Kamis, 18 Juli 2013

Puasanya Bayi-Bayi

gambar diunduh dari : http://www.portalkbr.com/berita/TeenVoice/


Ah, yang serius dong, masak bayi-bayi ikutan puasa?

Jangan kaget dan heran dulu ya, tapi itulah yang terjadi di rumah kami. Tinggal seorang bayi yang tinggal disana, dan dia adalah Baby Aliy ^^, si bungsu yang sekarang hampir tak bayi lagi sebenarnya, karena usianya sudah memasuki dua puluh dua  bulan. Tak lama lagi ia memasuki usia batita alias toddler , tahapan belajar baru bagi seorang anak. Untuk itulah tahun ini ia sudah kami (saya dan suami) ajak menikmati "puasa" Ramadan, agar ditahun berikutnya ia sudah bisa belajar lebih banyak tentang puasa.
---ooo---

Sebenarnya, semenjak tahun lalu baby Aliy sudah bertemu dengan Ramadan. Kala itu ia masih benar-benar bayi, sebab usianya belum genap satu tahun, tepatnya sepuluh bulan saja, dan sejak itu pula ia sebenarnya telah kami kenalkan dengan ritual Ramadan seperti acara sahur bersama, buka puasa bersama, sholat tarawih dan tadarus di waktu khusus dan serangkaian ibadah rutin lainnya.

Sebagai bunda, saya percaya sejak seorang anak masih dalam kandungan, ia sejatinya telah memiliki hubungan erat dengan Rob nya, Alloh SWT yang mencipta dan memeliharanya. Untuk itulah sangat masuk akal bagi saya apabila anak kita ajak berdekatan dengan Tuhannya semenjak ruh ditiupkan padanya. Itu sebabnya, semenjak anak-anak dalam kandungan, untuk berkomunikasi sejak dini dan demi mengenalkan mereka pada bacaan dan kata-kata, saya lebih  suka membacakan mereka ayat-ayat suci Al-Quran dan terjemahnya tinimbang membacakan buku lainnya. Saya juga lebih suka memutarkan rekaman murotal dibandingkan memperdengarkan musik-musik klasik seperti yang banyak disarankan oleh para ahli. 

Saya memang tak pernah membuat riset khusus tentang hubungan kebiasaan ini dengan kemudahan anak-anak dalam aktivitas belajar mereka dikemudian hari, namun faktanya, setelah mereka tumbuh menjadi anak-anak, saya temukan, mereka relatif mudah saat mempelajari bacaan Quran. Alhamdulillah. Bukan itu saja, refleks mereka saat belajar membaca huruf latin juga tak kurang baiknya.  Kenyataan ini menambah kepercayaan saya, ala bisa karena biasa. Apa yang kita biasakan menjadi rutinitas anak-anak sejak dini menjadi modal mereka dalam mempelajari isi dunia dan mengembangkan dirinya.
---ooo---
Kembali ke ritual puasa. Apa yang bisa kita ajarkan pada bayi di rumah?
Sekali lagi, saya percaya bahwa sekalipun hanya sedikit demi sedikit, namun yang penting adalah mengenalkan hal-hal baik sebagai rutinitas dalam kehidupan anak. Saat Ramadan tiba, tentu saja ada perubahan dalam jadual keseharian kami. Bukan hanya bunda yang harus bangun sebelum shubuh, namun anak-anak juga harus bangun saat waktu sahur tiba, yang berarti kegiatan pagi mereka dimulai jauh lebih awal, kurang lebih satu setengah jam lebih awal dibanding hari-hari lain diluar Ramadan.

Saat para kakak dibangunkan pada pukul empat pagi, adik bayi seringnya ikut terbangun secara otomatis. Tangisan dan rengekan adik bayi mewarnai hari-hari awal puasa kami. Namun, saya sudah mengingatkan kepada seluruh anggota keluarga lain agar menambah stok kesabaran menghadapi hal ini. Saya katakan pada mereka bahwa adik bayi pun ingin belajar makan sahur dan mengenal Ramadan seperti kakak-kakaknya. Jadilah para kakak mau diajak bekerja sama untuk menghibur adik bayi jika rewel saat sahur, sementara saya mempersiapkan kebutuhan sahur mereka. Inshaa Alloh, ada pahala bagi anak-anak baik yang mengajari adiknya kebaikan pula. Begitu selalu saya katakan pada mereka.

Memasuki hari kesepuluh puasa kami, adik bayi sudah makin jarang rewelnya. Malahan dengan suka rela ia turut makan sahur bersama kami. Meski hanya sedikit, meski hanya ikut-ikutan saja, tapi tampaknya ia mulai menikmati kebersamaan dan rutinitas saat sahur tiba. 

Disiang hari, saat anggota keluarga lain berpuasa, adik bayi juga diajarkan untuk menghormatinya. Saat waktu makan siangnya tiba misalnya, saya ajak ia makan di ruangan lain, tidak didepan kakak-kakaknya. Tentu saja sambil mengatakan padanya bahwa "kita harus menghormati kakak yang berpuasa". Saya percaya, meski adik bayi belum lagi lancar berkata-kata ia bisa memahami kata-kata saya. Mungkin hasilnya tak bisa dilihat sekarang, tapi nilai-nilai yang kita tanamkan pada sejak dini akan tertanam dalam benaknya dan terus terbawa hingga ia dewasa.

Disore hari, menjelang berbuka, para kakak terbiasa mengajak adiknya menyiapkan menu berbuka mereka, semisal menyiapkan sirup atau penganan kecil. Keriaan menjelang berbuka ini tampaknya menjadi saat favorit bayi saya. Ia juga tampak bersemangat dan gembira saat waktu berbuka tiba.

Mudah-mudahan apa yang kami ajarkan padanya sejak bayi dapat menjadi pengalaman indah yang mendasari perkembangan jiwanya kelak dikemudian hari. Inshaa Alloh.

Jakarta,  19 Juli 2013
hari kesepuluh Ramadan



1 komentar: