Minggu, 30 September 2012

Aktivitas Si 1 Tahun : Meronce Yuk !!

Benda-benda kecil sekarang membuat si satu tahun sangat tertarik. Sebabnya adalah kemampuannya memegang benda-benda dengan jari-jari dan tangan mungilnya sudah jauh lebih baik. 

Yang sekarang bisa dilakukan oleh bunda adalah menemaninya melatih kemampuan motoriknya seraya melatihnya untuk duduk tenang beberapa waktu..nah mau tahu caranya?? 

Yuk kita ajak si kecil dirumah melakukan aktivitas yang satu ini.
gambar diunduh dari : http://4.bp.blogspot.com/

Cocok untuk anak usia : 1 - 2 tahun
Tujuan                          : Melatih kemampuan motorik halus, koordinasi tangan dan mata
Yang dibutuhkan       : tali pendek yang kuat/tali sepatu, butiran sereal berlubang, atau manik-manik untuk membuat gelang

Sebarkan butiran sereal berlubang atau butiran manik-manik untuk membuat gelang diatas sebuah piring plastik atau baki yang cukup lebar. Lalu, buatlah gelang-gelang kecil dengan menggunakan tali plastik atau tali sepatu tipis yang telah disiapkan (tali plastik dan manik-manik bisa diperoleh di toko peralatan prakarya). Bisa juga dengan membuat sebuah kalung dari peralatan yang ada. Minta si kecil membantu mengambilkan butiran sereal/maink-manik dan memasukkan tali melalui lubangnya.

Setelah selesai, kita bisa memakaikan gelang/kalung yang dibuat bersama pada si kecil. Dia pasti suka :)).
 
Saran :
Jangan menggunakan tali yang terlalu panjang, karena berisiko menjerat leher si kecil saat mengenakan kalung. Jangan lupa selalu mengawasinya saat mengenakan gelang/kalungnya karena kemungkinan dia tertarik untuk memakan butiran sereal/manik-maniknya.


sumber :
http://www.babycenter.com/

Jumat, 28 September 2012

Persaingan Antar Saudara Ditengah Keluarga (3): Kapan Saatnya Orang Tua Perlu Terlibat?

Saat mendapati anak-anak bertikai atau berselisih pendapat, haruskah kita sebagai orang tua serta merta  turut terlibat mendamaikan mereka? .

Sesungguhnya, terkadang mereka tak membutuhkan penengah sama sekali untuk menyelesaikan masalah diantara mereka.  Bahkan kadang lebih baik bagi kita membiarkan mereka belajar mencari jalan keluar dari masalah mereka sendiri. Lalu kapan saat yang tepat bagi orang tua untuk turun tangan?. 
  1. Orang tua perlu turun tangan manakala ada salah satu dari anak yang bertikai terluka atau perselisihan mereka telah tak terkendali lagi.
  2. Kita perlu berhati-hati menjaga emosi. Jika kita turut merasa marah pada salah satu anak dan lebih menyayangi anak yang lain, pastikan jalan tengah yang kita ambil cukup adil bagi keduanya.
  3. Jika anak-anak datang meminta bantuan pada kita untuk menyelesaikan masalah mereka, usahakan untuk tidak memihak. Ingat juga, bahwa seringkali kita tidak benar-benar melihat dan mengetahui siapa yang memulai pertikaian.
  4. Jika kemarahan mulai memuncak, dengarkan suara masing-masing anak, sehingga mereka merasa bahwa kita benar-benar mendengarkan masalah mereka secara dil dari kedua belah pihak yang berselisih. Katakan pada mereka bahwa kita memahami bahwa kadang mereka menghadapi masalah yang sulit. Ajaklah mereka untuk mulai memikirkan pemecahan masalahnya lebih dahulu.
  5. Orang tua juga mungkin harus mengingatkan pada anak-anak mengenai aturan-aturan dalam keluarga yang telah disepakati bersama.
  6. Bantulah anak-anak untuk saling mendengarkan satu sama lain dan ajak mereka untuk belajar menyelesaikan masalahnya sendiri.
  7. Ikutlah terlibat bersama mereka saat mereka kelihatan menghadapi jalan butu dalam mencari pemecahan masalah. Misalnya jika kedua anak kita berebut remote TV dan berkeras menonton program yang masing-masing disukainya, ajaklah mereka berembug untuk menentukan siapa yang mendapat giliran lebih dulu, atau memutuskan lebih baik menonton program yang sama-sama diminati keduanya.
  8. Ketika anak-anak sudah setuju dengan jalan tengah yang kita ambil, berilah kesempatan pada mereka menjalaninya dengan tetap melihat apakah mereka dapat menepati dan menjalankan solusi yang diambil tersebut, jika tak berhasil, ajaklah untuk mencari solusi lainnya.

