Senin, 15 Juli 2013

Puasa Tersulit,Puasa Bunda



credit picture:  http://4.bp.blogspot.com
"Bunda cerewet kan kak?", senyum-senyum ayah menggoda di sela-sela hectic nya waktu sahur kami.
"Setujuu...," seru si sulung sambil tersenyum lucu. Matanya mengerling turut menggoda. 
Saya cuma tertawa. Pagi ini saya sedang bahagia.
Dikali lain mungkin saya cemberut atau mengernyit tak rela.
---ooo---

"Kalo Bunda gak sedang terburu-buru, bunda itu lucu," kata little Ayomi dengan manis.
"Masa sih, de'?"
"Bunda bisa bikin aku ketawa, soalnya ceritanya lucu-lucu," katanya lagi..

Saya sedikit ge er karena ia tulus memuji bundanya yang seadanya ini.  Saya hargai kejujurannya, ah, seberapa sering saya terburu-buru?..

Ia mengangguk-angguk yakin sambil dengan manja meletakkan kepalanya di pangkuan saya.
Saya mencium rambut hitamnya dan dia tersenyum senang. Selepas maghrib yang sarat penat namun juga makna. Sebab, sehari penuh saya meninggalkan tiga malaikat dirumah dan dengan padatnya agenda Ramadan kami, acara melepas kasih sayang sederhana macam ini jadi luar biasa rasanya.
---ooo---

"Mauuuuu, iup..." (mau sirup), teriak baby  Aliy. 
Jarinya menujuk-nunjuk sebotol sirup coco pandan  diatas lemari pendingin.
"Mas mau ini?," tanya saya, entah kenapa, enggan.
Saya sempat menghela nafas berat, karena usai menunaikan sholat tarawih bersama, saya masih harus bebersih dan menyiapkan konsumsi untuk sahur nanti. Sementara sedikit terpikir untuk menyicil membaca literatur hukum sebelum tidur, modal menuntaskan tugas kantor esok hari.

 Malam merambat cepat tanpa saya sadari, hampir pukul sepuluh dan makhluk kecil yang manis itu urung saya ajak ke tempat tidur. Ia masih sibuk meniru suara mesin mobil sambil berlarian di dapur saya..miring kiri miring kanan, berbelok seenaknya hingga hampir menabrak meja dan kursi, ups, saya terpaksa ikut berkejaran menjaganya dari belakang.

"Hhhh," keluh samar saya. Berharap tak tertangkap mata siapapun, agar tak ada yang menyadari betapa susah payah saya menjaga hati dan diri agar tak mudah menyerah. 

Meski separuh tenaga, saya peluk lelaki kecil yang tak sudi diam sejenak itu, waktu saya yang tak lebih itu miliknya.
---ooo---

Ini Ramadan..ini Ramadan..

Jika sehari-hari saya niatkan hari-hari sebagai pengawal kapal kecil kami adalah ibadah  saja, apatah lagi di hari-hari Ramadan..

Bukan cuma sekadar stiker bintang atau orang tersenyum yang akan saya dapat di lembaran muhasabah layaknya yang didapat anak-anak sekolah dasar yang menggenapkan puasa sehari..saya ingin yang lebih..yang lebih..

Cinta itu, tawa menggoda suami dan si sulung yang hanya bisa terlontar manakala hati mereka penuh cintanya pada saya,..
atau little ayomi yang bermanja karena tahu saya tak kan memintanya pergi atau, bayi laki-laki saya yang dengan polos minta apa saja pada bundanya, sebab ia tak paham ada lelah dan putus asa , meski sesekali..

---ooo---
Hari ini, setelah enam hari lewat di Ramadan saya yang riuh
Rindu saya untuk berkata-kata padaNya makin lebih saja..
meski seringnya lebih lewat hati..merapal namaNya berkali-kali, mohon ampun berjuta kali..
Namun, masih saja singgah di hati dan pikiran, ini bagaikan Ramadan saya yang pertama kali

Demi Dia, saya inginkan lebih..inginkan lebih..
sebab, jika saya ingin berbagi semangat yang penuh pada tiga malaikat saya , maka sayalah yang pertama tak boleh merasakan gamang dan kesulitan..

Tak bisa ditandingkan,
saya dan perempuan-perempuan perkasa di jalanan sana. Mereka yang sigap menggendong anaknya di depan, dan memanggul beban angkut di punggungnya. Atau mereka yang mesti menguras keringat saat menyapu sepanjang jalan protokol di panas terik. Atau mereka yang teraniaya karena tak mampu membela diri. Atau mereka yang setengah hati karena separuh jiwanya telah pergi, atau bersusah hati karena ingin berdaya namun tak berdaya..

Saya punya apa yang pantas menurutNya untuk saya. Tak ada alasan menebar keluh dan gelisah. Ada esok hari yang mesti saya bela, karena sebagian tugas saya di luar sana juga menanti. Setidaknya saya bisa berguna. Itu saja. :)

Saya sudah punya yang lebih,
dimana syukur itu bersemayam, itulah rumah terindah yang sempurna untuk saya..

Ini Ramadan,
saat saya berkontemplasi...


Jakarta, 16 Juli 2013
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar