Minggu, 07 Oktober 2012

Bullying Dalam Dunia Anak Perempuan : 1.Pemicu Bullying Diantara Anak Perempuan

Bunda mungkin kerap mendengar si gadis cilik bercerita tentang teman-temannya disekolah atau ditempat kursusnya. Apakah yang menarik dari cerita yang disampaikannya? Adakah ia bercerita tentang siapa teman yang paling disukainya, atau mungkin tidak disukainya, atau kebalikannya, apakah pernah ia bercerita bahwa ada seorang teman yang sangat tidak menyukainya atau bahkan sekelompok anak perempuan lain yang terang-terang mengucilkannya, tidak membiarkannya bergabung untuk bermain atau berkegiatan bersama.

Dalam obrolan saya dengan gadis kecil saya dirumah, cerita-cerita semacam itu mengalir dari bibirnya. Membuat saya ingin lebih memahami dunianya ini dan menguatkannya dengan "ilmu" yang bisa digunakannya sebagai senjata ampuh menangkal beragam "penyakit pergaulan" yang bisa membuatnya tersisih atau tertekan. Salah satu penyakit yang wajib kita yakini keberadaannya dan mesti kita sadari efeknya dan layak dicegah penyebarannya adalah "bullying", yaitu perlakuan dari satu atau sekelompok orang terhadap seseorang dengan maksud mendiskreditkannya atau membuatnya tampak dan merasa berada dalam kondisi yang lebih buruk dari orang lain. Bullying dapat dalam bentuk perlakuan fisik maupun non fisik (verbal, tulisan, cyber bullying atau bahkan sekedar bahasa tubuh ).


gambar diunduh dari : http://www.eduguide.org/education/

Lalu, apa saja penyebab timbulnya  kasus bullying di tengah pergaulan anak-anak perempuan kita?
Dalam sebuah modul yang ditulis oleh Robert Pereira B.A.Dip.Ed,M.A. Hons,  berjudul What Do Children Say about "  Why We Bully",  saya temukan beberapa fakta menarik dan juga cukup mencengangkan terkait perilaku anak-anak perempuan usia spra remaja dan remaja (antara 8-16 tahun) dalam pergaulannya di sekolah.

Sebagai seorang  trainer dan konsultan pendidikan bagi sekolah-sekolah negeri dan swasta di Australia, Robert Pereira mengumpulkan fakta dibelakang timbulnya perilaku bully diantara anak-anak perempuan dalam rentang usia 8 - 16 tahun. 

Dari hasil survey, wawancara dan observasinya ke sekolah-sekolah (primary dan secondary school) , ia mendapati bahwa pemicu tindakan bully diantara anak perempuan didominasi oleh adanya perasaan iri dan dengki yang timbul akibat kesempurnaan atau kelebihan yang dimiliki oleh teman sebayanya. Sebaliknya kasus bullying bisa juga timbul akibat adanya perasaan superior seorang anak atau sekelompok anak yang memandang anak perempuan lain lebih inferior dibandingkan mereka.

Masalah-masalah yang seringkali dianggap sepele semisal gaya rambut teman yang kelihatan lebih bagus, rambut yang lebih halus, pakaian yang lebih bagus, kulit wajah yang lebih halus, bulu mata yang lentik, suara yang indah, kepandaian di kelas, ketangkasan di ruang olah raga, atau bisa juga keakraban antara orang tua dan anak yang lebih harmonis atau orang tua teman yang lebih perhatian dibandingkan orang tuanya di rumah, serta banyak lagi alasan yang bisa dimasukkan dalam daftar yang bisa memicu seorang anak perempuan iri pada anak perempuan lain yang menjadi temannya.

Dalam kasus lain, seorang anak perempuan bisa menjadi korban bullying hanya karena teman-temannyamenganggap dia lebih lemah secara fisik, secara ekonomi atau semata karena tidak mengikuti tren terkini dalam dunia remaja semisal  tidak memiliki koleksi boneka tertentu, koleksi film tertentu dan sebagainya.

Rasa iri ini kerap memicu perubahan tingkah laku dan berujung pada sebuah konsekuensi, yakni dibencinya atau dikucilkannya seorang anak perempuan dari kelompok teman-temannya di sekolah atau dari lingkungan tertentu.

Lantas baimana sebuah pemicu menyebabkan kasus bullying terjadi?  Ada sebuah paradigma terkenal yang dipopulerkan oleh seorang psikolog kenamaan yang dapat dipergunakan untuk menganalisis masalah ini yang dapat bunda baca disini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar