Senin, 14 April 2014

Sex Education For Young Children : How to start?

Sama seperti kebanyakan orang tua lain, saya termasuk yang perlu berpikir keras menemukan cara mengangkat tema pendidikan sex bagi anak-anak. Termasuk didalamnya, memilih-milih waktu yang tepat untuk mulai membiacarakannya.

Dari berbagai literatur yang saya baca dan pembicaraan dengan sesama ibu, saya memilih satu cara memulai dan masih terus saya gunakan sampai sekarang. Cara yang bagaimanakah itu? Hmm, saya menyebutnya cara yang "natural".

Setiap hari sebenarnya selalu ada saja momen yang bisa kita pakai untuk mulai membicarakan masalah sex dan sexualitas pada anak-anak. Ambillah contoh, saat ayah dan bunda dan anak-anak berada di satu ruang keluarga, di hari keluarga. Kesempatan ini jadi saat yang paling sempurna untuk membuka pembicaraan tentang pendidikan sex bagi anak-anak usia dini.

Momen lainnya misalnya saat kita mengajak anak-anak mengunjungi tante yang sedang mengandung, atau baru saja melahirkan bayi. Kita menjadikan momen itu untuk memulai pembicaraan tentang sex dengan si usia dini. Intinya adalah, sediakan waktu berbicara, siapkan suasana yang santai dan ambillah "inisiatif " untuk memulai diskusi tentang sex dengan anak-anak. Buka pikiran dan yakinkan diri terlebih dahulu, bahwa sebaik-baiknya pendidikan adalah yang diberikan dan dimulai dari orang tua, bukan dari yang lain, termasuk didalamnya pendidikan tentang sex. Bukankah kita yang lebih memahami anak-anak kita sendiri? Maka selayaknya kita yang memulainya.

Kamis, 03 April 2014

Main-Main Matematika : Mengenal Statistika Sederhana

Seusai acara iseng kami memanggang cup cake pisang di sore hari, kami masih menyisakan beberapa lembar wadah cup cake dari kertas yang berwarna-warni, ada ungu, biru, kuning dan merah. Dan..jadilah acara main-main matematika di dapur saya berakhir pada pengenalan teori statistika sederhana, begini ceritanya.. :)

Saya ajak putri saya yang kedua (7 th) untuk menyortir dan mengelompokkan wadah cup cake tersebut berdasar warnanya. Selain itu, ia harus memberi nomor pada setiap alas wadah cup cake, berurutan, hingga setelah usai, ia mengetahui berapa jumlah wadah cup cake pada masing-masing kelompok warna. Kemudian, ia saya minta untuk menempelkan wadah-wadah cup cake kertas itu di atas sehelai kertas folio, tentu saja sesuai dengan kelompok warnanya. Hasilnya terlihat seperti ini :

Berdasarkan susunan wadah cup cake seperti pada gambar di atas, saya ajak putri saya untuk mengobservasi  bersama serta memintanya menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana seperti:
  1. berapa jumlah total semua wadah cup cake kertas yang ada?
  2.  kelompok warna apa yang memiliki jumlah paling sedikit?
  3. kelompok warna apa yang memiliki jumlah paling banyak?
  4. dst.
Dengan hanya memperhatikan sekilas hasil prakaryanya, putri saya dengan mudah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Saya pun kemudian melanjutkan dengan mengenalkannya pada bentuk diagram batang (histogram) yang bentuknya mirip dengan prakarya dari wadah cup cake kertas ini. 

gambar diunduh dari : http://cdn.ttgtmedia.com/

Dengan cara sederhana ini saya sudah berhasil mengenalkan konsep  populasi (total semua wadah cup cake kertas), konsep pengelompokkan data (penyortiran per kelompok warna), dan salah satu bentuk penyajian hasil pengelompokkan data yang dikenal dalam ilmu statistika dalam waktu yang singkat dan dengan cara yang disukai anak-anak.

Jadi, siapa bilang, belajar matematika itu "wajib" serius dan menegangkan?..:p..dari dapur pun kita bisa melakukannya.


Selasa, 01 April 2014

Bagaimana Membangun Kedekatan Emosional Dengan Si Batita?

Sekali waktu saya pernah membaca di salah satu site tentang perkembangan anak (http://www.scholastic.com), "Babies who are securely attached to you emotionally will be able to invest more life energy in the pleasures of exploration, learning, and discovery

Kurang lebih, bila diterjemahkan secara bebas, kalimat tersebut dapat berbunyi, " Bayi yang merasa aman terikat dengan orang tuanya secara emosional akan menginvestasikan lebih banyak energinya pada kesenangannya bereksplorasi, belajar dan menemukan (hal-hal baru).  

 menggambar bersama si kecil? beri mereka contoh dan rasakan serunya saat melihat dia berusaha meniru gambar kita , meski sebatas corat coret saja..:)
Kalimat ini sangat menginspirasi saya, yang meskipun telah tiga kali mengasuh anak usia bayi-batita, namun masih tetap merasa ada yang kurang, manakala ketika anak-anak beranjak besar, saya menemukan terkadang mereka merasa kurang antusias dalam menjalani proses belajar dan bereksplorasi. Saya sering merasa, jangan-jangan kondisi tersebut merupakan buah pengasuhan saya yang kurang maksimal. Untuk itu, hingga sekarang saya masih berusaha mempelajari cara terbaik membangun kedekatan emosional dengan anak-anak (terutama si bungsu yang saat ini masih berusia dibawah tiga tahun).
Berikut beberapa contoh cara yang dapat kita coba terapkan dalam keseharian sebagai seorang ibu dalam menjalin hubungan dengan anak-anak:

Mengusahakan percakapan yang bermakna
Pada setiap kesempatan  bersama anak-anak, upayakan suatu percakapan yang bermakna. Bisa dikemas dengan ringan dan santai, namun isi percakapan harus benar-benar hal yang difokuskan dibicarakan dengan mereka. Jangan sekedar menyapa sambil lalu tanpa menaruh perhatian penuh pada anak-anak, karena mereka akan merasakan bahwa orang tuanya sedang tidak memberikan perhatiannya pada mereka namun pada hal lain. Mengobrol sambil tetap "bermain gadget" misalnya, akan membuat anak menarik kesimpulan bahwa kita tak serius ingin bercakap-cakap dengan mereka.

Jangan abaikan keluhan anak
Respon dari orang tua disaat yang tepat adalah yang diharapkan anak-anak, manakala mereka menghadapi ketidaknyamanan. Jangan lupa untuk selalu fokus pada penyelesaian masalahnya, dan yang terpenting lagi adalah menjaga kesabaran saat menghadapi anak-anak yang sedang menghadapi kesulitan.

Menyediakan waktu bermain bersama
Momen bermain bersama merupakan hal yang menyenangkan dan melegakan bukan saja bagi anak-anak namun juga bagi orang tua. Lepaskan segala hal diluar kegiatan bermain, maka kita akan bisa turut merasakan kegembiraan tulus yang dirasakan oleh anak-anak saat bermain. Tempatkan diri sebagaimana kita semasa anak-anak dulu, maka jalinan emosi antara kita dan anak-anak akan terbentuk layaknya "teman bermain" :).

Jangan pelit  memberi belaian sayang atau pelukan hangat
Salah satu bentuk komunikasi non verbal yang mudah dilakukan adalah memberi belaian atau pelukan hangat pada anak-anak. Tak harus menunggu momen tertentu untuk melakukannya. Anak-anak menyukai spontanitas. Lakukan saja sesuai kata hati kita, niscaya mereka akan suka dan merasakan kehangatan kasih sayang orang tuanya, dan bukan mustahil akan tertular melakukan kebiasaan yang sama hingga mereka dewasa pada orang-orang yang mereka sayangi.

Bernyanyi bersama
Tak harus jago menyanyi, kita bisa menyanyikan lagu-lagu kesukaan anak-anak bersama mereka. Diwaktu senggang, misalnya di akhir pekan, saya terbiasa mengajak anak-anak bermain musik bersama. kami emmilih daftar lagu bersama, dan terkadang membahas isi liriknya. Meski dengan alat musik seadanya, tapi momen spesial kami ini terbukti mendekatkan hubungan Ibu-Anak.

Memasak bersama atau menyediakan menu spesial
Kesempatan mencoba-coba resep makanan atau minuman baru akan jadi saat yang menyenangkan bila dijalani bersama anak-anak. Anak-anak akan merasa istimewa saat kita berusaha memenuhi apa yang mereka sukai.

Yang terpenting dari semua hal yang kita lakukan bersama anak-anak adalah untuk selalu menunjukkan kebahagian dan perhatian pada mereka. Biarkan bahasa tubuh kita, pancaran mata kita, respon kita terhadap ucapan dan keluhannya, senyuman dan tindakan kita sehari-hari sungguh-sungguh mencerminkan cinta tak bersyarat kita pada anak-anak. Jadi, tetaplah terus berusaha  menjalin hubungan spesial dengan anak-anak, berapapun usia mereka :)

*diintisarikan dari berbagai sumber