Senin, 30 Juli 2012

Kiat Sukses Puasa Si Kecil : 3. Ngabuburit Asik Bareng Si Kecil



Mengisi waktu luang menjelang waktu berbuka puasa biasa 
dikenal dengan istilah ngabuburit.  Apa saja kegiatan pengisi waktu bersama anak-anak yang biasa ayah dan bunda lakukan? Berikut beberapa kegiatan yang bisa dicoba bersama si kecil di siang hari saat berpuasa dan menjelang berbuka puasa :
Kegiatan dalam rumah (indoor)
  • Board Game ; misalnya permainan ular tangga, catur, monopoli, scrabble bisa menjadi pengisi waktu luang anak sekaligus sebagai ajang belajar yang menyenangkan. Unsur matematika dan pengenalan bahasa dalam permainan ini sangat bervariasi dan bisa dimainkan oleh seluruh anggota keluarga. 
  • Bermain Kartu; permainan kartu dengan memanfaatkan kartu UNO, kartu remi/domino selain mengasyikan karena bisa dimainkan bersama teman dan keluarga juga bisa dijadikan sarana belajar matematika anak yang menyenangkan, semisal mengurutkan angka dan mempraktikan operasi  bilangan (menambah, mengurang, mengalikan dan membagi) 
  • Membuat kerajinan tangan; meronce, merajut, membuat lukisan dengan tekhnik mozaik adalah beberapa contoh dari kegiatan ini, ajang ini dapat dijadikan sarana belajar anak-anak  terlebih apabila aktivitas ini memanfaatkan bahan-bahan yang dapat didaur ulang. 
  • Bermain komputer, selama tetap mengikuti aturan terkait pengawasan program yang dimainkan dan batas waktu yang diijinkan, kegiatan ini juga bisa bermanfaat positif.
  • Menggambar dan mewarnai; 
  • Menyusun puzzle atau bermain balok (lego/duplo dan sejenisnya); 
  • Membaca buku bersama atau membuat jurnal/tulisan pendek bagi anak yang lebih besar; 
  • Membantu menyiapkan menu berbuka puasa; sekalipin mungin anak-anak akan “tergoda” dengan harum masakan bunda, namun aktivitas di dapur selalu menyenangkan, karena banyak pilihan kegiatan yang disukai anak. Ajak mereka mencuci sayur mayur dan buah, membantu membuat puding, memecah dan mengocok telur, membuat teh manis dan sebagainya. Selain efektif mengisi waktu juga menjadi sarana belajar anak agar lebih mandiri.

Kegiatan di luar rumah (outdoor)
  • Jika hari cukup cerah namun tidak terlalu terik, mengajak anak beraktivitas di luar rumah bisa menjadi pilihan. 
  • Observasi di halaman rumah;  Jika si kecil anda termasuk anak yang suka mengamati, ajak mereka sekedar mengamati tanaman atau binatang-binatang kecil yang mungkin ada di kebun atau halaman rumah kita. Bekali mereka dengan kamera, kamera dari telepon genggam pun bisa digunakan untuk memotret tanaman/binatang kecil yan mereka temui. Simpan gambar dan kalau mungkin mencetaknya untuk dijadikan bahan belajar anak yang lain, semisal membuat album flora/fauna atau scrapbook. 
  • Mencari harta karun; Siapkan berbagai bentuk hadiah yang telah dibungkus dengan kertas cokelat atau kertas koran. Lalu sembunyikan secara menyebar di dalam dan luar rumah (halaman). Minta anak-anak mencari dan mengumpulkannya. Siapa yang dapat mengumpulkan paling banyak harta karun tersebut, dialah yang menjadi pemenangnya. 
  • Berjalan-jalan; Ini adalah kegiatan yang paling umum dilakukan orang tua saat waktu ngabuburit. Biasanya kita sering mengajak anak-anak bersepeda atau berjalan kaki di sekitar kompleks perumahan untuk mencari penganan untuk menu berbuka . 
  • Kunjungan persahabatan; jika kita sempat membuat penganan untuk berbuka dalam jumlah cukup banyak, atau sempat membuat paket lain untuk dibagikan pada yang membutuhkan, ajak anak berkeliling ke masjid atau tetangga atau ke tempat lain dimana banyak saudara kita yang membutuhkan bantuan, untuk membagikan paket makanan yang telah disiapkan keluarga. Aktivitas ini tak hanya sekedar mengisi waktu luang tapi juga sarat manfaat bagi pendidikan mental anak dan efektif menumbuhkan rasa empati mereka.
Demikian beberapa contoh aktivitas ngabuburit yang bisa dilakukan bareng si kecil..semoga di bulan suci ini makin banyak hikmah pembelajaran bagi kita dan anak-anak yang diperoleh dari aktivitas di waktu luang ini.

Minggu, 29 Juli 2012

Kiat Sukses Puasa Si Kecil : 2. Menyemangati Si Kecil yang Berpuasa

Berpuasa bagi si kecil merupakan pengalaman baru. Layaknya peserta perlombaan, mereka juga merasakan aroma yang berbeda dibandingkan hari-hari lain diluar bulan Ramadan. Ada perasaan mereka harus mencapai target tertentu, meskipun, kadang orang tua tidak menyadarinya. Anak-anak adalah pembelajar sejati, mereka dengan arahan yang benar dari kita bisa memaknai puasa sebagai ajang pembelajaran mereka.


Sebagai orang tua, kita pun ingin membantu mereka mencapai target yang diharapkan.  Layaknya dalam sebuah tim yang ingin memenangi sebuah perlombaan, saat ini kita mungkin berada di posisi pelatih (coach) yang tidak hanya bertugas mengarahkan dan membimbing anak-anak kita namun juga bertugas menyemangati mereka agar dapat keluar sebagai pemenang. Bagaimana agar anak-anak kita sukses melewati masa belajar mereka selama Ramadan? Berikut beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menyemangati mereka :
Menyediakan Makanan Kesukaan Si Kecil 
Ini adalah cara "klasik" yang paling sering dilakukan para bunda dan ayah selama Ramadan. Apalagi kalau bukan menyemangati anak-anak dengan berusaha menyajikan makanan kesukaan si kecil saat saur dan berbuka puasa. Tidak ada yang salah dengan cara ini, hanya saja perlu kita ingat untuk tidak berlebihan dalam menyajikan makanan si kecil. Misanya saja, dengan dalih untuk membujuk si kecil makan sahur atau sebagai "hadiah" menamatkan puasa sehari penuh, kita bebas memberi apapun kepada anak-anak. 
Makanan atau minuman yang semestinya kita batasi pun kadang kita beri secara berlebihan demi menyemangati si kecil. Sebaiknya, pola makan sehat anak-anak tetap kita jaga, untuk kebaikan mereka juga, misanya dengan tetap membatasi asupan gula, minyak atau garam dan memberikan makanan/minuman dalam jumlah sewajarnya demi kesehatan mereka. Tambahan pula, kita bisa menyampaikan hikmah puasa kepada mereka, bahwa puasa bukan dimaksudkan untuk menahan diri di siang hari tetapi menutupnya secara berlebihan di saat berbuka. Bersederhanalah, karena itulah salah satu hakikat berpuasa.

Memberi Hadiah
Menjanjikan si kecil hadiah jika berhasil mencapai target tertentu selama berpuasa juga umum dilakukan kita, para orang tua. Menawarkan hadiah bisa menjadi cara efektif untuk menyemangati si kecil untuk berpuasa. Namun peru diingat, untuk selalu mengingatkan si kecil bahwa sejatinya puasa itu semata karena Alloh saja dan bukan untuk mendapatkan hadiah dari tertentu orang tua. Adalah tugas kita untuk membimbing mereka memahami arti dan hakikat puasa yang sesungguhnya, sebagai bekal mereka dalam mendalami Islam hingga kelak dewasa.
Selain itu, sebaiknya iming-iming hadiah dibarengi dengan proses pembelajaran secara berkala sesuai kemampuan anak. Selayaknya penerapan sistem reward, mungkin ayah dan bunda dapat memberlakukan sistem star chart untuk mengukur peningkatan/perbaikan performa si kecil. Misanya saja, bagi anak-anak kita yang baru belajar puasa, kita bisa menyiapkan satu tabel berkolom tiga puluh, yang akan kita isi (atau boleh mereka isi) dengan stiker bintang apabila mereka berhasil menamatkan puasa hingga waktu tertentu, misalnya ba'da dhuhur, ba'da ashar atau maghrib. Setiap bintang bisa dihargai dengan poin tertentu misalnya dikonversi 1 bintang = Rp. 1.000,-, di akhir masa puasa, kita tinggal menghitung jumlah bintang dan menukarnya dengan hadiah uang.
Cara lain, jumlah bintang terkumpul bisa dikonversi dengan bentuk hadiah tertentu, misalnya buku, mainan atau pakaian yang diidamkan si kecil. 

Untuk anak yang lebih besar, tabel star chart dapat digunakan sekaligus untuk mengukur performa anak di jenis ibadah lainnya. Misanya selain mengukur kemampuan berpuasa, kita bisa juga mengukur ketaatan waktu sholat wajib, sholat tarawih dan membaca Al-Quran. Dengan demikian, selalu ada peningkatan target pembelajaran bagi anak-anak kita.

Menemani Anak Beraktivitas di Siang Hari
Jika kebetulan anak-anak memperoleh hari libur selama bulan Ramadan, kita dapat  beraktivitas bersama mereka di siang hari untuk mengisi waktu sehingga mereka tak hanya berkonsentrasi pada lapar dan haus selama puasa. Jika kita tidak dapat menemani mereka kita bisa merancang beragam kegiatan untuk mereka. Pastikan kegiatan yang kita siapkan tersebut bermanfaat dan dapat memberi nilai tambah bagi mereka. Beberapa ide kegiatan selama Ramadan bisa dilihat disini.

Tunjukkan Semangat Kita
Untuk menyemangati anak-anak, kita sebagai orang tua harus lebih dulu menunjukkan semangat kita ^^. Tunjukkan pada mereka bahwa kita amat merindukan Ramadan dan bersemangat dalam menjalankan setiap bentuk ibadah selama bulan suci ini. Ajak mereka sholat berjamaah, mengaji bersama, pergi ke masjid kapanpun kita sempat, tarawih bersama, aktif melatih kegiatan beramal bersama anak-anak dan sebisa mungkin menemani mereka makan sahur dan berbuka puasa.

Beberapa cara di atas, mudah-mudahan menjadi kunci sukses ibadah Ramadan si kecil tahun ini ya..:)

Sabtu, 28 Juli 2012

Kiat Sukses Puasa Si Kecil : 1. Menjaga Kesehatan

Si kecil baru pertama kali menjalankan ibadah puasa Ramadhan? Pasti seru ya pengalaman bunda dan ayah sekalian saat menemani anak-anak berpuasa. Ada banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mendorong anak-anak berlatih puasa dan mengakhiri sesi Ramadhan mereka dengan sukses. 
Dari pengalaman saya dengan kedua puteri saya (sekarang 9,5 yo dan 6 yo) saat melatih mereka berpuasa di waktu kecil dulu, saya mencatat beberapa hal menarik yang menjadi kunci sukses anak-anak melewati pengalaman berpuasa Ramadhan pertama mereka.

Hal pertama yang merupakan kunci sukses si kecil dalam menjalankan puasa adalah tubuh yang sehat. Puasa berarti mengurangi asupan energi anak-anak di siang hari, yaitu di waktu aktif mereka. Anak yang sakit tidak akan bisa bertahan menjalankan puasa, jangankan puasa, untuk beraktivitas saat normal pun mereka enggan. Itulah sebabnya, sehat adalah kata wajib bagi anak-anak yang akan mulai berlatih atau sedang menjalankan puasa Ramadhan. 

Jauh hari sebeum bulan Ramadhan datang, dan selama masa berpuasa orang tua perlu mempersiapkan dan menjaga kondisi kesehatan anak-anak. Beberapa hal yang penting diperhatikan adalah :
  1. Mempertahankan pola makan yang sehat yang mencakup konsumsi makanan seimbang antara karbohidrat, protein, lemak dan serat dalam sayur dan buah serta kandungan nutrisi lainnya.  
  2. Untuk memperkuat daya tahan tubuh, anak-anak dapat diberi suplemen khusus anak. Sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan praktisi kesehatan sebelum memberikan supleen tambahan bagi anak-anak.
  3. Menghindari konsumsi gula yang berebihan. Bulan Ramadhan identik dengan makanan yang manis terutama saat berbuka puasa yang bisa menggiring kita pada konsumsi gula yang berlebihan yang merugikan kesehatan. Perlu kreatifitas dalam menghidangkan menu berbuka bagi anak. Mengajak anak mencoba buah kurma segar atau salad buah segar misalnya lebih baik dibanding memberinya kolak manis atau kue cokelat. 
  4. Jaga kesehatan gigi anak dengan tetap mengingatkan mereka untuk rutin menyikat gigi selepas sahur dan sebelum tidur malam.
  5. Jaga asupan cairan si kecil dengan membiasakan mereka minum air putih saat sahur dan berbuka puasa serta di malam hari.  
  6. Hindari memberi anak terlalu banyak minuman dingin/es selama bulan puasa untuk menghindari kemungkinan munculnya radang tenggorokan dan penyakit umum lainnya semisal pilek/batuk.
  7. Berilah contoh pada anak cara makan yang sehat saat sahur dan berbuka, misalnya dengan tidak makan terburu-buru dan terlalu banyak. Mulai berbuka dengan minum air putih dan kurma, dan hanya makan secukupnya saat berbuka, serta tidak  ngemil berlebihan selepas waktu makan malam.
  8. Pastikan anak-anak cukup tidur. Jika anak bangun terlalu dini untuk makan sahur, ganti waktu tidurnya, misalnya selepas sholat shubuh hingga menjelang waktu berangkat sekolah, atau dengan tidur di siang hari sepulang sekolah, serta pastikan anak tidak tidur terlalu larut di malam hari.
  9. Pastikan anak tidak terlalu lelah. Ajak mereka menjalankan alternatif kegiatan yang menyenangkan namun dapat menghemat energi. Misalnya dengan mengganti permainan luar ruangan dengan permainan yang bisa dimainkan di dalam ruangan.
  10. Tidak memaksakan kondisi sikecil jikalau ia belum kuat berpuasa sehari penuh.  Orang tua perlu memperhatikan kondisi si kecil saat berpuasa. Tiap anak memiliki kekuatan berbeda saat menjalani puasa. Ada yang sudah mampu menjalani puasa seharian penuh sejak usia balita namun ada pula yang kondisi tubuhnya tidak mendukung sehingga sulit baginya beradaptasi dengan kondisi berpuasa. Menghadapi anak yang demikian, sebaiknya kita tidak memaksanya, tetapi ajaklah ia meningkatkan kemampuan puasanya sedikit demi sedikit selama Ramadhan. Latihan berpuasa yang terus menerus akan membuatnya terbiasa dan lama-lama akan sanggup menjalaninya sehari penuh.
Demikian, beberapa hal seputar menjaga kesehatan si kecil selama menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Semoga Ramadhan kali ini anak-anak kita selalu sehat dapat menjalankan latihan puasanya dengan baik ya. :) 

Minggu, 22 Juli 2012

SERIAL MINI ANAK : NIRMALA dan NIRWANA (Edisi Ramadhan: Hari Pertama Puasa Nirmala)


EPISODE SATU 

Hari Pertama Puasa Nirmala


            Alhamdulillah, hari sudah menunjukkan pukul setengah tiga sore, tak lama lagi waktu pulang sekolah akan tiba. Udara siang ini terasa cukup hangat, meskipun sebenarnya sekarang ini seharusnya sudah pertengahan musim dingin di Adelaide, tapi sudah beberapa hari ini matahari selalu bersinar di siang hari, sehingga walaupun suhu udara hanya sebelas derajat celcius, tetapi kita tidak terlalu merasa kedinginan.
            Nirmala, gadis kecil berusia hampir sepuluh tahun, mengusap keringat yang berbintik-bintik di dahinya dengan selembar sapu tangan. Setelah waktu makan siang tadi, ia dan teman-teman sekelasnya di kelas empat, diajak oleh Mr Knott, guru kelasnya ke lapangan olah raga. Hari ini mereka akan bermain sepak bola, dan kali ini Nirmala mendapat giliran sebagai penjaga gawang. “Alhamdulillah, aku  tak harus banyak berlari-lari,” begitu pikir Nirmala. Ia merasa sedikit lemas karena hari ini adalah hari pertamanya menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Oh ya, bagi teman-teman yang belum tahu, di Adelaide, South Australia, tempat Nirmala dan keluarganya tinggal, sekolah-sekolah tidak meliburkan siswanya di hari-hari awal puasa. Pelajaran di sekolah pun  tetap berlangsung seperti biasanya, dari pukul setengah sembilan pagi hingga pukul tiga sore. Jadual pelajaran  tidak ada yang berubah, termasuk pelajaran olah raga. Maklumlah, di sini tak banyak penduduk yang beragama Islam, sehingga suasana bulan suci Ramadhan tak terlalu terasa. Bahkan hari raya Idul Fitri pun sekolah Nirmala tidak libur, jadi Nirmala dan adiknya yang duduk di kelas satu harus ijin dari sekolah untuk menjalankan ibadah sholat Idul Fitri.
 Di jalan-jalan di kota Adelaide, suasana  seperti hari-hari biasanya saja. Orang-orang tetap makan dan minum di tempat-tempat umum, restoran dan  kedai kopi  dan  bakery tetap buka di siang hari, termasuk di sekolah Nirmala, teman-teman  jarang sekali yang berpuasa, paling-paling hanya beberapa orang saja,. Mereka yang beragama Islam umumnya adalah teman-teman yang  berasal dari negara di Afrika seperti Somalia atau negara-negara Timur tengah seperti Arab Saudi, Irak dan Iran serta teman dari Asia misanya dari Indonesia, Malaysia atau Pakistan.  Teman-teman lainnya yang tak berpuasa tetap bebas makan dan minum di sekolah  saat waktu  istirahat atau waktu makan siang.  Uhh, bagi anak-anak seperti Nirmala, berpuasa di siang hari rasanya sedikit berat karena banyak sekali godaan untuk mencoba makan atau minum.
---ooo---
Selama bermain sepak bola siang tadi, Nirmala beberapa kali harus melakukan penyelamatan gawang. Ia melompat, berlari mengejar bola dan sesekali berduel langsung dengan pemain depan dari tim lawan untuk merebut bola dari kakinya dan menghalau jauh bola itu agar tak masuk ke gawang. Ternyata, menjadi penjaga gawang itu bukan pekerjaan yang mudah, begitu pikirnya. Untunglah, hingga pertandingan berakhir, tak satu pun bola yang masuk ke gawang yang dijaga Nirmala. Timnya pun keluar sebagai pemenang, karena salah satu pemain depan timnya berhasil mencetak dua gol ke gawang lawan.
Saat peluit panjang ditiup oleh Mr Knott sebagai tanda permainan berakhir, Nirmala sangat lega. Ia segera berlari-lari ke pinggir lapangan untuk beristirahat sejenak bersama dengan teman-temannya. Mr Knott memberi kesempatan pada murid-muridnya untuk melepas lelah sehabis pelajaran olah raga, mereka diijinkan untuk minum tap water,  itu lho, air putih segar siap minum dari  kran-kran air yang tersedia di tempat-tempat khusus di lingkungan sekolah.
Teman-teman Nirmala pun segera berlari-lari menuju tempat kran air, mereka berlomba-lomba untuk minum lebih dahulu. Nirmala, menelan ludah, sebenarnya ia sangat haus, tetapi ia ingat, hari ini ia sedang berpuasa. Ia pun hanya duduk diam di pinggir lapangan sambil mengawasai teman-temannya yang tidak berpuasa mengantri minum tap water. “Aku harus kuat, aku harus kuat,” bisik Nirmala pada dirinya sendiri. Ia ingat pesan ayah  tadi  pagi, bahwa jika ia sudah berniat berpuasa, Insha Alloh, Alloh akan membantunya dan menguatkannya hingga maghrib menjelang.
Melihat Nirmala yang hanya duduk-duduk saja sambil mengipas-ngipaskan ujung jilbabnya ke wajahnya, Mr Knott pun mendekatinya dan bertanya,
“Nirmala, mengapa kamu tidak ikut minum air dulu sebelum kembali ke kelas?.”
“Tidak, Mr Knott, saya tidak boleh minum air sekarang, saya sedang berpuasa,” jawab Nirmala.
Mr Knott, yang belum pernah berpuasa terlihat heran, “Apakah kamu berpuasa seharian?, “ tanyanya lagi. Nirmala mengangguk-anggukan kepalanya sambil tersenyum, “Insha Alloh,” sahutnya.
“Apakah kalau puasa itu tidak boleh minum air putih juga?,“ tanya Mr Knott lagi.
“Tidak. Kami yang berpuasa, tidak boleh makan dan minum apapun. Mulai dari matahari terbit, hingga matahari tenggelam,” jawab Nirmala.
“Oh, jadi kamu hanya boleh makan malam?, “ tanyanya heran.
Nirmala tersenyum sambil mengangguk, “Ya, sebelum matahari terbit tadi saya sudah makan dan minum, dan nanti setelah matahari tenggelam, saya boleh kembali makan dan minum.”
“Berapa lama kamu akan berpuasa?,” tanya Mr Knott lagi.
“ Sebulan, “ sahut Nirmala.
Mr Knott mengangkat  alisnya tinggi-tinggi, “Wow, lama sekali. Wah semoga kamu kuat berpuasa selama itu ya. Mulai besok, kalau teman-temanmu sedang makan siang, kamu boleh memilih melakukan aktivitas lain. Mungkin kamu bisa pergi ke ruang seni dan membuat sesuatu disana,” kata Mr Knott .
Nirmala tersenyum, Alhamdulillah, katanya dalam hati. Ini pasti salah satu pertolongan  Alloh. Mulai besok ia tak harus berada di kelas saat istirahat makan siang dan dikelilingi oleh teman-temannya yang  makan bermacam – macam makanan yang menerbitkan selera itu. Jadi ia tak harus tergoda untuk mencicipi makanan juga, habis wangi makanan mereka memang selalu membuatnya lapar sih. Apalagi saat berpuasa ditengah musim dingin begini.
            Dengan gembira, Nirmala pun kembali ke kelas. Ia tak sabar segera pulang dan bertemu bunda dan ayah, dan menceritakan  pada  mereka pengalamannya  hari ini di sekolah. Ia pun bersyukur, sekalipun ia lelah belajar dan bermain sepak bola hari ini, ia masih kuat menjalankan puasanya. Insha Alloh, ia akan berusaha menjaganya hingga maghrib nanti dan begitu seterusnya, hingga hari raya Idul Fitri tiba. Ia ingin menjadi salah satu dari mereka yang bisa merayakan lebaran dengan penuh kemenangan.  Nirmala  percaya, Alloh  yang Maha Baik akan membantu menguatkannya hingga hari kemenangan itu tiba  :).

Adelaide, 23 Juli 2012
kado untuk putri2ku..selamat hari anak..:)

Selasa, 17 Juli 2012

Saat Si Kecil Mulai Mandiri

Pagi di Adelaide, dua belas derajat saja. Cukup dingin untuk ukuran suhu udara musim gugur. Sejak pagi si sulung (9,5 tahun) sudah bersiap-siap hendak mengikuti acara perkemahan yang diadakan sekolahnya. Sejak dua hari sebelumnya, sepulang sekolah ia sudah mulai mencicil mengepak barang-barang yang akan dibawanya. Mulai dari sleeping bag, lampu senter, baju hangat, topi, jilbab, kaus kaki, baju ganti, sneakers, sarung tangan sampai dengan cemilan berupa biskuit dan keripik kentang yang rencananya akan dimakan bersama teman-temannya sebelum waktu tidur yang ditetapkan. Semuanya disusun dengan rapi dalam ransel besar pinjaman dari ayahnya. Tak lupa ia menyelipkan kantung mukena kecil dan sajadah yang berbahan tipis agar mudah dilipat untuk keperluan menjalankan salat lima waktu. Saya hanya mengawasinya saja, bahkan saya tak perlu lagi mengecek semua barang bawaannya, karena belum-belum ia telah menyodorkan secarik kertas berisi check list barang-barang yang telah selesai dipak dalam ransel. Saya tinggal menandatanganinya saja, begitu pintanya.
Sampai dengan  pagi hari berikutnya, di hari keberangkatan, bantuan yang dimintanya hanya satu, mengantarkannya ke sekolah karena ia kerepotan membawa banyak barang-barang. Wah, baru sekali ini, si sulung tidak merepotkan :). Dalam hati saya merasa senang, mengingat untuk usianya, saya tak menyangka ia bisa begitu detail dan dengan percaya diri menyiapkan semua keperluannya. Begitulah dulu yang selalu saya harapkan dari putri kecil saya, agar dia mampu menjadi pribadi yang mandiri. Namun entah kenapa, saat ia memperlihatkannya, saya justru merasa ada yang hilang dalam hati. Mungkin karena sebagai ibu, sejatinya saya ingin selalu membantu anak-anak saya dan merasa lebih nyaman jika mereka membutuhkan bantuan saya.
Saat tiba di sekolah, sebelum berangkat menuju area perkemahan, saya menyempatkan diri bertemu dengan guru pembimbing dan pengawas selama acara berlangsung. Guru dengan ramah mengatakan, bahwa sulung saya sehari sebelumnya telah menghadap beliau untuk memohon izin untuk tetap menjalankan salat lima waktu selama perkemahan berlangsung. Hmm, really? Kagum juga saya akan keteguhan hatinya. Gurunya mengatakan, tidak masalah dengan itu. Sekalipun mungkin  ia satu-satunya anggota perkemahan yang harus melaksanakan ibadah seperti itu, sekolah tak keberatan, justru menghormati dan akan memfasilitasi keperluannya. Wah, saya tadinya hendak memintakan izin, namun ternyata sudah dikerjakannya. Lagi-lagi saya dibuatnya terheran-heran akan kemandirian si sulung.
Sebelum saya beranjak pergi dari halaman sekolah, ia berlari-lari kecil menghampiri saya. Dengan hangat ia memeluk saya, sambil mencium pipi ia berbisik, “Don’t worry mom, I just go for one night. I’ll be back tomorrow afternoon, and I’ll promise to pray for you in my salat time. See you,” bisiknya. Ah, kali ini saya sungguh tak bisa berkata-kata. Haru rasanya. Saya balas ciumannya dan melepasnya kembali bersama teman-temannya. Tentu saja, Nak. Bunda juga akan selalu berdoa untukmu. Sampai berjumpa lagi besok, bisik saya dalam hati.
Satu hal yang saya dapatkan pagi itu, bahwa menjadi ibu kiranya tak cukup dengan segala upaya memberi, mendidik, dan selalu siap berada di samping anak-anak kita. Pada saatnya, ibu juga harus bisa menerima bahwa anak-anak mampu bersikap mandiri dan tak lagi bergantung pada kita. Pelajaran kecil dari sulung saya yang mulai belajar mandiri, saya tak akan menghalangi jika ia memang telah mampu melakukan sesuatu tanpa bantuan saya lagi. Saya akan memberinya kepercayaan, kepercayaan yang saya yakin akan makin menumbuhkan rasa percaya dirinya untuk berbuat yang lebih baik bagi dirinya di kemudian hari dan tidak membuatnya jauh dari saya, semoga :).

Adelaide, 3rd May, 2012

*seperti ditayangkan di http://mommiesdaily.com/2012/05/21/saat-si-kecil-mulai-mandiri/


Minggu, 08 Juli 2012

Hint of The Day : Mari Belajar Berempati..

Orang tua memegang peranan penting  dalam memberikan contoh yang baik pada anak-anak untuk berempati. Dr Brad Farrant, peneliti senior  pada sebuah studi yang diakukan oleh Telethon Institute for Child Health Research mengatakan bahwa , "Ibu yang terbiasa menunjukkan dirinya dapat melihat dari sisi orang lain akan mendorong anak-anak mereka melakukan hal yang sama." 

Orang tua dapat mendorong anak-anak untuk belajar menempatkan diri di sisi anak lain setiap kali mereka menghadapi suatu situasi tertentu. Dengan cara ini, anak-anak dapat belajar memahami mengapa anak lain melakukan sesuatu misalnya melakukan kenakalan, menghindari konflik atau mungkin mengapa seorang teman bisa marah padanya.

source : practical parenting, oct 2011

Senin, 02 Juli 2012

Ide Belajar Di Rumah: Nggak Sabaran Itu Ada Baiknya :)


Eh, jangan salah sangka dulu jika membaca judul tulisan ini ya.., ini cerita saya dengan putri saya yang kedua, usianya sekarang hampir enam tahun dan masih sering "rewel" jika diajak menunggu sesuatu. Sebentar-sebentar ia akan bertanya, "kapan sih mulainya Bun?"  begitu terus ia akan mengganggu saya dengan pertanyaan yang sama saat kami berdua menunggu waktu diputarnya film anak-anak di ruang tunggu bioskop, padahal sebelumnya saya sudah menjelaskan bahwa film akan diputar kira-kira tiga puluh menit lagi. 

Di lain kesempatan, saya mengajaknya ke rumah seorang sahabat yang letaknya agak jauh dari rumah kami, dan harus melalui jalan-jalan yang macet, alhasil perjalanan jadi memakan waktu yang lumayan lama. Nah, sepanjang perjalanan ia tak henti-hentinya bertanya pada saya.."sebentar lagi kita sampai ya?" , atau "kok jauh banget, kapan sampainya?". Di rumah pun sifat gak sabaran nya tidak berkurang. Saat menunggu waktu bermain dengan teman-temannya, ia bolak balik bertanya, "ini sudah sore ya?" atau "kapan sih sorenya?"..Waaaa...kadang saya gemessss...dan sesekali ikut gak sabaran juga waktu menjawab pertanyaannya ..:p. 

Suatu hari, saya sempat membaca sebuah artikel di majalah (terus terang saya lupa majalahnya, maklum sudah lama dan majalah pinjaman pula..) yang intinya membahas cara menghadapi anak yang rewel dan suka bertanya. Nah, dari bacaan itu saya mendapat ide memanfaatkan sifat gak sabaran  putri saya ^^. 

Setiap kali ia saya ajak pergi ke suatu tempat, dan diperjalanan ia rewel menanyakan waktu sampai, sekalian saya beri ia umpan buat "berhitung" alias main-main dengan angka. Saat ia bertanya, "jauh ya bun?", saya akan jawab, "hmmm , gak juga sih, kira-kira jaraknya itu double five kilometer"..nah, ia pun akan menggunakan jari-jarinya menghitung si double five. Lalu saat ia bertanya lagi, " jam berapa sih kita sampainya?" atau "berapa menit lagi sih?", saya akan jawab , " kira-kira 5 ditambah 3 ditambah 2 menitan deh "..lalu ia pun sibuk menghitung. Begitu seterusnya,  kadang saya minta ia menghitung jumlah mobil berwarna hitam di sekeliling mobil kami saat terjebak macet di jalan tol, kadang saya minta ia menghitung uang kembalian dari petugas penjaga pintu tol, pokoknya ia akan sibuk menghitung sepanjang jalan..:)).

Demikian juga saat di rumah, saat ia bolak balik menanyakan jam atau menunggu sore. Sekalian deh saya ajak ia belajar membaca jam, dengan menghitungnya setiap lima atau sepuluh menit sekali. Lumayanlah, sekarang dia sudah lancar membaca jam, jadi jenis "soal" saya pun bisa mulai divariasikan, semisal, saya akan bertanya padanya, "kau dan temanmu janjian bermain jam berapa?", saat ia menjawab, "jam empat Bun," saya akan langsung melanjutkan, "oke, nanti lima belas menit sebelum jam lima pulang dulu ya, ambil snack". Nah, dia pun lalu mulai menghitung dengan teliti, kapan ia dan teman-temannya harus break untuk mengambil makanan kecil, dan ia bisa melakukannya sungguh-sungguh dengan tepat waktu..:). 

Hmm, sekarang kadang saya malah bersyukur, si kecil saya ini punya sifat nggak sabaran, sebab kalau dipikir-pikir, ternyata sifat nggak sabaran itu ada sisi baiknya juga ya..;)