Apakah bunda atau ayah mendapati ternyata si kecil dirumah
termasuk anak yang pemalu, pencemas dan takut mencoba hal-hal baru?
Atau mungkin si kecil sudah
terlihat ketakutan saat dijauhkan dari kita. Sekitar 11% anak-anak memiliki
masalah terkait kecemasan, sementara 3% diantara mereka mengalami depresi.
Menghadapi masa-masa seperti
ini, fenomena ketakutan atau kecemasan pada anak-anak termasuk normal adanya,
walaupun sebagai orang tua, kita perlu menyikapinya dengan sikap kehati2an.
Jika kita menghadapi si kecil dengan gejala kecemasan / ketakutan yang
berlebihan, berikut ebberapa langkah yang bisa kita ambil:
Menurut Dr Carolyn
Schniering, dosen senior di Departemen Psikologi Macquarie University, problem terkait rasa cemas pada
anak-anak merupakan pengalaman emosi yang lazim dihadapi oleh anak-anak.
“tanpa intervensi apapun , hal ini dapat menyebabkan
anak menghadapi eksulitan serius dan mengganggu tahap perkembangan anak dalam
kehidupannya,” demikian menurutnya, ia juga menyatakan bahwa jika masalah
tersebut telah dihadapi seorang anak diusia dini, terdapat kemungkinan akan
memburuk seiring bertambahnya usia mereka.
Faktor genetik ternyata
berperan besar dalam meningkatkan risiko kecemasan pada anak-anak.
Penelitian yang dilakukan oleh Macquarie University
menemukan bahwa anak-anak yang pada usia dini telah menunjukkan tanda-tanda
kecemasan dan juga memiliki orang tua yang pencemas atau mengalami depresi
memiliki risiko 7 hingga 11 kali lebih tinggi akan tumbuh sebagai pencemas di
kemudian hari.
Anak-anak yang demikian cenderung lebih sensitif,
pemalu dan suka menarik diri. Mereka suka bersikap negatif dan cenderung
menghindar dari melakukan banyak aktifitas hanya karena merasa takut.
Dr Schniering menunjukkan bahwa pada dasarnya
anak-anak normal pun mengalami ketakutan pada hal-hal tertentu dan perilaku
semacam itu belum tentu menyebabkan mereka termasuk anak-anak yang penakut dan
pencemas.
Orang tua
sebaiknya tidak khawatir berlebihan kecuali anak-anak mulai menunjukkan
ketakutan pada hampir keseluruhan aktivitas wajar dalam keseharian mereka.
Kebanyakan anak menunjukkan beberapa jenis perilaku sebagaimana diuraikan
berikut ini yang mungkin timbul saat mereka berusaha mengatasi rasa tertekan
atau sedih:
Ketakutan Berpisah
Anak-anak
yang khawatir bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi saat mereka berjauhan dari
ayah atau bunda akan cenderung ketakutan saat mereka dipisahkan dari orang
tuanya. Anak-anak seperti ini akan sering menolak diantar ke sekolah, diajak
menginap dirumah kawan atau ditinggal dirumah bersama pengasuh.
Takut Bersosialisasi
Anak-anak
ada yang sangat takut dengan keramaian atau diajak bersosialisasi diluar
lingkungannya. Mereka suka menarik diri dan mengalami eksulitan berteman dan
sangat mengkhawatirkan anggapan orang lain tentang diri mereka.
Ketakutan
pada hal-hal tertentu
Anak bisa
saja takut pada hal atau situasi
tertentu seperti binatang atau air. Mereka biasanya akan semakin ketakutan
manakala dipaksa menghadapi ketakutannya sendiri.
Ketakutan secara umum
Anak-anak seperti ini mengalami ketakutan
berlebihan terhadap segala sesuatu mulai dari pekerjaan rumah, jenis olahraga
tertentu dan segala hal yang baru. Mereka perlu diyakinkan bahwa hal-hal
tersebut tidak emmbahayakan mereka. Mereka biasa menunjukkan gejala tertentu
seperti sakit kepala atau perut manakala dihadapkan pada objek yang menjadi
sumber ketakutan mereka.
Obsessive Compulsive Disorder
Anak-anak
yang mengalami gejala ini cenderung mengulangi perilaku atau suatu pikiran
berkali-kali, biasanya berkaitan dengan ketakutan tertentu. Misalnya mereka
cenderung mengecek apakah pintu kamar sudah terkunci secara berulang-ulang
karena ketakutan akan datangnya pencuri.