesuatu" tampaknya memulihkan semangatnya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">"Boleh gak kita beli pernak pernik alat jahit Bun , termasuk kainnya yah?" tanya Kakak.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Hmm, mereka akan menjahit sesuatu? Penasaran saya dengan apa yang akan mereka buat.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Melihat saya menganggukkan kepala, kedua kakak beradik tampak senang,</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"> "Yesss" kata mereka.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">--ooo---</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Hari kedua liburan, separuh kamar tidur anak-anak dipenuhi bermacam-macam pernak pernik alat jahit, kertas-kertas, pensil warna, dan kain satin warna hijau daun serta macam-macam pita warna warni. Di atas tempat tidur laptop kakak terbuka pada laman berisi model-model jubah anggun <i>Princess Sofia The First, </i>tokoh film kanak-kanak Disney. Wow, apakah Kakak akan berusaha membuat jubah serupa itu? Tak terpikirkan oleh saya, yang bisa dibilang tak piawai dalam urusan jahit menjahit. Saat saya melongokkan kepala ke dalam kamar, kompak kedua gadis saya itu berteriak, </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">"Mom, please not coming to our room now. It's secret "</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Olala, rahasia ya? ;)</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Dua hari berselang, Kakak memamerkan jubah <i>princess </i>yang dibuatkannya untuk adiknya. Jubah sederhana dengan hiasan pita-pita, semuanya dijahit dengan tangan. Mungkin bukan hasil jahitan yang halus, tapi ide dan kreativitas serta rasa kasih saat menjahit jubah itu, membuat sang adik merasa luar biasa disayang oleh kakaknya. Saya dan ayahnya turut senang, dan tentu saja memuji hasil prakarya mereka berdua. Ide bersama yang mereka wujudkan dengan kerja sama, pengisi waktu luang di saat liburan mereka.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">--ooo--</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">22 Desember 2013</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Sepanjang pagi, siang dan sore, saya tak menampak kedua gadis kecil saya. Entah apa yang mereka sibukkan hari itu dalam kamarnya. Mereka hanya keluar saat sholat berjamaah dan waktu makan. Selebihnya, lagi-lagi mereka kompak menggarap proyek rahasia, <i>Bunda gak boleh ngintip</i>, begitu katanya. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Sepanjang hari, terasa agak damai, karena suara berisik mereka berdua teredam dalam kamar, hehe. Meski penasaran, saya memilih tak mengganggu mereka.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvJxf1ekaaqIcWQCgMZFwcDqWwClooZxrDOWaWj-M87Bz_n_C38YZtGW6VgE__uzxGhmWZimnYRqH8PXTom2Yj2Xnnp7IDAOXx2d5470yb3VypH2FpCnP7Dc5Cp3YHS4-x1rs7MofSpk-C/s1600/Kebayoran+Baru-20131227-01278.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvJxf1ekaaqIcWQCgMZFwcDqWwClooZxrDOWaWj-M87Bz_n_C38YZtGW6VgE__uzxGhmWZimnYRqH8PXTom2Yj2Xnnp7IDAOXx2d5470yb3VypH2FpCnP7Dc5Cp3YHS4-x1rs7MofSpk-C/s320/Kebayoran+Baru-20131227-01278.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<i>gelang manik-manik buatan anak-anak - hadiah Hari Ibu yang manis ^^</i></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Malamnya, dengan malu-malu, Kakak dan kedua adiknya mendekati saya. Si bungsu yang sedang giat belajar bicara, ribut berceloteh, "Mama, <i>elang Mama," </i></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Di tangannya, ia membawa sebentuk gelang manik-manik warna cokelat. Di belakangnya kedua kakaknya tersenyum-senyum penuh arti.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><i>"</i>Happy mother's day, Mom," kata mereka.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Wah, kejutan yang manis , terharu rasanya. Setelah seharian memendam diri dalam kamar, mereka berhasil membuatkan saya hadiah Hari Ibu, hasil karya mereka sendiri ^^.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><span id="goog_1194385645"></span><span id="goog_1194385646"></span><span id="goog_859900193"></span><span id="goog_859900194"></span><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">--ooo---</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Liburan masih tersisa kurang lebih seminggu lagi, rencana dua gadis kecil saya masih tersisa beberapa lagi (setidaknya itu yang tercantum dalam daftar mereka). Satu hal yang saya cermati, selama tersedia waktu berimajinasi, hari-hari mereka akan dipenuhi karya. </span></span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Bagi anak-anak kelebihan waktu luang adalah kesempatan mengembangkan kreatifitas. Seharusnya, tak harus menunggu liburan datang, sebagai Bunda, kita lah yang harus memastikan "keluangan" waktu bagi anak-anak. Entah anak-anak kita adalah mereka yang belajar di sekolah ataupun memilih belajar di rumah (<i>homeschooling</i>), adalah hak mereka untuk memiliki waktu luang dan kesempatan berkreasi. Semua jadual yang disusun dalam kegiatan belajar mereka, harus memungkinkan mereka menikmati bebasnya mengendalikan waktu mereka sendiri.</span></span><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Sebab, bagaimana kehidupan mereka kelak, dimulai dari kesempatan mereka mengembangkan diri sejak saat ini.</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Bagi saya dan anak-anak, liburan itu kurang lebih adalah waktu berkreasi..:), tanpa batas, tanpa beban. Hingga setelah liburan berakhir, akan ada lebih banyak ide dan ketrampilan baru yang dapat dikembangkan untuk kemudian menciptakan kreasi lainnya.</span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><i>Saatnya liburan, saatnya berkreasi :).</i></span></span><br />
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
vivifajarhttp://www.blogger.com/profile/10518366825549545671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8979635280351457596.post-21271919757536624792013-12-25T16:17:00.000-08:002013-12-25T16:20:06.926-08:00Resep Super Mudah : Udang Telur Asin <div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Mau coba resep yummi hanya dalam waktu 30 menit? Sila icip2 resep olahan rumah berikut yang idenya saya comot dari menu kesukaan keluarga yang biasa dipesan di salah satu jaringan restoran Indonesia. Nama menu di resto tersebut adalah "Udang Telur Asin".</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Dalam resep olahan rumah saya ini, nama menu tidak berubah ya ^^..sebab, kalo dari bahan dan rasanya, insya Alloh mirip habis dengan yang versi resto ..:), kelebihannya tentu saja ada..dari segi biaya, jauh lebih hemat (*emak irit mode on).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhR99iIKQj1J9mR2UWaBAv7gmrxn05v-Z8x4ktoPb_XJUlPxyCw8GrorA9JPWLM4p0dE1j9GMeT13TlVjHiMIqP5RDFXaeSFgg_lAoVUhNqwXsIhQvUK8xBmARk6k27ij2mHd1p-f6Ey1jx/s1600/Bekasi+Barat-20131130-01270.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhR99iIKQj1J9mR2UWaBAv7gmrxn05v-Z8x4ktoPb_XJUlPxyCw8GrorA9JPWLM4p0dE1j9GMeT13TlVjHiMIqP5RDFXaeSFgg_lAoVUhNqwXsIhQvUK8xBmARk6k27ij2mHd1p-f6Ey1jx/s320/Bekasi+Barat-20131130-01270.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<i>udang telur asin ala dapur belajarbarengkiddos</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b><u>Bahan : (untuk 2 porsi ala resto)</u></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">1/4 kg udang segar berukuran sedang, kupas kulit, sisakan ekor</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">1 buah jeruk nipis, ambil airnya </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">200 gr tepung bumbu serba guna </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">1 1/2 sdm tepung beras </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">3 sdm air es </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">1/4 liter minyak goreng</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">2 butir telur asin matang (pilih yang masir), kupas, cincang halus </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">2 batang daun bawang, pilih bagian putihnya saja, iris halus</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">4 siung bawang putih, keprek, cincang halus</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">1/2 sdt lada putih bubuk</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">2 sdm margarine</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">garam secukupnya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">gula pasir secukupnya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<u><b><span style="font-size: large;">Cara Membuat:</span></b></u></div>
<ul>
<li><span style="font-size: large;">Udang yang sudah dicuci bersih, beri air jeruk nipis, simpan dalam kulkas kurang lebih 15 menit.</span></li>
<li><span style="font-size: large;">Cuci udang kembali, tiriskan</span></li>
<li><span style="font-size: large;">Campur kedua macam tepung</span></li>
<li><span style="font-size: large;">gulingkan udang dalam campuran tepung, celupkan, dalam air es, gulingkan kembali, hingga lapisan tepung cukup tebal</span></li>
<li><span style="font-size: large;">Goreng udang dalam minyak panas, kurang lebih 2 menit, atau setelah tepung berwarna kuning kecokelatan. Menggoreng udang terlalu lama, selain merusak rasa kenyal udang segar juga mengakibatkan balutan tepung gosong.</span></li>
<li><span style="font-size: large;">Angkat udang, tiriskan.</span></li>
<li><span style="font-size: large;">Siapkan wajan bersih, panaskan diatas wajan 2 sdm margarin</span></li>
<li><span style="font-size: large;">masukkan bawang putih cincang dan irisan halus daun bawang, hingga harum</span></li>
<li><span style="font-size: large;">masukkan telur asin cincang, aduk rata hingga bagian kuningnya meleleh</span></li>
<li><span style="font-size: large;">tambahkan lada halus dan gula pasir</span></li>
<li><span style="font-size: large;">bisa juga tambahkan garam, apabila belum terasa asin (saya tidak menambahkan garam lagi)</span></li>
<li><span style="font-size: large;">masukkan udang goreng tepung, aduk-aduk hingga bumbu menyatu, kurang lebih 2 menit</span></li>
<li><span style="font-size: large;">angkat, sajikan panas-panas.</span></li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Super simple kan?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Untuk menyajikan dua porsi di atas, saya hanya keluar biaya dua puluh delapan ribu lima ratus saja..yippie..edisi pengiritan pun berhasil :))..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Selamat mencoba ya, insya Alloh berhasil deh..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
vivifajarhttp://www.blogger.com/profile/10518366825549545671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8979635280351457596.post-75631917738251618502013-11-16T20:28:00.000-08:002013-11-16T20:28:14.558-08:00Correct Me If I'm Wrong<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Umur memang gak bisa bohong ya. Saya sendiri seringkali lupa diri,
merasa tetap menjadi anak muda (hasyahhh), mulai dari selera sampai
aktivitas yang saya lakoni rasanya tak jauh berbeda dengan bertahun lalu
ketika saya masih benar-benar muda :D. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Hal yang
sering mengingatkan saya betapa waktu terus merambat adalah saat saya
melihat ketiga anak saya di rumah yang semakin hari semakin bertumbuh.
Mereka bertambah besar tentu, bertambah aktivitasnya, bertambah
pengetahuan dan keterampilannya. Adalah hal yang sangat luar biasa
mengingat saat-saat saya mengandung, melahirkan dan kemudian
menghabiskan sebagian besar waktu saya bersama dan untuk mereka. Sungguh
tak terasa bergulirnya waktu manakala kita menjadi bagian dalam tiap
proses kehidupan mereka.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Si sulung yang mulai menginjak masa remaja adalah <i>reminder </i>
terhebat bagi saya. Sebagai pra remaja ternyata kini ia tidaklah
terlalu "polos" seperti masa ia kecil dahulu. Saya kadang dibuat
termangu-mangu dengan serentetan pendapatnya yang menurut saya lahir
dari pemikirannya yang dalam tentang hidup. Bagi seorang anak ia memang
bisa dibilang tipe pengamat, yang lebih sering diam dan mengamati
sekelilingnya dan hanya berkomentar disaat yang benar-benar ia rasa
perlu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Pernah sekali, saat saya mengobrol santai dengan
si sulung dan adiknya tentang cara bijak bersosial media (socmed). Saat
saya bilang lebih banyak bahayanya bagi anak saat berinteraksi via
socmed ia dengan santai berkomentar,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">"sebenarnya, kesalahan itu
dimulai dari orang tua lho Bun, sudah tahu anak-anaknya masih dibawah
umur, masih juga 'maksa' dibukakan akun socmed, padahal kalo kita buka
akun google aja ditanya, udah diatas 13 tahun belum?"</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Saya <i>gak </i>bisa
menyanggah pendapatnya, karena itu memang benar adanya. Sementara itu
saya lihat sendiri, meski ia memang sudah saya ijinkan membuka akun
socmed (dengan email saya tentu), ia sangat jarang mengunakannya. Ia
hanya sesekali mengecek pesan dari tante atau sepupunya, terutama saat
kami sedang tinggal jauh dari tanah air. Saat saya tanya apakah ia tak
tertarik bersocmed, ia menjawab,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">"jika bisa menemukan hal menarik di dunia nyata, kenapa harus main di socmed,"</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Hehe..ada benarnya ya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Beberapa
kali ia juga memberikan pandangan atas pendapat saya tentang sesuatu
yang akrab dengan dunianya. Misalnya saat saya berkomentar tentang
perilaku "ajaib" Milley Cirus , artis yang memulai karir sebagai artis
anak dan remaja dalam film-film Disney, yang kini sering muncul dengan
dandanan seronok dan jauh dari norma kesopanan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">"Kakak tidak perlu meniru kelakuan Miley yang seperti itu ya," kata saya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">"Jangankan meniru Bun, aku sudah berhenti menonton film2nya, kan dia sudah remaja, aku masih anak-anak."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Perubahan
pada kakak, memaksa saya untuk membuat perubahan juga dengan cara saya
mengkomunikasikan nilai-nilai yang saya ingin ia pahami dengan benar.
Kini, cara berkomunikasi saya dengannya pun mengalami sedikit perbedaan.
Komunikasi kami yang semula didominasi pola satu arah, saat saya
sebagai Bunda memegang peran sebagai penyampai informasi dan si sulung
sebagai pendengar atau penerima informasi, kini berubah menjadi
komunikasi aktif. Saya dan kakak sama-sama terlibat aktif dalam
mendiskusikan isu tertentu. Bukan hanya saya yang menyampaikan pendapat,
tapi juga kakak dan pandangan remajanya. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Saya tak
lagi bisa selalu merasa yang "paling tahu" atau "tahu segala hal". Saya
belajar lebih bijak dengan menerima situasi baru, dimana si sulung
sebagai partner saya berdiskusi memiliki pengetahuan pula yang mungkin
belum saya miliki, terutama hal-hal baru dari dunianya yang tentu saja
jauh berbeda dengan dunia saya sekarang. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Rasanya,
tak perlu lah saya sebagai bunda berkeras kepala. Tinimbang menggunakan
gaya "dikte" dalam tiap percakapan, saya memilih mengembangkan budaya
berkomunkasi terbuka dimana masing-masing dari kami memiliki kesempatan
memilih topik diskusi dan berbagi pendapat atas topik itu. Peran saya
sebagai orang tua, lebih sebagai fasilitator yang membantu anak dalam
mencapai kesimpulan yang benar dan tepat atas isu yang sedang
didiskusikan. <br />Mau tau kalimat sakti saya untuk memancing diskusi interaktif dengan si sulung?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Ini dia..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><i><b>"Correct me if i'm wrong dear, but i think....etc..etc.."</b></i> :D.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Untuk
sebagian besar komunkasi kami, kalimat itu ampuh memancing kakak
mengungkapkan pendapat dan bahkan mulai membahas isu pilihannya sendiri.
Jika percakapan sudah lancar, peran fasilitator bisa dengan leluasa
saya mainkan. Terlebih penting, momen untuk menerapkan nilai-nilai baik
dalam keluarga semakin terbuka.</span></div>
<br />
<br />
<i>it's wonderful lazy sunday..</i><br />
<i>selepas ngobrolin </i><i>gimana cara jadi temen yang asik..</i><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />vivifajarhttp://www.blogger.com/profile/10518366825549545671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8979635280351457596.post-24172532145860479592013-11-07T22:30:00.003-08:002013-11-07T23:41:13.351-08:00Bagaimana Menciptakan Lingkungan Aman Bagi Si Kecil?<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Bungsu saya di rumah sudah menginjak usia 2 tahun 1 bulan. Masa-masa bayi sudah hampir sempurna ditinggalkannya. Daya eksplorasinya yang luar biasa membuat saya, suami dan kedua kakaknya sering dibuatnya geleng-geleng kepala.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Semenjak si kecil belajar berjalan diusianya yang mendekati satu tahun, saya sudah meminggirkan meja kursi dari ruang tamu, sehingga, jika ia berada di rumah ia punya lebih banyak ruangan untuk bergerak. Maklum ditengah rumah kami yang mungil, <i>furniture </i>semacam itu sebenarnya lumayan mengganggu :D.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Ngomong-ngomong, sebagai ibu yang hampir selalu punya anak kecil di rumah, saya jadi terbiasa mengatur rumah yang "aman" bagi anak-anak, terutama saat mereka dalam rentang usia batita atau pun balita. Berikut beberapa langkah yang hingga sekarang masih konsisten saya lakukan untuk menciptakan lingkungan rumah yang aman bagi si kecil:</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://grapeviewfire.com/img/fire_and_safety_kitchen.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="206" src="http://grapeviewfire.com/img/fire_and_safety_kitchen.gif" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<i>gambar diunduh dari : http://grapeviewfire.com/</i></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><b>1.</b><b> Kenalkan anak-anak pada lingkungan rumahnya sendiri sejak dini</b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Meskipun Si kecil mungkin belum lancar berkomunikasi dengan kita karena keterbatasannya berbicara, misalnya, jangan kecilkan kemampuan mereka menerima informasi dari kita mengenai apa yang boleh dan tidak mereka lakukan, atau apa saja benda-benda berbahaya dalam rumah. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Secara rutin, semenjak anak-anak mulai belajar berdiri, saya sering bisikkan atau tunjukkan pada mereka benda apa saja yang menurut saya berbahaya bagi mereka jika dimainkan atau bahkan hanya didekati. Misalnya saat menunjuk meja kompor saya katakan pada si kecil agar menghindarinya, karena benda itu "panas". Saat mendekati kursi makan, saya katakan, "jangan memanjatnya ya, kamu bisa jatuh," atau saat melewati tangga saya bisikkan di telinga mereka, "adek tidak boleh naik tangga sendiri tanpa bunda atau ayah, karena bahaya sekali bila jatuh dari sana."</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Begitulah, penyampaian informasi yang terus menerus dan berulang sepertinya bisa juga mereka terima. Paling tidak bagi anak-anak saya di rumah, saat usia mereka belum genap dua tahun minimal mereka tahu bahwa ada barang yang harus mereka hindari. Kalaupun si kecil di rumah kelihatan tidak bisa mengerti, jangan berkecil hati ya. Mereka kan memang anak-anak, keingintahuan mereka yang besar seringkali tak bisa dilawannya. Jadi tetaplah meneruskan kebiasaan mengingatkan dengan cara menyampaikan informasi kepada mereka dari waktu ke waktu. satu hal yang perlu kita yakini. Mereka mendengarkan kita kok..:)</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><b>2. </b><b> Berhati-hatilah saat kita beraktivitas dengan menggunakan alat-alat yang berbahaya bagi anak dan aturlah seisi rumah dengan men</b><b>ghindarkan benda berbahaya dari anak, misalnya:</b></span></span></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"> Saat memasak, pasanglah pengaman di atas wajan untuk menghindari muncratan minyak panas, letakkan kembali alat masak berisi air panas atau minyak panas ke posisi yang tak dapat dijangkau anak-anak.</span></span></li>
<li><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Hindari menaruh gelas berisi air panas di meja rendah,</span></span></li>
<li><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Letakkan pisau di tempat tertutup yang cukup tinggi, demikian pula gunting dan benda tajam lainnya.</span></span></li>
<li><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Hindari menaruh korek api di tempat terbuka yang terjangkau oleh anak-anak. </span></span></li>
<li><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Letakkan obat-obatan dalam lemari tertutup yang letaknya tinggi atau agak tersembunyi hingga tak dapat dijadikan alat permainan oleh anak-anak.</span></span></li>
<li><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Letakkan lemari atau rak buku yang berat dengan posisi merapat di dinding hingga kecil kemungkinan terguling dan menimpa anak-anak yang berada didekatnya.</span></span></li>
<li><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Singkirkan barang-barang / <i>furniture </i>yang tak terlalu penting dari ruangan. lapisi ujung-ujung meja dengan benda yang bisa mengurangi efek benturan bisalnya pelapis karet atau busa.</span></span></li>
<li><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Pasanglah pengaman pada sumber arus listrik, jangan dipasang di posisi yang rendah atau pasanglah penutup untuk menghindari anak-anak memasukkan jari-jari mereka ke lubang sumber listrik. Termasuk juga meletakkan benda-benda elektronik di tempat yang jauh dari jangkauan anak-anak.</span></span></li>
<li><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Pasanglah pintu pengaman di muka tangga, agar si kecil tidak mudah menaiki tangga sendiri.</span></span></li>
<li><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Segera keringkan tumpahan air atau minyak agar si kecil tidak tergelincir karenanya.</span></span></li>
<li><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Tutup lemari dengan sempurna untuk menghindarkan anak-anak dari kemungkinan terjepit atau terkunci di dalamnya.</span></span></li>
