Senin, 20 Januari 2014

Fun Math : Memahami Konsep Dasar Perkalian Sederhana (Bagian Kesatu)



Memulai aktivitas belajar dengan kurikulum rumahan kami, di awal tahun ini, putri kedua saya (7 th) mulai tertarik mempelajari konsep dasar perkalian. Setiap malam kami berdua menyempatkan diri bermain-main dengan angka selama kurang lebih satu jam selepas Isya. Macam-macam cara yang saya  gunakan untuk mengajaknya belajar konsep ini, dari sekedar bercerita, bermain bayangan angka, mengelompokkan benda-benda, hingga menyusun tabel perkalian sederhana, termasuk cara menggunakan tabel itu untuk menyelesaikan perkalian angka-angka besar.


Mula-mula, tugas saya sebagai teman belajarnya tentu saja memastikan ia tahu persis apa yang dimaksud dengan perkalian. Kami mulai membahas definisi tentu saja, dan saya perlu menggunakan bahasa sesederhana mungkin agar dipahami logika anak-anak.


Saya katakan pada putri saya, secara sederhana “perkalian” bisa berarti suatu cara melipatgandakan jumlah suatu objek/benda, dari yang semula berjumlah “sedikit” menjadi “banyak”. Sebagai contoh, saya menceritakan proses “fotokopi” dokumen.


Apabila kita ingin membuat selembar dokumen menjadi lebih banyak jumlahnya, kita bisa memfotokopi dokumen tersebut. Selembar dokumen kita letakkan di mesin fotokopi. Lalu kita menekan angka yang kita kehendaki, misalnya angka lima, maka hasilnya, mesin fotokopi akan mencetak lima lembar dokumen yang sama persis dengan dokumen asal.


Dari proses ini bisa kita buat suatu persamaan dalam bahasa matematika, yaitu : “5 x 1 = 5”, yang dapat dibaca sebagai “lima kali (angka) satu” (jika diadaptasikan dengan proses fotokopi di atas, kita bisa mengatakan : “lima kali memfotokopi selembar dokumen”). Lewat persamaan itu, kita bisa menghitung angka 1 sebanyak lima kali (1+1+1+1+1) sehingga jumlah keseluruhannya adalah lima.


Konsep ini tentu saja kami uji untuk menyelesaikan persamaan lain. Misalnya, untuk menghitung pasangan kaus kaki. Saya tanyakan pada putri saya, jika sepasang kasus kai terdiri dari dua buah kasus kaki, maka apabila terdapat lima pasang, berapa jumlah kaus kaki yang ada.


Dengan menggunakan pengetahuan dasarnya tentang perkalian tadi, putri saya menerjemahkan masalah ini kedalam bahasa matematika menjadi “5 x 2 = ...”. Selanjutnya ia pun menghitung dengan melakukan penjumlahan angka “2” sebanyak lima kali yaitu :” 2+2+2+2+2 = 10”.


Pengujian selanjutnya tentu saja bisa menggunakan cara lain, dengan tetap  memanfaatkan benda-benda di dalam rumah. Misalnya, kami menyusun empat kardus bekas sepatu. Dalam masing-masing kardus, saya tempatkan tiga buah bola. Saya minta putri saya menerjemahkannya ke dalam bahasa matematika. Maka dengan mudah, kini ia bisa menuliskan : “4x3=....”. Selanjutnya ia akan menghitung : “3+3+3+3 = 12”. Begitu seterusnya, makin banyak kami bermain-main dengan benda-benda di sekitar kami, makin mudah ia memahami konsep dasar perkalian ini. Nah, Bunda sekalian, bagaimana dengan cara belajar anak-anak di rumah? Semoga sama menyenangkannya dengan kami.


Level selanjutnya dari proses belajar perkalian saya sajikan dalam bagian kedua tulisan ini.