Selasa, 30 Juli 2013

Walk The Talk : Yess We're Ready To Be a Good Model

When i decided become a mother, i felt not sure what kind of mom will i be?

Will i become a funny mommy? A smart one who can solve every problem that bother my child's live, or will i be an ordinary mom, or the worst the one with only less knowledge and confused by everything's around me. Whether i hope be a good mom, still i know deep inside my heart that i have to struggle until i can achieve that "good" standard.

Lately, after granted of three sweet children i find that be a mother is a gift. You can sometimes feel helpless and not always know all the things but you still be okay.

 credit picture : http://ws7s6w.blu.livefilestore.com/
To build a positive relationship between me and my children, i learn from other mothers, my Mom and by reading so many literature. But, you know, the best recipe to keep our good relationship is my modelling. 

My children love to read when i show them that reading is a fun thing. They like to smile a lot because i seem happy to do that. They feel happy to study because their mommy show them how fun it is. They prefer to stay home in holiday than going to the mall, and happily help me with my works instead of playing with the computer, because they see their father do that in his spare time.

I learn from my own experience that all theories are nothing without implementations. I just can't tell my children to do something that i don't like to do. So better for me to  tell them what i really like to do and do exactly what i say in front of them. I realize, to be good model, we must have integrity. So this is it. When i become a mother, i must challenge my self to be a good model instead of spreading words only. That's the heart of life learning.

How 'bout you? :)

Kamis, 18 Juli 2013

Puasanya Bayi-Bayi

gambar diunduh dari : http://www.portalkbr.com/berita/TeenVoice/


Ah, yang serius dong, masak bayi-bayi ikutan puasa?

Jangan kaget dan heran dulu ya, tapi itulah yang terjadi di rumah kami. Tinggal seorang bayi yang tinggal disana, dan dia adalah Baby Aliy ^^, si bungsu yang sekarang hampir tak bayi lagi sebenarnya, karena usianya sudah memasuki dua puluh dua  bulan. Tak lama lagi ia memasuki usia batita alias toddler , tahapan belajar baru bagi seorang anak. Untuk itulah tahun ini ia sudah kami (saya dan suami) ajak menikmati "puasa" Ramadan, agar ditahun berikutnya ia sudah bisa belajar lebih banyak tentang puasa.
---ooo---

Sebenarnya, semenjak tahun lalu baby Aliy sudah bertemu dengan Ramadan. Kala itu ia masih benar-benar bayi, sebab usianya belum genap satu tahun, tepatnya sepuluh bulan saja, dan sejak itu pula ia sebenarnya telah kami kenalkan dengan ritual Ramadan seperti acara sahur bersama, buka puasa bersama, sholat tarawih dan tadarus di waktu khusus dan serangkaian ibadah rutin lainnya.

Sebagai bunda, saya percaya sejak seorang anak masih dalam kandungan, ia sejatinya telah memiliki hubungan erat dengan Rob nya, Alloh SWT yang mencipta dan memeliharanya. Untuk itulah sangat masuk akal bagi saya apabila anak kita ajak berdekatan dengan Tuhannya semenjak ruh ditiupkan padanya. Itu sebabnya, semenjak anak-anak dalam kandungan, untuk berkomunikasi sejak dini dan demi mengenalkan mereka pada bacaan dan kata-kata, saya lebih  suka membacakan mereka ayat-ayat suci Al-Quran dan terjemahnya tinimbang membacakan buku lainnya. Saya juga lebih suka memutarkan rekaman murotal dibandingkan memperdengarkan musik-musik klasik seperti yang banyak disarankan oleh para ahli. 

Saya memang tak pernah membuat riset khusus tentang hubungan kebiasaan ini dengan kemudahan anak-anak dalam aktivitas belajar mereka dikemudian hari, namun faktanya, setelah mereka tumbuh menjadi anak-anak, saya temukan, mereka relatif mudah saat mempelajari bacaan Quran. Alhamdulillah. Bukan itu saja, refleks mereka saat belajar membaca huruf latin juga tak kurang baiknya.  Kenyataan ini menambah kepercayaan saya, ala bisa karena biasa. Apa yang kita biasakan menjadi rutinitas anak-anak sejak dini menjadi modal mereka dalam mempelajari isi dunia dan mengembangkan dirinya.
---ooo---
Kembali ke ritual puasa. Apa yang bisa kita ajarkan pada bayi di rumah?
Sekali lagi, saya percaya bahwa sekalipun hanya sedikit demi sedikit, namun yang penting adalah mengenalkan hal-hal baik sebagai rutinitas dalam kehidupan anak. Saat Ramadan tiba, tentu saja ada perubahan dalam jadual keseharian kami. Bukan hanya bunda yang harus bangun sebelum shubuh, namun anak-anak juga harus bangun saat waktu sahur tiba, yang berarti kegiatan pagi mereka dimulai jauh lebih awal, kurang lebih satu setengah jam lebih awal dibanding hari-hari lain diluar Ramadan.

Saat para kakak dibangunkan pada pukul empat pagi, adik bayi seringnya ikut terbangun secara otomatis. Tangisan dan rengekan adik bayi mewarnai hari-hari awal puasa kami. Namun, saya sudah mengingatkan kepada seluruh anggota keluarga lain agar menambah stok kesabaran menghadapi hal ini. Saya katakan pada mereka bahwa adik bayi pun ingin belajar makan sahur dan mengenal Ramadan seperti kakak-kakaknya. Jadilah para kakak mau diajak bekerja sama untuk menghibur adik bayi jika rewel saat sahur, sementara saya mempersiapkan kebutuhan sahur mereka. Inshaa Alloh, ada pahala bagi anak-anak baik yang mengajari adiknya kebaikan pula. Begitu selalu saya katakan pada mereka.

Memasuki hari kesepuluh puasa kami, adik bayi sudah makin jarang rewelnya. Malahan dengan suka rela ia turut makan sahur bersama kami. Meski hanya sedikit, meski hanya ikut-ikutan saja, tapi tampaknya ia mulai menikmati kebersamaan dan rutinitas saat sahur tiba. 

Disiang hari, saat anggota keluarga lain berpuasa, adik bayi juga diajarkan untuk menghormatinya. Saat waktu makan siangnya tiba misalnya, saya ajak ia makan di ruangan lain, tidak didepan kakak-kakaknya. Tentu saja sambil mengatakan padanya bahwa "kita harus menghormati kakak yang berpuasa". Saya percaya, meski adik bayi belum lagi lancar berkata-kata ia bisa memahami kata-kata saya. Mungkin hasilnya tak bisa dilihat sekarang, tapi nilai-nilai yang kita tanamkan pada sejak dini akan tertanam dalam benaknya dan terus terbawa hingga ia dewasa.

Disore hari, menjelang berbuka, para kakak terbiasa mengajak adiknya menyiapkan menu berbuka mereka, semisal menyiapkan sirup atau penganan kecil. Keriaan menjelang berbuka ini tampaknya menjadi saat favorit bayi saya. Ia juga tampak bersemangat dan gembira saat waktu berbuka tiba.

Mudah-mudahan apa yang kami ajarkan padanya sejak bayi dapat menjadi pengalaman indah yang mendasari perkembangan jiwanya kelak dikemudian hari. Inshaa Alloh.

Jakarta,  19 Juli 2013
hari kesepuluh Ramadan



Senin, 15 Juli 2013

Puasa Tersulit,Puasa Bunda



credit picture:  http://4.bp.blogspot.com
"Bunda cerewet kan kak?", senyum-senyum ayah menggoda di sela-sela hectic nya waktu sahur kami.
"Setujuu...," seru si sulung sambil tersenyum lucu. Matanya mengerling turut menggoda. 
Saya cuma tertawa. Pagi ini saya sedang bahagia.
Dikali lain mungkin saya cemberut atau mengernyit tak rela.
---ooo---

"Kalo Bunda gak sedang terburu-buru, bunda itu lucu," kata little Ayomi dengan manis.
"Masa sih, de'?"
"Bunda bisa bikin aku ketawa, soalnya ceritanya lucu-lucu," katanya lagi..

Saya sedikit ge er karena ia tulus memuji bundanya yang seadanya ini.  Saya hargai kejujurannya, ah, seberapa sering saya terburu-buru?..

Ia mengangguk-angguk yakin sambil dengan manja meletakkan kepalanya di pangkuan saya.
Saya mencium rambut hitamnya dan dia tersenyum senang. Selepas maghrib yang sarat penat namun juga makna. Sebab, sehari penuh saya meninggalkan tiga malaikat dirumah dan dengan padatnya agenda Ramadan kami, acara melepas kasih sayang sederhana macam ini jadi luar biasa rasanya.
---ooo---

"Mauuuuu, iup..." (mau sirup), teriak baby  Aliy. 
Jarinya menujuk-nunjuk sebotol sirup coco pandan  diatas lemari pendingin.
"Mas mau ini?," tanya saya, entah kenapa, enggan.
Saya sempat menghela nafas berat, karena usai menunaikan sholat tarawih bersama, saya masih harus bebersih dan menyiapkan konsumsi untuk sahur nanti. Sementara sedikit terpikir untuk menyicil membaca literatur hukum sebelum tidur, modal menuntaskan tugas kantor esok hari.

 Malam merambat cepat tanpa saya sadari, hampir pukul sepuluh dan makhluk kecil yang manis itu urung saya ajak ke tempat tidur. Ia masih sibuk meniru suara mesin mobil sambil berlarian di dapur saya..miring kiri miring kanan, berbelok seenaknya hingga hampir menabrak meja dan kursi, ups, saya terpaksa ikut berkejaran menjaganya dari belakang.

"Hhhh," keluh samar saya. Berharap tak tertangkap mata siapapun, agar tak ada yang menyadari betapa susah payah saya menjaga hati dan diri agar tak mudah menyerah. 

Meski separuh tenaga, saya peluk lelaki kecil yang tak sudi diam sejenak itu, waktu saya yang tak lebih itu miliknya.
---ooo---

Ini Ramadan..ini Ramadan..

Jika sehari-hari saya niatkan hari-hari sebagai pengawal kapal kecil kami adalah ibadah  saja, apatah lagi di hari-hari Ramadan..

Bukan cuma sekadar stiker bintang atau orang tersenyum yang akan saya dapat di lembaran muhasabah layaknya yang didapat anak-anak sekolah dasar yang menggenapkan puasa sehari..saya ingin yang lebih..yang lebih..

Cinta itu, tawa menggoda suami dan si sulung yang hanya bisa terlontar manakala hati mereka penuh cintanya pada saya,..
atau little ayomi yang bermanja karena tahu saya tak kan memintanya pergi atau, bayi laki-laki saya yang dengan polos minta apa saja pada bundanya, sebab ia tak paham ada lelah dan putus asa , meski sesekali..

---ooo---
Hari ini, setelah enam hari lewat di Ramadan saya yang riuh
Rindu saya untuk berkata-kata padaNya makin lebih saja..
meski seringnya lebih lewat hati..merapal namaNya berkali-kali, mohon ampun berjuta kali..
Namun, masih saja singgah di hati dan pikiran, ini bagaikan Ramadan saya yang pertama kali

Demi Dia, saya inginkan lebih..inginkan lebih..
sebab, jika saya ingin berbagi semangat yang penuh pada tiga malaikat saya , maka sayalah yang pertama tak boleh merasakan gamang dan kesulitan..

Tak bisa ditandingkan,
saya dan perempuan-perempuan perkasa di jalanan sana. Mereka yang sigap menggendong anaknya di depan, dan memanggul beban angkut di punggungnya. Atau mereka yang mesti menguras keringat saat menyapu sepanjang jalan protokol di panas terik. Atau mereka yang teraniaya karena tak mampu membela diri. Atau mereka yang setengah hati karena separuh jiwanya telah pergi, atau bersusah hati karena ingin berdaya namun tak berdaya..

Saya punya apa yang pantas menurutNya untuk saya. Tak ada alasan menebar keluh dan gelisah. Ada esok hari yang mesti saya bela, karena sebagian tugas saya di luar sana juga menanti. Setidaknya saya bisa berguna. Itu saja. :)

Saya sudah punya yang lebih,
dimana syukur itu bersemayam, itulah rumah terindah yang sempurna untuk saya..

Ini Ramadan,
saat saya berkontemplasi...


Jakarta, 16 Juli 2013
 

Selasa, 09 Juli 2013

PENTING: Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Bicara Dengan (Pra) Remaja


Saat kita berbicara dengan (pra) remaja kita di rumah bukan hanya kata-kata yang dapat menjadi sarana berkomunikasi,  bahasa non verbal pun turut mengambil peranan penting yang mendukung ucapan kita.
Meskipun orang tua tengah dilanda kelelahan sepulang bekerja, misalnya, bahasa tubuh kita tetaplah harus dikendalikan agar tampak tetap sedia saat mendengarkan (pra) remaja kita saat berbicara pada kita dengan sepenuh hati. 

Tak ada seorang pun yang suka berbicara pada orang yang tidak sepenuhnya menaruh perhatian padanya, hal ini pun dirasakan dan dipikirkan  oleh (pra) remaja kita saat hendak berkomunikasi dengan kita, orang tuanya.
Berikut lima faktor penting yang perlu kita perhatikan saat hendak membuka komunikasi efektif dan positif dengan (pra) remaja kita dirumah:

Gunakan nada suara yang tepat. Intonasi, volume dan tinggi rendahnya suara dapat merubah arti kata-kata yang kita ucapkan. Dengan menggunakan nada yang riang dan ringan  orang tua akan memperoleh perhatian lebih dari anak  dibandingkan apabila kita menggunakan nada suara yang terkesan sedih atau murung.

Gunakan kontak mata saat mendengarkan sang (pra) remaja berbicara. Kontak mata menunjukkan bahwa orang yang berbicara menaruh perhatian pada apa yang menjadi pokok pembicaraan si pembicara dan hal tersebut dapat memancing percakapan selanjutnya.

Senyumlah saat berkomunikasi dengan anak. Penelitian menunjukkan bahwa mimik wajah merupakan sarana komunikasi utama dalam sebuah komunikasi yang mampu menunjukkan perasaan seseorang dan menunjukkan senyuman dapat menaikkan perasaan positif pada diri lawan bicara. Jadi, saat kita tersenyum, hal itu dapat meningkatkan aura positif dalam proses komunikasi antara kita dengan sang (pra) remaja.

Gunakan bahasa tubuh yang terbuka. Hindari gerakan menunjuk-nunjuk dengan jari atau menaruh tangan di pinggang saat berbicara dengan anak. Bahsa tubuh yang positif semacam mengangguk atau gerakan tangan yang sesuai dapat mengundang anak untuk berbicara lebih banyak.
 credit photo : http://cdn.madamenoire.com

Jangan ragu untuk menyentuh/membelai anak. Pelukan dan ciuman selamat malam masih terasa penting bagi anak meskipun mereka mulai beranjak remaja. Tak perlu sungkan menunjukkan rasa kasih sayang dengan membelai rambut atau memeluknya. Anak-anak tetaplah anak-anak meskipun mereka beranjak dewasa.. :).
 
referensi:

http://parentingteens.about.com