<li><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Letakkan ganjal atas pintu kamar mandi dengan kain tebal atau semacamnya saat si kecil bermain air disana, hal ini untuk menghindari terkuncinya anak dalam ruangan tersebut.</span></span></li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Tentu saja masih banyak yang harus kita awasi untuk menciptakan ruangan yang cukup aman bagi si kecil dalam bereksplorasi di dalam rumah.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Mungkin, kita akan melihat isi rumah kita kurang menarik secara estetik, tapi kawan, apa lah artinya estetika dibandingkan keselamatan buah hati kita, jadi tetaplah siaga sebagai bunda. Semoga anak-anak kita terhindar dari bahaya yang tidak perlu selama dalam pengawasan dan penjagaan kita.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />vivifajarhttp://www.blogger.com/profile/10518366825549545671noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8979635280351457596.post-31633775857372532852013-10-16T20:28:00.002-07:002013-10-16T20:28:42.618-07:00Mengenal Ciri-Ciri Autis Pada Bayi dan Balita<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Kemarin, saya sempat ngobrol-ngobrol dengan salah seorang kawan yang sangat khawatir putranya semata wayang mengalami autism. Sebagai ibu, saya sendiri belum pernah menangani langsung anak-anak dengan sindrom yang satu ini. Pengetahuan saya terbatas dari hasil pencarian informasi via internet ataupun membaca artikel-artikel kesehatan saja. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Dari salah satu blog teman saya yang lain yang kebetulan memiliki sekolah khusus bagi anak-anak autis, saya mencatat beberapa hal menurut saya penting diketahui para ibu dalam menjalan tugas keseharian mengasuh anak-anak. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Berikut adalah beberapa ciri yang terlihat pada bayi autis atau balita:</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">1. Tidak ada kontak mata (misalnya melihat anda saat menyusui)<br />2. Tidak membalas senyuman anda<br />3. Tidak merespon saat dipanggil namanya<br />4. Tidak mengikuti objek bergerak secara visual<br />5. Tidak bisa menunjuk atau melambaikan tangan (da-dah)<br />6. Tidak mengikuti arah saat anda menunjuk sesuatu<br />7. Tidak membuat suara ribut atau menangis untuk menarik perhatian anda.<br />8. Tidak berinisiatif memeluk anda atau merespon pelukan anda<br />9. Tidak menirukan gerakan atau mimik muka anda (misal mencibir)<br />10. Tidak mengangsurkan tangan untuk diangkat<br />11. Tidak bermain dengan prang lain<br />12. Tidak meminta tolong atau meminta sesuatu.<br /><br />Mintalah evaluasi dokter anak bila anda menemukan kelambatan ini:<br />Bayi 6 bulan: Tidak ada senyum atau ekspresi senang lainnya<br />
Bayi 9 bulan: Tidak ada ekspresi sebagai respon (suara, senyum, atau ekspresi wajah lain)<br />
Bayi 12 bulan: Tidak merespon terhadap namanya<br />
Bayi 12 bulan: Tidak mengoceh suara bayi<br />
Bayi 12 bulan: Tidak ada gerakan sebagai respon (menunjuk, memperlihatkan, meraih, atau melambaikan tangan)<br />Bayi 16 bulan: Tidak mengucapkan kata<br />Bayi 24 bulan: Tidak mengucapkan dua kata (bukan menirukan atau pengulangan)</span></span><br /><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><i>Catatan:<br />Bayi dapat melakukan ini semua TANPA diajarkan. Semua dipelajari sendiri secara natural.</i> </span><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"> </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;">Deteksi ASD (Autism Spectrum Disorders) sejak dini bermanfaat karena
pada masa bayi, otak masih berkembang dan hal ini dapat mempercepat
manfaat perawatan yang diberikan kepada anak. Meskipun ASD sulit
dideteksi sebelum usia 2 tahun, ciri-cirinya biasanya bisa diketahui
pada usia 1 tahun dan 1,5 tahun. </span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: large;"><span style="font-size: small;"><i><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">sumber : http://hadiyaschool.blogspot.com/ </span></i></span></span></span></div>
vivifajarhttp://www.blogger.com/profile/10518366825549545671noreply@blogger.com1