Senin, 31 Desember 2012

Main-Main Matematika : Mata-Mata Cilik

Anak-anak saya di rumah suka sekali bermain "I Spy" alias "Mata-mata cilik". Permainan tanpa alat yang sama sekali tak rumit tapi tahan mereka mainkan berlama-lama. Sarananya semata-mata hanya mengandalkan pengamatan dan kata-kata saja.

Permainan kata-kata ini dapat membantu anak-anak mengembangkan kemampuan mereka mengenali bentuk dan warna. Saat kita ajak anak-anak berjalan-jalan ke taman bermain misalnya atau di dalam rumah sendiri, katakan " Dengan mata kecilku aku melihat sesuatu dengan bentuk ......lingkaran." Seketika, anak-anak akan melihat sekeliling ruangan dan mencari bentuk lingkaran pertama yang dapat mereka temui. Lalu mereka akan berlomba menyebutkannya, misalnya "jam dinding, karpet, alas gelas," dan sebagainya.

Begitu seterusnya, dengan pertanyaan yang tak habis-habis mengenai bentuk dan warna, terkadang juga saya kombinasikan dengan jumlah benda, atau huruf tertentu yang bisa ditemukan. Anak-anak selalu senang mencari dan menebak dimana gerangan benda yang saya sebutkan itu berada ^^.

Sesekali kita minta mereka yang menyebutkan bendanya dan ganti kita yang harus mencari dan menebak.Main-main sederhana selalu bisa dijadikan kesempatan berinteraksi akrab dengan si kecil dan tentu saja momen belajar yang menyenangkan.


Jumat, 28 Desember 2012

Ide Bermain Di Hari Berhujan : Menghitung Koin?

Permainan sederhana yang menyenangkan anak-anak (jangankan anak-anak, saya saja masih suka melakukannya ^^).

Sediakan macam-macam koin dengan pecahan beragam. Tempatan dalam stoples atau mangkuk, lalu ajaklah si kecil mulai menghitungnya.


Mula-mula ajak si kecil menyortir nilai koin sesuai nilai yang tertera, misalnya Rp. 500,- an, Rp. 100,- an dan sebagainya. 
Setelah itu mulailah menghitungnya dengan mengaplikasikan matematika sederhana seperti penjumlahan dan pengurangan.

Sambil berhitung bersama, ajaklah si kecil berdiskusi ringan tentang kegunaan uang. Misalnya dengan bertanya pada mereka, "apa yang dapat diperoleh dengan menggunakan uang?," "apa yang tak dapat kita beli dengan uang?," "apakah kita bisa membeli kawan?," dan sebagainya.

Selamat bermain..:)

Main-Main Matematika : Hiasan Dinding

Anak-anak pasti tak menolak jika diajak menghias dinding dengan stiker warna-warni. Sediakan saja post it warna warni yang berukuran agak besar atau jika tak tersedia bisa juga kita beri mereka  1 pak kertas berwarna jangan lupa sediakan pula selotipe dan tentu saja pensil/bolpoin/spidol.

Tulis angka 1 - 10 diatas kertas warna. Lalu ajaklah anak-anak menempelkannya di jendela atau dinding di sekitar rumah.

Sebutkanlah sebuah angka (misalnya "5") dan mintalah anak membawakan kertas tempel yang bertuliskan angka itu. Jika ia sudah lancar dengan angka-angka 1-10 maka permainan bisa dilanjutkan dengan nilai yang lebih besar lagi, misalnya 20-50, dan seterusnya.

Selain itu bisa juga kita minta anak-anak menghitung benda-benda di dalam rumah, semisal berapa buah gelas yang ada di rak piring, atau beraba banyak jambangan bunga di dalam rumah lalu minta mereka menuliskannya di atas kerta dan membawakan kertas dengan tulisan angka yang benar pada kita.

Belajar matematika dini itu bisa menyenangkan kan?..;)


Jumat, 21 Desember 2012

Ide Bermain Di Hari Berhujan: Petak Umpet Melawan Kitchen Timer


Duh, hujan..:('. Main apa lagi ya didalam rumah? Bingung ? Apalagi rumah kita kecil mungil dan imut ^^. Eh, jangan salah, meskipun imut , selalu ada ruang bermain seru dengan si kecil di dalam rumah. Salah satu permainan yang tak pernah habis serunya ya petak umpet.

Siapkan jam weker atau kitchen timer. Set waktu di kitchen timer dan sembunyikan alat itu di suatu tempat tersembunyi, entah di kolong sofa, kolong tempat tidur, atau di bawah bantalan kursi. Nah, buan si kecil yang kita minta bersembunyi, tapi si kecil kita minta mencari kitchen timer atau jam weker yang kita sembunyikan tadi dengan cara mengikuti bunyinya..^^..seru kan? dan gak perlu ruang yang luas kok..dijamin anak-anak tetap senang meski jam main di luar rumah terpangkas karena hujan. Have fun :).

Yuk intip juga ide bermain lainnya :
Yuk Beberes Rumah
Menyortir Kaus Kaki
Aku Cinta Kau Karena...
Mari Kita Membersihkan Koin
Bermain Musik Dengan Gelas

Ide Bermain DI Hari Berhujan : Yuk Beberes Rumah ^^

Wah, saya paling suka deh mengajak anak-anak dirumah "beberes" di kala hari berhujan. Biasanya mereka suka tuh. Entah sekedar mengatur ulang meja belajar mereka, menata ulang tempat tidur (sambil tidur-tiduran tentuya ), menata buku-buku di rak dan salah satu yang disuka adalah membersihkan kaca jendela. Anak-anak menyukainya karena mereka biasanya suka melihat air hujan yang turun lewat kaca jendela.

Siapkan botol peyemprot, air, sedikit cuka dan lap kering untuk mengeringkan kaca jendela.
Pertama-tama sisilah botol penyemprot dengan air yang ditambah sedikit cuka kira-kira 1/4 cangkir. Berikan botol berisi cairan pembersih buatan sendiri ini beserta kain lap dan mintalah anak-anak membantu kita membersihkan kaca jendela, bisa juga untuk membersihkan kaca meja tamu atau alat-alat rumah tangga.

Anak-aak akan suka membantu kita dan tetap asyik melakukan aktivitasnya, sementara kita sendiri bisa menyambi melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya..:))..simbiosis mutualisma yang menyenangkan, anak-anak belajar membantu sambil bermain, dan bunda bisa beberes dengan lebih cepat sembari menunggu hujan reda dan bersiap untuk aktivitas selanjutnya.

Kamis, 20 Desember 2012

Ide Bermain Di Hari Berhujan : Menyortir Kaus Kaki

Keluarkan semua stok kaus kaki seluruh anggota keluarga, kumpulkan dan taruh dalam sebuah keranjang. Jangan lupa, sebelum permainan dimulai, aduk-aduk seluruh kaus kaki dikeranjang hingga tak lagi saling berpasangan ^^.

Ajaklah si kecil mulai menyortir isi keranjang. Mulai dengan menyortir sesuai warna, besar-kecil, lalu ajak ia memasangkan masing-masing kaus kaki dengan pasangannya.

Setelah semua kembali berpasangan, ajak pula ia mengembalikan semua kaus kaki ke tempat semula. Seru, asyik dan bisa menjadi ajang belajar dasar-dasar matematika yaitu menyortir dan memasangkan benda. Selai itu juga bisa melatih anak-anak belajar membantu menyelesaikan pekerjaan ringan di rumah serta bertanggung jawab merapikan barang-barangnya sebagai bagian latihan menjadi mandiri.

Tuh kan, belajar itu bisa kapan saja, dimana saja dan murah pula..:).  

Ide Bermain DI Hari Berhujan : Aku Cinta Kau Karena......

Permainan yang menarik ini terinspirasi dari salah satu film anak "Diary of A Wimpy Kid : Dog Days". Alat yang digunakan sederhana, cuma selembar kertas dengan pesil/bolpoin/krayon.

Tanyakan pada anak-anak, misalnya, "Mengapa kau sayang pada ayah?". Mintalah anak untuk meuliskan alasannya diatas kertas dan minta pula ia menghias kertas nya dengan meggunakan krayon/pensil warna.

Tempatkan "Catatan Cinta" itu sebagai hadiah kejutan untuk ayah diwaktu makan malam :).
Kita bisa mengajukan pertanyaan yang bervariasi pada anak-anak dan biaran mereka meuliskan beragam alasannya, misaya, "Apa hal terlucu yang pernah dilakukan ayah/bunda yang pernah kau ingat?", atau "Apa yang membuatmu merindukan kakek?" dan sebagainya. Jawaban-jawaban mereka seringkali mengejutkan dan benar-benar tak terduga ^^.

Ide Bermain Di Hari Berhujan : Mari Kita Membersihkan Koin ^^


Musim hujan sering membuat si kecil uring-uringan. Inginnya sih bermain diluar apa daya bunda melarang. Nah, kegiatan yang satu ini bisa dijadikan alternatif bermain yang mengasyikan baginya.
Siapkan :
Sikat gigi bekas
Sabun mandi cairbatangan
Air
Mangkuk plastik
Koin
Tisu kertas atau kain halus untuk mengeringkan
Garam dan sedikit cuka (opsional)

Isi mangkuk dengan sedikit air dan tempatkan beberapa koin didalamnya. Anak-anak akan menyukai aktivitas menyikat koin dengan sabu untuk membuatnya bersih dan tampak baru. Saat koin sudah dibersihkan semampu ana, keringkan dengan kain/tisu.

Untuk membuat koin-koin itu lebih berkilat, campurkan sedikit garam dan cuka dalam mangkuk. masukkan koin kedalamnya dan amati bagaimana campuran keduanya akan mengkilatkan koin-koin itu.
(Jika kita menggunakan cua, awasi selalu sikecil saat bermain dengannya, jangan sampai campuran cairan tersebut masuk ke mata atau terminum).

Tunggu apa lagi, segera kumpulkan koin-koin lama yang tampak buram..:).



Ide Bermain Di Hari Berhujan : Bermain Musik Dengan Gelas

Siapkan :
Beberapa buah gelas
Air
Sendok

Isi gelas-gelas dengan air yang ketinggiannya berbeda-beda dan ajak sikecil memukul-mukul pinggiran gelas dengan ringan menggunakan sendok.

Dengarkan dengan seksama, masing-masing gelas akan menghasilkan suara yang berbeda. Cobalah memainkan nada-nada yang sederhana. Supaya lebih asyik, ajak anak-anak menciptakan melodinya sendiri..:).

Senin, 17 Desember 2012

Mengenal Gaya Belajar Anak-Anak


Setiap orang tua tentu ingin membantu anak-anaknya untuk menjadi pembelajar terbaik. Untuk memudahkan kita sebagai orang tua dalam mendukung anak-anak menemukan cara belajar terbaik mereka, pertama penting bagi kita untuk memahami gaya belajar yang umum. Hal yang perlu diigat adalah, seseorang mungkin saja dominan dalam salah satu gaya belajar tetapi ia tetap menggunakan gaya belajar lainnya dalam proses memahami dunia ini. Beberapa diantara gaya-gaya belajar tersebut adalah sebagai berikut:

PEMBELAJAR AUDITORY (Language Learner)
Para pembelajar auditory banyak belajar dengan mendengarkan orang lain dan kemudian membicarakan apapun yang didengarnya.
Ciri-ciri yang terlihat:
  • suka menghafalkan informasi dengan bersuara keras
  • memerlukan penjelasan secara verbal
  • mungkin mengalami kesulitan dalam memahami instruksi tertulis
  • lebih menyukai diskusi kelompok dibanding belajar sendirian
Penting diingat: pembelajar auditory sering terlihat seolah mereka tak memberi perhatian saat kita berbicara dengan mereka, tetapi sebenarnya perkembangan kemampuan mendengar mereka jauh lebih berkembang dibandingkan kemampuan penglihatan mereka.

PEMBELAJAR VISUAL
Mereka yang termasuk pembelajar visual belajar dengan cara melihat dan mengamati. Tipe pembelajar ini dipercaya merupakan tipe yang paling dominan dan kebanyakan kelas tradisional memafaatkan gaya pembelajaran visual. Para pembelajar tipe ini, dalam proses belajarnya sangat berkepentingan untuk melihat, memvisualisasikan dan mengilustrasikan pengetahuan dan konsep-konsep.
Karakteristik:
  • Mengingat dengan baik detil visual
  • lebih suka melihat langsung apa yang dipelajari
  • memerlukan kertas dan pensil sepanjang waktu
  • mencatat saat mendengarkan sesuatu
  • suka menuliskan instruksi atau melihat sebuah instruksi didemostrasikan.
Penting diingat: memberitahu sesuatu pada pembelajar tipe ini atau sebatas memerintah untuk melakukan sesuatu bisa jadi tak membuat mereka tergerak melakukannya, mereka perlu diperlihatkan langsung hal penting yang kita ingin mereka pelajari.

PEMBELAJAR KINESTETIK
Para pembelajar tipe ini perlu terlibat langsung dalam setiap aktivitas untuk memahami suatu pelajaran tertentu.
Karakteristik:
  • selalu ingin melakukan apapun yang sedang dibicarakan atau dipelajari
  • senang bergerak atau berkeliling ruangan saat mendengarkan atau berbicara
  • sering menggunakan tangan mereka saat berbicara
  • suka meyentuh sesuatu dalam rangka mempelajarinya
  • mengingat suatu momen dengan mengingat siapa yang melakukannya dibanding dengan siapa yang mengatakannya.
Penting diingat: Tipe pembelajar kinestetik sering mendapat salah diagnosa sebagai ADHD atau di cap sebagai pembuat masalah karena pada kebanyakan metode pegajaran tradisional yang mendasarkan metode mereka pada tipe pembelajaran visual atau auditory sering tidak cocok bagi mereka.

Ketiga tipe pembelajar di atas adalah tipe yang umum diketahui dan didiskusikan oleh para ahli, sementara sebagian ahli yang lain mulai mendiskusikan adanya tipe pembelajar lain yaitu PEMBELAJAR ANALITIS/PEMBELAJAR LOGIS.

Para pembelajar ini diketahui mempelajari sesuatu dengan megeksplorasi pola-pola dan mencoba memahami bagaimana suatu kejadian saling berhubungan satu sama lain.
Mereka juga:
  • senang mengetahui bagaimana sesuatu bekerja
  • dapat menerapkan logika berpikir diusia yang dini
  • banyak mengajukan pertanyaan sehingga mereka kemudian dapat memahami bagaimana hal-hal saling berhubungan
  • menunjukkan kemampuan memecahkan problem matematis diusia dini
  • tertarik dengan permainan strategi sejak usia dini.

Beberapa karakteristik di atas mungkin bisa berguna untuk mengetahui tipe pembelajar seperti apakah anak-anak atau kita sendiri. Untuk mencari tahu hal ini dengan cara lain, bunda bisa mengikuti tes online sederhana dari Scholastic .

Selamat mencoba..:).

sumber: http://www.kidspot.com.au/schoolzone/

Rabu, 12 Desember 2012

Main Bareng Si Batita: Membangun Menara

Baby Aliy (13 mo) kadang bosan diajak membaca buku-buku dari perpustakaan mininya. Jika sudah begitu ia tidak mau lagi memperhatikan gambar-gambar dalam buku , yang ada ia gelisah ingin segera bergati aktivitas lain.

Untuk memberinya variasi kegiatan dengan bukunya itu, dan mengobati kebosanannya, saya gunakan buku-buku mini miliknya yang bahannya terbuat dari karton tebal untuk bermain susun buku idenya kita akan membangun sebuah menara.

Karena ia belum pandai menyusun buku-buku, maka sayalah yang memulai membuatkan dasar menara. Sementara itu ia saya ajak mengambil mainan lain untuk ditambahkan sebagai bahan membangun menara kami. Pilihannya jatuh pada roda gigi warna warni, yang dipilihnya sendiri dari kotak mainan.

Melihat saya yang terlebih dulu memberinya contoh menyusun buku-buku, ia pun mengikuti dengan mencoba meletakkan si roda gigi ke atas tumpukan buku.


Dan berhasil ^^..ia tampak senang saat melihat roda yang diletakannya tadi menjadi puncak menara kami.

Bermain dengan si satu tahun tak perlu yang rumit. Sekedar melatih konsentrasinya dengan meminta si kecil memperhatikan terlebih dulu apa yang kita lakukan dan mendorongnya mengikuti kita, sudah merupakan momen belajar baginya.

Tak perlu mengharap ia melakukannya dengan sempurna, melihatnya asik bermain dan melupakan rasa bosannya saja sudah menjadi saat yang menyenangkan.

Yuk main lagi..:)

Kamis, 06 Desember 2012

Yuk Ajak Anak Belajar Mendengar



Kemampuan mendengar bagi seorang anak dapat dikatakan berhasil dikuasai adalah saat  ia telah mampu mendengarkan orang lain, memperoleh serta memproses informasi dan berhasil mengikuti instruksi yang disampaikan kepadanya.

Dalam hal ini, kemampuan mendengar dan berbicara berperan penting sebagai dasar pengembangan kemampuan belajar anak. Kemampuan mendengar yang baik akan mendukung perkembangan kemampuannya berkomunikasi secara verbal.

Medengarkan orang lain berbicara serta terbiasa medengarkan cerita akan menambah kosa kata anak dan membantunya mengembangkan kemampuan membaca.

Cara termudah mengajarkan anak menjadi pendengar yang baik adalah dengan memberikan contoh langsung padanya. Tunjukkan pada anak bahwa kita benar-benar mendengarkan apa yang ia sampaikan saat ia meceritakan sesuatu pada kita. 

Perlihatkan pada anak kemampuan menjadi pendengar itu dimulai dari fokus pada si pembicara, menatap langsung pada penyampai berita dan beri tanda pada mereka kalau kita benar-benar mendengarkan dengan menunjukkan respon semisal mengangguk atau tersenyum di saat yang tepat. 

Banyak cara dan aktivitas yang dapat dilakukan bersama anak untuk melatih mereka menjadi pendengar yang baik, misalnya dengan memutarkan CD berisi cerita anak atau membacakannya buku cerita anak. Setelah itu mintalah anak meceritakan kembali apa yang didengarnya serta minta pula mereka memberi respon terkait isi cerita. Aktivitas ini tentu bisa disesuaikan tingkat kesulitannya dengan usia anak.

sumber : http://www.kidslearningisfun.com.au

Senin, 03 Desember 2012

Bukan Sekedar Obrolan Biasa

Sama sepert kebanyakan bunda yang lain, saya menjadi sosok yang dipandang lebih mudah diajak berkomunikasi oleh anak-anak saya dirumah. Mungkin karena dalam keseharian mereka, saya lah yang lebih sering mereka jumpai, mulai mereka bangun tidur hingga hampir terlelap di malam hari. Bahkan saat saya masih aktif sebagai ibu yang bekerja di luar rumah, mereka akan lebih suka menelepon saya saat saya masih berada di kantor sekedar untuk bertanya hal-hal kecil dibanding bertanya pada nenek-kakek yang kebetulan mampir ke rumah atau menelepon ayah yang juga sedang bekerja.

Obrolan bareng kedua putri saya, si sulung yang kini berusia 10 tahun dan adiknya yang berusia 6 tahun, selalu dipenuhi topik-topik menarik, mulai soal pelajaran yang menarik minat keduanya, cerita seputar pertemanan dan hobi, tentang hubungan dengan orang dewasa di sekitar mereka semisal dengan guru dan sanak keluarga hingga tontonan di televisi. 

Momen mengobrol bareng mereka tak cuma menjadi saat yang "menyegarkan" bagi saya tapi juga menjadi tantangan tersendiri manakala saya harus mengeksplorasi beragam sumber untuk sekedar menjawab pertanyaan-pertanyaan dari mereka yang tergelitik keingintahuannya ditambah pula memaksa saya untuk seringkali berpikir keras mengenai cara menyampaikan suatu penjelasan tertentu dengan cara dan bahasa yang dipahami oleh anak-anak dengan rentang usia yang berbeda.

Saat si sulung mulai bertanya-tanya seputar masalah perkembangan tubuh remaja putri, misalnya, sang adik yang ada didekatnya ikut-ikutan mengemukakan pertanyaan ini dan itu. Tentu saja saya harus pintar-pintar memilih kata agar keduanya bisa memahami apa yang ingin saya jelaskan pada mereka.
"Jadi kapan aku bisa dibilang remaja Bun, apa setelah aku menstruasi?" tanya si sulung suatu kali.
Belum sempat saya menyahut, sang adik menyela, 
"apa itu menstruasi?"
Jadilah saya mesti menyederhanakan jawaban bagi sang adik dan harus menemukan jawaban singkat bagi sang kakak.
Obrolah kami kadang tak hanya sebatas tanya jawab semacam ini, karena bisa berkembang kemana saja dan tak mesti saat saya sedang duduk santai, melainkan bisa disela-sela saya melakukan pekerjaan rumah tangga atau bahkan saat menyetir mobil.

Kalau dipikir-pikir, menjadi bunda itu memang dituntut menjadi kamus sekaligus ensiklopedi berjalan juga. Meski tentu saja tak ada bunda yang sempurna, namun saya pribadi merasa, tantangan terbesar menjadi bunda adalah saat anak-anak mulai memandang kita sebagai salah satu "narasumber" tempat mereka bertanya dan mencari jawaban atau solusi masalah. Itulah sebab, semenjak saya membuka mata di pagi buta, saya sudah menyisihkan sedikit waktu untuk mempelajari sesuatu. Bukan hanya demi memuaskan dahaga saya akan pengetahuan baru melainkan juga sebagai salah satu cara bersiap menghadapi para pemikir muda dan pencari fakta kreatif di rumah, yaitu kedua putri saya yang suka sekali bertanya..:).

Jika kita sama-sama mahfum bahwa anak-anak adalah pembelajar sejati, maka sangatlah wajar jika kita sebagai bunda harus terus berusaha meningkatkan kapasitas agar bisa menjadi fasilitator mereka dalam menjalani proses belajar sepanjang hidupnya hingga saatnya mereka menjadi pembelajar mandiri.

Menjadi fasilitator bukan berarti kita haruslah ahli disegala bidang, tapi kita harus selalu bersedia melihat hal-hal baru disekitar kita, mempelajari dan memahami semampu kita dan berusaha menemukan cara-cara membaginya dengan cara terbijak pada anak-anak.

Tak lucu rasanya jika anak-anak lebih dulu beroleh informasi yang salah atau kurang tepat tentang sex misalnya dari sumber lain tanpa kita bisa mengkonfirmasinya dengan informasi yang benar dan bertanggung jawab. Demikian pula dengan sederet hal lain yang mestinya tak luput dari kita. Bukankah tak ada waktu yang layak dibuang percuma, maka siapkanlah diri kita mengisi waktu bersama anak-anak meskipun sebatas untuk "mengobrol" saja, namun pastikan isinya selalu "tak biasa-biasa" saja..:).