Selasa, 30 Oktober 2012

Disiplin Untuk Anak Usia 0-12 Tahun: Bagaimana Orang Tua Dapat Menerapkan Disiplin?

Adalah hal yang penting untuk memberikan respon disaat anak-anak berperilaku kurang pantas dan sebaliknya saat anak-anak melakukan hal-hal yang baik atau menunjukkan perilaku/kebiasaan yang baik.

Metode utuk menerapkan disiplin perlu disesuaikan dengan usia anak, kemampuan dan kebutuhan mereka. Hal ini berarti, sebagai orang tua kita diharapkan dapat menerapkannya dengan cara yang berbeda-beda utuk masing-masing anak di dalam keluarga dan akan perlu melakukan perubahan cara seiring dengan pertabahan usia mereka.

Disiplin pada umumnya memerlukan pemikiran yang hati-hati dan metode-metode yang mencakup : perencanaan, pengajaran, penjeasan, pemberian contoh, gangguan, pemberian pilihan-pilihan, pembuatan aturan-aturan serta pemberian konsekuensi.

Perencanaan
Hal yang sering terjadi pada kita adalah, kita tak dapat mencegah berhadapan dengan masalah disiplin tanpa sempat merencanakannya terlebih dahulu. Ini berarti menempatkan kepentingan orang tua dan kepentingan anak-anak pada satu posisi tertentu. 
Sebagai contoh jika batita kita dirumah selalu berperilaku buruk (rewel, ngambek, berbuat kenakalan lain)  saat kita ajak berbelanja , kemungkinannya adalah ia merasa bosan (waktu belanja kita terlalu lama), atau dia merasa lelah/lapar. Sementara itu, kepentingan kita adalah menyelesaikan proses berbelanja. Maka dilain waktu kita dapat merencanakan waktu berbelanja kita dengan teliti, misalnya memilih belanja di supermarket di jam-jam yang tidak terlalu sibuk, berbelanja setelah anak bangun tidur dan telah makan hingga dia akan terhindar dari rasa kantuk dan lapar serta melibatkannya untuk membantu hal tertentu saat kita berbelanja.

Perencanaan adalah cara yang tepat untuk menghindari masalah-masalah yang sudah sering terjadi.

Membuat Aturan-Aturan
Memikirkan untuk menyusun suatu aturan dalam rumah tangga paling baik dilakukan sebelum terjadinya masalah. Sebaiknya orang tua memilah-milah perilaku atau kebiasaan mana yang dapat diterima dan mana yang tidak boleh dilakukan dan harus dihindari serta bermacam-macam respon yang akan kita berikan.
Anak yang lebih tua akan lebih dapat menerima aturan dan konsekuensi yang dibuat apabila mereka juga turut dilibatkan dalam proses pembuatan aturan tersebut.
Saat kita mengatakan pada anak-anak apa yang kita inginkan dari mereka, pastikan hal-hal bahwa kita :
  1. hanya mempunyai sedikit aturan, sebab terlalu banyak aturan yang diterapkan dapat membingungkan dan berpotensi menimbulkan lebih banyak pelanggaran.
  2. jelas, sebagai contoh, berkata "Jangan/Tidak" pada batita kita tanpa penjelasan tentang mengapa ia dilarang hanya berdampak sedikit sekali pada mereka dan mereka cenderung akan mengulangi perbuatan serupa dilain waktu. Jika kita memberi terlalu banyak informasi pada mereka pada suatu waktu ia juga tak akan gampang mengingatnya dan jika kita tidak sering mengingatkan, mereka tetap tidak akan mengetahui apa yang harus dilakukan.
  3.  masing-masing anak memahami apa yang kita maksud dari suatu aturan tertentu; misalnya saat kita berkata "ayo yang sopan", bagi batita atau balita kita kata tersebut mungkn tak berarti apa-apa, berbeda dengan anak dengan usia yang lebih tua, mereka mungkin sudah paham apa yang kita harap mereka lakukan.
  4. memilih waktu yang tepat; misalnya saat kita mengajari anak laki-laki kita suatu hal disaat ia sedang menonton acara televisi favoritnya, hal itu tidak akan efektif.
  5. mengetahui apa yang bisa dilakukan anak-anak;  misalnya jika memang tugas yang kita berikan pada anak memang terlalu berat bagi mereka, kemungkinan besar mereka akan gagal melaksanakannya dan kita akan merasa kecewa karenanya. Be realistic!!.
  6. bersiap-siap menghadapi perbedaan pendapat saat kita memberikan pilihan, misalnya saat kita bertanya "apa kamu mau ikut bunda ke pasar?" , hal ini mungkin akan direspon anak dengan jawaban "tidak mau". Jangan memberikan pilihan jika memang kita tak mengharapkan mereka untuk memilih.
  7. tidak memberikan pesan yang tak jelas pada anak. Misalnya cara kita memandang anak dapat menyampaikan pesan yang berbeda dengan apa yang kita katakan padanya. Tertawa saat melihat anak kita melakukan kesalahan (meskipun terlihat lucu) sambil berkata "jangan" akan meninggalkan kebingungan padanya mengenai pesan kita apakah boleh atau tidak ia melakukan perbuatan tertentu.
  8. bersiap mendukung perkataan kita dengan perbuatan. Jika kita tidak melakukan apa yang kita katakan saat ia melakukan perbuatan yang melanggar aturan di suatu waktu tertentu, ia akan cenderung mengulangi perbuatannya terseut dilain waktu.

Memberikan Konsekuensi-Konsekuensi
  • Belajar tentang sebuah konsekuensi  (apa yang akan terjadi jika kita melakukan sebuah perbuatan tertentu) merupakan bagian yang penting dari sebuah disiplin dan akan membantu mengajarkan anak-anak tentang arti tanggung jawab.
  • Saat kita menetapkan suatu aturan, semua yang terlibat harus memahami dengan jelas konsekuensinya. Sebaiknya pembahasan mengenai konsekuensi ini dilakukan dalam keadaan tenang dan terkendali.
  • Konsekuensi haruslah singkat dan segera terjadi sesaat setelah perilaku yang tak sesuai aturan terjadi. Jika tidak demikian, konsekuensi tersebut tidak akan berarti apa-apa;
  • Konsekuensi haruslah sesuatu yang wajar, misanya saat anak meninggalkan mainannya berantakan seusai bermain, maka konsekuensi yang wajar adalah ia tak akan mudah menemukan apa yang ia inginkan.
  • Akibat kesalahan anak tidak kita tanggung sepenuhnya. Misalnya, saat sepeda anak rusak akibat terserempet motor karena ia dengan sembarangan menaruhnya dipinggir jalan, maka untuk memperbaiki kerusakannya ia harus ikut bertanggung jawab dengan menanggung biayanya (sesuai kemampuannya, misalnya dengan mengambil uang tabungannya atau menyicilnya dengan sebagian uang jajan hariannya).
  • Konsekuensi sebisa mungkin harus berhubungan dengan masalah utamanya. Sebagai contoh, saat anak membuat berantakan atau meninggalkan kotoran di lantai maka konsekuansinya ia harus membereskan atau membersihkannya. Tindakan semacam ini mengajarkan anak bahwa wajar jika orang melakukan kesalahan selama ia bertanggung jawab memperbaikinya kembali.
  • Konsekuensi yang ditetapkan haruslah yang aman bagi anak-anak.
  • Berikan kenosekuensi seringan mungkin. Jika kita langsung memberikan konsekuensi yang berat, anak-anak mungkin akan berpikir bahwa hal itu tidak adail dan tidak akan meresponnya. Konsekuesni yang tidak sesuai tidak akan membantu anak mengetahui bagaimana melakukan sesuatu dengan lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar