Kamis, 09 Mei 2013

Gejala Kecemasan dan Ketakutan Pada Anak-Anak




Apakah bunda atau ayah  mendapati ternyata si kecil dirumah termasuk anak yang pemalu, pencemas dan takut mencoba hal-hal baru?

Atau mungkin si kecil sudah terlihat ketakutan saat dijauhkan dari kita. Sekitar 11% anak-anak memiliki masalah terkait kecemasan, sementara 3% diantara mereka mengalami depresi.

Menghadapi masa-masa seperti ini, fenomena ketakutan atau kecemasan pada anak-anak termasuk normal adanya, walaupun sebagai orang tua, kita perlu menyikapinya dengan sikap kehati2an. Jika kita menghadapi si kecil dengan gejala kecemasan / ketakutan yang berlebihan, berikut ebberapa langkah yang bisa kita ambil:

Menurut Dr Carolyn Schniering, dosen senior di Departemen Psikologi Macquarie University, problem terkait rasa cemas pada anak-anak merupakan pengalaman emosi yang lazim  dihadapi oleh anak-anak.
tanpa intervensi apapun , hal ini dapat menyebabkan anak menghadapi eksulitan serius dan mengganggu tahap perkembangan anak dalam kehidupannya,” demikian menurutnya, ia juga menyatakan bahwa jika masalah tersebut telah dihadapi seorang anak diusia dini, terdapat kemungkinan akan memburuk seiring bertambahnya usia mereka.

Faktor genetik ternyata berperan besar dalam meningkatkan risiko kecemasan pada anak-anak.

Penelitian yang dilakukan oleh Macquarie University menemukan bahwa anak-anak yang pada usia dini telah menunjukkan tanda-tanda kecemasan dan juga memiliki orang tua yang pencemas atau mengalami depresi memiliki risiko 7 hingga 11 kali lebih tinggi akan tumbuh sebagai pencemas di kemudian hari.

Anak-anak yang demikian cenderung lebih sensitif, pemalu dan suka menarik diri. Mereka suka bersikap negatif dan cenderung menghindar dari melakukan banyak aktifitas hanya karena merasa takut.

Dr Schniering menunjukkan bahwa pada dasarnya anak-anak normal pun mengalami ketakutan pada hal-hal tertentu dan perilaku semacam itu belum tentu menyebabkan mereka termasuk anak-anak yang penakut dan pencemas.

Orang tua sebaiknya tidak khawatir berlebihan kecuali anak-anak mulai menunjukkan ketakutan pada hampir keseluruhan aktivitas wajar dalam keseharian mereka. Kebanyakan anak menunjukkan beberapa jenis perilaku sebagaimana diuraikan berikut ini yang mungkin timbul saat mereka berusaha mengatasi rasa tertekan atau sedih:

Ketakutan Berpisah
Anak-anak yang khawatir bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi saat mereka berjauhan dari ayah atau bunda akan cenderung ketakutan saat mereka dipisahkan dari orang tuanya. Anak-anak seperti ini akan sering menolak diantar ke sekolah, diajak menginap dirumah kawan atau ditinggal dirumah bersama pengasuh.

Takut Bersosialisasi
Anak-anak ada yang sangat takut dengan keramaian atau diajak bersosialisasi diluar lingkungannya. Mereka suka menarik diri dan mengalami eksulitan berteman dan sangat mengkhawatirkan anggapan orang lain tentang diri mereka.

 Ketakutan pada hal-hal tertentu
Anak bisa saja takut pada hal  atau situasi tertentu seperti binatang atau air. Mereka biasanya akan semakin ketakutan manakala dipaksa menghadapi ketakutannya sendiri.

Ketakutan secara umum
 Anak-anak seperti ini mengalami ketakutan berlebihan terhadap segala sesuatu mulai dari pekerjaan rumah, jenis olahraga tertentu dan segala hal yang baru. Mereka perlu diyakinkan bahwa hal-hal tersebut tidak emmbahayakan mereka. Mereka biasa menunjukkan gejala tertentu seperti sakit kepala atau perut manakala dihadapkan pada objek yang menjadi sumber ketakutan mereka.

Obsessive Compulsive Disorder
Anak-anak yang mengalami gejala ini cenderung mengulangi perilaku atau suatu pikiran berkali-kali, biasanya berkaitan dengan ketakutan tertentu. Misalnya mereka cenderung mengecek apakah pintu kamar sudah terkunci secara berulang-ulang karena ketakutan akan datangnya pencuri.