Jumat, 11 Juli 2014

Ada Apa Dengan Kurikulum 2013? (Pendahuluan)

Masa liburan sekolah hampir berakhir. Anak-anak di rumah saya sudah tak sabar ingin segera kembali ke sekolah, salah satu tempat mereka belajar sehari-hari. Melihat antusiasme anak-anak kembali ke sekolah membuat saya turut bersemangat. Maklumlah, selama ini, sesuai dengan misi pendidikan dalam keluarga kami, sekolah menjadi salah satu lingkungan yang kami pilih sebagai  tempat anak-anak beraktivitas. 

Sejauh ini, aktivitas belajar mereka makin berwarna dan saling melengkapi antara pola belajar yang kami kembangkan di tengah keluarga dengan apa yang dilakukan oleh guru-guru mereka di sekolah. Singkatnya, kami sebagai orang tua bisa menjalin hubungan kerja sama yang solid dan saling mendukung sehingga terjadi keselarasan antara pola pengajaran orang tua di rumah dengan pola pengajaran guru sebagai partner kami di sekolah, Alhamdulillah.

Pada akhir tahun ajaran yang lalu, kami berkesempatan berdiskusi dengan pihak sekolah mengenai kurikulum baru yang hendak diterapkan serentak secara nasional mulai tahun ajaran 2013/2014. Kurikulum tersebut disosialisasikan dengan nama "Kurikulum 2013". Dimulai dengan penerapan secara selektif pada sekolah-sekolah tertentu, sebagai ajang uji coba pada tahun ajaran 2013/2014, maka di tahun ajaran 2014/2015 semua sekolah harus suah menerapkan kurikulum baru tersebut yang disebut-sebut merupakan salah satu terobosan dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Mendengar kata "terobosan" menimbulkan rasa keingintahuan saya mengenai bentuk dan aplikasi dari kurikulum baru ini. Dari sekilas diskusi dengan sekolah, saya mendengar bahwa yang menjadi inti dari kurikulum baru tersebut adalah mengintegrasikan setiap mata pelajaran yang menjadi standar kompetensi minimum siswa pada level tertentu dengan benang merah suatu tema dengan mengaplikasikan beragam metode pengajaran secara komprehensif. Pihak perancang kurikulum menyebutnya "pola pengajaran tematik" atau sederhananya bisa kita sebut, pola pengajaran berdasarkan tema tertentu. Tema yang diusung diambil dari kehidupan sehari-hari siswa, dan tiap mata pelajaran yang diajarkan pada tiap kali pertemuan dengan siswa mengusung satu tema yang telah ditetapkan sesuai silabus tertentu. Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Silabus Kurikulum 2013 dapat dilihat dan diunduh disini.

Misalkan saja, untuk pertemuan pertama dengan siswa, setiap mata pelajaran mengusung tema tentang "Pengalaman Yang Mengesankan", maka materi dari masing-masing mata pelajaran akan didasarkan pada tema tersebut. Untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, misalnya, Siswa diajak untuk menceritakan kembali pengalaman yang mengesankan secara lisan dalam bentuk aktivitas bercerita. 

Pada prinsipnya, beragam metode bisa diaplikasikan dalam mengeksplorasi tema ini. Guru dapat merancang aktivitas semacam "show and tell" atau presentasi tunggal dari masing-masing siswa dalam rangka menceritakan pengalamannya, atau mungkin juga aktivitas bermain peran secara berkelompok yang dilakukan siswa yang ceritanya diangkat dari pengalaman mengesankan mereka secara bersama-sama. Diantaranya disisipkan pengajaran mengenai konsep-konsep dasar tertentu yang menjadi standar kompetensi yang ingin dicapai dalam suatu mata pelajaran. Misalnya, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah mengembangkan rasa ingin tahu dan mencari sumber-sumber informasi yang menunjang proses belajarnya. Maka, dalam hal ini, Guru bisa saja mengembangkan metode diskusi interaktif dengan siswa di kelas untuk mencari tahu serta mendorong siswa berperan aktif mengungkapkan pengetahuannya seputar pencarian sumber-sumber informasi tadi. Setelah itu, Guru juga dapat melengkapi apa yang sudah disampaikan siswa dengan menambah pengetahuan baru seputar materi yang dibahas.

Penggunaan beragam metode pengajaran secara aplikatif menuntut kreatifitas guru. Semakin kreatif guru dalam memadu madankan metode-metode pengajaran tersebut secara integratif, seharusnya akan semakin aktif dan dinamis aktivitas belajar para siswa. 

Tidak ada salahnya, sebagai orang tua kita mulai mencermati dan turut mempelajari perbedaan visi dan misi serta aplikasi yang diusung oleh kurikulum baru ini. Bagaimanapun, tanggung jawab pendidikan anak-anak berada ditangan orang tuanya, sehingga bagi kita yang memilih jalur sekolah sebagai pendukung pola pengajaran di rumah, sudah sewajarnya memahami rancangan kurikulum yang diterapkan oleh Pemerintah. Jika terdapat kekurangan atau ketidakselarasan dengan visi dan misi pendidikan keluarga secara internal, kita sebagai orang tua dapat merancang cara lain untuk menyesuaikannya, sebaliknya tentu saja, sebagaimana semua bentuk ciptaan manusia di dunia, mungkin kita juga memperoleh nilai tambah yang lebih baik dari kurikulum ini untuk mendukung pola pengajaran yang selama ini kita terapkan di rumah-rumah kita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar