Selasa, 17 September 2013

Konsep "Idola" Dalam Menumbuhkan Sikap Keteladanan

Selepas Isya, adalah waktu yang tersedia bagi saya dan keluarga untuk berkumpul bersama. Biasanya di saat itulah makan malam digelar dan sesudahnya saya dan suami biasa mendengarkan celoteh ketiga putera puteri kami. Maklumlah, seharian mereka bertiga memang ditinggal kami bekerja di luar rumah, sehingga ketika saatnya waktu berkumpul tiba, luar biasa bersemangatnya tiga kakak beradik berebut menceritakan hal-hal yang mewarnai hari mereka.
jadilah pemimpin dengan keteladanan , picture credit : http://www.cielsbm.org/
Diantara banyak hal yang menjadi momen menyenangkan dari saat bertukar cerita kami adalah, saat saya melihat putri kedua saya yang dalam segala sesuatunya sangat terlihat "mengidolakan" si sulung.

Setiap kali saya minta ia bercerita, tak lupa ia menyelipkan kata, "..kata kakak,....." dan seterusnya. Misalnya saja saat saya tanya apakah ada cerita seputar bekal sekolah dan menu sehat di kantin. Ia dengan semangat menjawab:
"Aku tadi makan bekal roti isi Bunda,..oh , iya, kawan semejaku, aku bagi juga Bun,..kata kakak,..kalau ada kawan yang gak bawa bekal, aku sebaiknya berbagi," begitu ia berujar.
Alhamdulillah, rupanya ia mengingat pesan baik yang diajarkan kakak padanya.
Lain waktu, saya mendapatinya sedang mematut-matut diri di depan cermin dengan mencoba memasang kerudung segi empat warna merah muda. Melihat ia kesulitan mengaitkan peniti di bawah dagunya, saya pun berkomentar:
"Wah, dek, kenapa pakai yang segi empat, pakai yang langsung saja."
Si kecil dengan tetap berusaha memakai jilbabnya menyahut:
"Aku mau seperti kakak, kakak cantik kalo pake jilbab segi empat."
 dan begitu seterusnya, banyak hal ia tiru dari kakaknya. Mulai cara kakak berpakaian, membuat sketsa, bekerja dengan laptop, berbicara sehari-hari dalam bahasa Inggris, termasuk membantu saya menjaga adik bayi dan mencuci piring-gelas sendiri usai dipakai.

Bagi saya, selama yang ditiru oleh si kecil adalah hal-hal yang positif, dengan senang hati saya mendukung sang kakak untuk tetap mempertahankan contoh dan tetap menulari pesan-pesan baiknya.

Kepada sang kakak saya sampaikan bahwa sejauh ini, setiap perbuatan baiknya telah mengispirasi adiknya. Bahwa ia menjadi "idola" adik, sehingga apapun yang ia lakukan bisa serta merta ditiru oleh adiknya. Tak ketinggalan, saya juga selalu memintanya agar tetap menjaga perilakunya, karena disitulah sebenarnya tanggung jawab seorang "idola". Idola yang sesungguhnya harus bisa mempertanggungjawabkan perilaku dan perkataannya, sehingga apa yang ia tularkan pada orang lain semestinya hanyalah hal-hal yang positif saja. 

Rupanya, mendengar kata "idola" sudah menaikkan harga diri dan kepercayaan diri bagi sang kakak dan ini memacunya untuk berbuat lebih baik lagi. Kenyataan ini semakin menyenangkan bagi bundanya yang melihat adanya kesempatan untuk menanamkan sikap-sikap positif pada anak-anak.

Dengan mengajarkan konsep menjadi idola yang sesungguhnya ini, saya berusaha menumbuhkan semangat anak-anak untuk saling memberi teladan baik dalam keluarga. Tak hanya itu, saya juga meminta mereka, untuk saling mengingatkan bila ada salah satu dari kami, baik anak-anak dan orang tua yang melakukan perbuatan yang tidak atau kurang baik.

Dengan kebiasaan saling mengingatkan seperti ini, Alhamdulillah, proses penanaman kebiasan berperilaku positif berjalan dengan menyenangkan di tengah-tengah keluarga. Bagi kakak yang menjadi "idola" adik, ia jadi selalu mawas diri untuk tetap memberi contoh baik. Untuk adik, ia juga ingin menjadi contoh bagi adiknya yang lain atau teman-temannya, dan bagi ayah dan bunda, tentu saja kemawasdiriannya harus lebih berlipat ganda. Sebab, setiap perilaku dan perkataan ayah dan bunda lah yang jelas akan menjadi perhatian pertama bagi anak-anak di rumah :).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar