Memulai aktivitas belajar dengan kurikulum rumahan kami, di awal tahun ini, putri kedua saya (7 th) mulai
tertarik mempelajari konsep dasar perkalian. Setiap malam kami berdua
menyempatkan diri bermain-main dengan angka selama kurang lebih satu jam
selepas Isya. Macam-macam cara yang saya gunakan untuk mengajaknya belajar konsep ini,
dari sekedar bercerita, bermain bayangan angka, mengelompokkan benda-benda,
hingga menyusun tabel perkalian sederhana, termasuk cara menggunakan tabel itu
untuk menyelesaikan perkalian angka-angka besar.
Mula-mula, tugas saya sebagai
teman belajarnya tentu saja memastikan ia tahu persis apa yang dimaksud dengan
perkalian. Kami mulai membahas definisi tentu saja, dan saya perlu menggunakan
bahasa sesederhana mungkin agar dipahami logika anak-anak.
Saya katakan pada putri saya,
secara sederhana “perkalian” bisa berarti suatu cara melipatgandakan jumlah
suatu objek/benda, dari yang semula berjumlah “sedikit” menjadi “banyak”.
Sebagai contoh, saya menceritakan proses “fotokopi” dokumen.
Apabila kita ingin membuat
selembar dokumen menjadi lebih banyak jumlahnya, kita bisa memfotokopi dokumen
tersebut. Selembar dokumen kita letakkan di mesin fotokopi. Lalu kita menekan
angka yang kita kehendaki, misalnya angka lima, maka hasilnya, mesin fotokopi
akan mencetak lima lembar dokumen yang sama persis dengan dokumen asal.
Dari proses ini bisa kita buat
suatu persamaan dalam bahasa matematika, yaitu : “5 x 1 = 5”, yang dapat dibaca
sebagai “lima kali (angka) satu” (jika diadaptasikan dengan proses fotokopi di
atas, kita bisa mengatakan : “lima kali memfotokopi selembar dokumen”). Lewat
persamaan itu, kita bisa menghitung angka 1 sebanyak lima kali (1+1+1+1+1)
sehingga jumlah keseluruhannya adalah lima.
Konsep ini tentu saja kami uji untuk
menyelesaikan persamaan lain. Misalnya, untuk menghitung pasangan kaus kaki. Saya
tanyakan pada putri saya, jika sepasang kasus kai terdiri dari dua buah kasus
kaki, maka apabila terdapat lima pasang, berapa jumlah kaus kaki yang ada.
Dengan menggunakan pengetahuan dasarnya
tentang perkalian tadi, putri saya menerjemahkan masalah ini kedalam bahasa
matematika menjadi “5 x 2 = ...”. Selanjutnya ia pun menghitung dengan
melakukan penjumlahan angka “2” sebanyak lima kali yaitu :” 2+2+2+2+2 = 10”.
Pengujian selanjutnya tentu saja
bisa menggunakan cara lain, dengan tetap memanfaatkan benda-benda di dalam rumah. Misalnya,
kami menyusun empat kardus bekas sepatu. Dalam masing-masing kardus, saya
tempatkan tiga buah bola. Saya minta putri saya menerjemahkannya ke dalam
bahasa matematika. Maka dengan mudah, kini ia bisa menuliskan : “4x3=....”.
Selanjutnya ia akan menghitung : “3+3+3+3 = 12”. Begitu seterusnya, makin
banyak kami bermain-main dengan benda-benda di sekitar kami, makin mudah ia
memahami konsep dasar perkalian ini. Nah, Bunda sekalian, bagaimana dengan cara
belajar anak-anak di rumah? Semoga sama menyenangkannya dengan kami.
Level selanjutnya dari proses belajar perkalian saya sajikan dalam
bagian kedua tulisan ini.