Sabtu, 07 Februari 2015

Saat Balita Kita Rajin Bicara : Kiat Menghadapi Anak Talkactive

Apakah ada diantara anda yang mempunyai anak talkactive? Beberapa cirinya mungkin bisa ditemukan dalam tulisan ini
Dari semua artikel yang saya baca tentang cara menghadapi dan memahami anak talkactive saya temukan satu kata yang penting untuk terus saya ingat, yaitu : SABAR. 

Intinya, menghadapi anak yang sangat aktif berbicara, jangan sampai orang tua menjadi tidak sabaran yang malah akan membuat kita kehilangan kesempatan membantunya mempelajari cara belajar dengan lebih baik. 

Hal penting lainnya yang perlu diingat bagi saya adalah bahwa anak  talkactive cenderung suka berusaha menarik perhatian orang-oang disekitarnya. Saat kita sedang melakukan suatu kesibukan, biasanya ia akan mendekati dan mulai menanyakan hal-hal yang diminatinya atau meminta kita melakukan sesuatu untuknya.

Dari sebuah artikel yang saya baca di http://www.healthguidance.org saya menemukan hal-hal menarik berikut yang layak saya praktikan dalam menghadapi si kecil yang talkactive.

  1. Dengan anak yang talkactive sangat penting bagi kita untuk tetap mendengarkannya dengan penuh perhatian dan memberinya komentar atau jawaban yang ia inginkan. Hanya dengan cara ini kita bisa tetap dapat membantu anak untuk belajar memahami apa yang benar dan salah.
  2. Jangan mudah menyerah saat mengajari anak talkactive tentang kapan ia harus diam dan kapan ia harus berbicara, sebab anak-anak yang sangat suka berbicara seringkali tidak dapat menahan dirinya untuk tidak berbicara barang sejenak.
  3. Jika kita memang ingin membantu anak talkactive untuk belajar tenang dan diam, kita dapat mengajaknya datang ke tempat-tempat dimana ia diharuskan untuk diam, misalnya ke tempat ibadah atau perpustakaan. Mulailah mengajaknya untuk jangka waktu yang tidak terlalu lama misalnya satu jam, untuk memberinya pengalaman bahwa ada tempat-tempat yang memang mengharuskannya untuk tidak berbicara banyak.
  4. Latihlah anak untuk diam di tengah waktunya di rumah dengan menyediakan waktu "diam" untuk seluruh anggota keluarga. Kita bisa meminta seluruh orang di rumah untuk diam selama lima belas menit, misalnya, dan kemudian di waktu-waktu berikutnya, durasi itu bisa kita tambah sedikit demi sedikit untuk memberi kesempatan bagi anak talkactive belajar mengendalikan keinginannya untuk berbicara. Namun, jangan lupa untuk tetap merespon dengan cara positif, manakala si kecil tetap berbicara, ingatkan dia bahwa tujuannya belajar diam adalah untuk kebaikan bersama.
  5. Anak talkactive biasanya penuh dengan energi dan jika kita mengarahkannya dengan benar, maka kita bisa membantunya mempelajari hal-hal baru. Ajak sikecil untuk mengerjakan prakarya, beri ia tugas-tugas ringan yang dapat mengembangkan kesenangan atau hobi baru, misalnya memintanya membuat lukisan dengan tangan dengan media kertas dan cat air, atau bermain-main dengan air dan gelas-gelas plastik dan sebagainya.
  6. Bagi si talkactive yang masih berusia balita, biasanya ia sangat suka membuat ceritanya sendiri. Kebiasannya ini bisa diarahkan untuk mengajaknya belajar menikmati bacaan baru. Mengajaknya banyak membaca membuka kesempatan baginya untuk mendapatkan cerita-cerita baru untuk diulang dan positifnya lagi, kita telah membantunya menumbuhkan minat membaca sejak dini.
Apapun cara yang kita tempuh dalam berusha memahami dan membantu anak talkactive dalam mengembangkan dirinya, yang terpenting adalah kita menyadari bahwa anak, melalui kesukaannya berbicara sebenarnya menginginkan perhatian dari kita, sebagai orang tuanya. Tindakan pengabaian terhadap anak seperti ini bukan tidak mungkin bukan hanya menghentikannya dari kebiasaannya berbicara banyak namun juga menghentikannya dari membangun kedekatan dengan orang tuanya.

Jadi satu kata terpenting yang tetap harus dijaga adalah bersabar untuk memperoleh lebih banyak kebaikan bagi semua.



Saat Balita Kita Rajin Bicara: Apakah Si Kecil Termasuk Anak Talkactive?

Diantara tiga anak saya di rumah, si kecil yang saat ini berusia tiga tahun empat bulang terhitung yang paling "cerewet" dibanding kedua kakak perempuannya saat berusia sama dengannya. Padahal, menurut kebanyakan orang, anak laki-laki itu lebih sedikit bicara dibanding anak perempuan. Namun, rupanya teori umum itu tak berlaku bagi balita saya yang satu ini. Meskipun saat ia berusia lebih muda, yaitu di usia satu hingga dua tahun, ia bisa dibilang lambat dalam belajar berkata-kata.

Saat ini, mulai dari bangun tidur hingga menjelang tidur lagi di malam hari, ada saja kata-kata yang keluar dari mulutnya. Jika tak bertanya ini dan itu, mengulang kata-kata kami yang baru didengarnya, menyanyikan lagu yang ia suka hingga menirukan percakapan dari film kartun kesukaannya. 

Bagi kedua kakaknya yang usianya berbeda jauh dengannya, kebiasaan si kecil yang talkactive kadang dianggap menggangu. Jadi, kadang sesekali saya mendengar juga ucap protes atau larangan dari sang kakak pada adiknya untuk berhenti bicara. "Berisik," begitu kata mereka. Tentu saja, protes dan larangan tersebut tak membuat sang adik berhenti berbicara, bahkan lebih sering saya melihat kedua kakaknya malah akan makin sering ia "ganggu", minimal untuk dijadikan tempat bertanya.

Sebagian dari orang tua yang seringkali bertukar pengalaman dengan saya ada yang mengatakan bahwa anak yang talkactive cenderung tumbuh menjadi anak yang cerdas. Namun ternyata, menurut The American Academy of Pediatrics, perkembangan bahasa bukan merupakan indikator utama kecerdasan seorang anak atau bahkan bukan pula merupakan indikator bahwa seorang anak memiliki kosa kata yang lebih banyak. Yang jelas, anak membutuhkan bahasa dengan tingkatan yang berbeda-beda dan bagaimana mereka memilih untuk menggunakan pengetahuannya sangat bervariasi.
diunduh dari : http://www.boldsky.com/img/2013/08/05-todd.jpg

 Bagi saya, dengan mengamati si kecil yang sangat aktif berbicara ini mengajarkan hal-hal baru, yaitu  bahwa si talkcative menunjukkan:
  1. Keingintahuan yang besar yang diekspresikannya saat bertanya ini dan itu;
  2. Cenderung mudah menunjukkan ekspresi entah itu rasa senang, kesedihan atau kemarahan;
  3. Lebih mudah belajar secara visual;
  4. Agak susah duduk diam dan mendengarkan karena lebih suka berbicara;
  5. Cenderung suka mencari perhatian orang disekitarnya;
  6. Lebih mudah bersosialisasi dan tidak takut-takut atau malu-malu saat harus tampil di depan umum.
Saya menyadari, tidak semua anak dapat diperlakukan sama, untuk itu saya berusaha mencari tahu cara menghadapi keseharian balita yang talkactive dan bagaimana memanfaatkan kondisinya itu untuk aktivitas belajarnya dan perkembangan dirinya di kemudian hari. 

Tulisan berikut merupakan ringkasan hasil penelusuran saya tentang bagaimana seharusnya kita menghadapi anak talkctive.