Cara-cara diatas, jika diterapkan secara konsisten menjadi salah satu cara berlatih memecahkan masalah bagi anak-anak hingga di kehidupan dewasanya nanti.

sumber:
http://raisingchildren.net.au/

Kamis, 27 September 2012

Persaingan Antar Saudara DI Tengah Keluarga (2): Apa Yang Dapat Dilakukan Orang Tua?

Apa yang dapat kita lakukan sebagai orang tua dalam menghadapi persaingan yang seringkali timbul diantara anak-anak dirumah? Berikut beberapa poin penting tersebut:
  1. Lindungi dan jaga kebutuhan masing-masing anak, misanya jagalah agar hasil karya sang kakak tidak dirusak oleh adiknya yang lebih kecil dan sebaliknya.
  2. Habiskan waktu bersama masing-masing anak secara reguler.
  3. Ijinkan masing-masing anak memiliki hal-hal yang istimewa yang tidak perlu mereka bagi dengan anak yang lain, misalnya kakak boleh memiliki buku sketsa sendiri yang tidak perlu digunakan bersama-sama dengan adiknya.
  4. Untuk anak yang lebih kecil, lihatlah apakah terdapat cukup mainan untuk dimainkan bersama-sama. Misalnya mobil-mobilan kecil yang terdiri dari enam mobil dalam satu kotak, sehingga sekalipun saudaranya ikut bergabung bermain bersama, ada cukup mobilan yang bisa mereka mainkan masing-masing. Bagi orang tua, menyediakan mainan bekas tetapi banyak dan dapat dimainkan tanpa dibagi kadang lebih baik dibanding membeli satu  mainan baru yang hanya bisa dimainkan oleh satu anak saja sekali waktu.
  5. Jika kita memiliki tiga orang anak, misalnya, pastikan saat berkumpul bersama tidak ada anak yang tertinggal. Ajaklah anak yang lain untuk bergabung manakala saudara lainnya sedang berkumpul.
  6. Anak-anak tetap memerlukan ruangnya sendiri yang tidak harus dibagi dengan saudaranya meskipun itu hanyalah sebuah laci di meja belajar, kotak menyimpan buku harian atau kotak peralatan menggambarnya.
  7. Cobalah untuk tidak membandingkan antara anak yang satu dengan yang lain, perlakuan ini selalu memicu perasaan yang kurang menyenangkan bagi anak-anak.
  8. Murah hatilah utnuk selalu membagi pelukan atau ciuman ringan pada anak-anak kita dalam segala suasana.
  9. Bersama-sama dengan anak-anak tetapkan aturan yang berlaku di rumah kita. Misalnya, tidak diijinkan memanggil saudaranya dengan panggilan yang buruk, atau tidak diijinkan menendang atau saling memukul. Jadi, saat kita harus turut campur merelai pertengkaran mereka misalnya, pastikan kita melakukannya saat salah satu anak atau anak-anak semuanya melakukan pelanggaran terhadap aturan yang telah disepakati bersama bukan semata-mata memihak salah satu diantara mereka.
Saat kita melihat anak-anak merasa sedih, bantu mereka menemukan cara untuk mengekspresikan perasaannya. Untuk anak yang ebih kecil, bermain dapat membantunya menyalurkan perasaan seperti bermain air atau menggambar/melukis. Untuk anak yang lebih besar dan remaja, melakukan sesuatu seperti lari atau memainkan musik dapat membantu mereka mengekspresikan perasaannya. Bicaralah pula pada mereka mengenai hal-hal yang dapat membantu mereka.

Anak-anak memerlukan kita sebagai orang tua untuk mengajari mereka cara memecahkan masalah, untuk mendengarkan satu sama lain dan kemudian mencari solusi yang adil bagi mereka.

(bersambung ke bagian ketiga)

temukan penyebab timbunya konflik diantara anak-anak disini 

source : http://raisingchildren.net.au/articles/sibling_rivalry -- 21/05/2007

Persaingan Antar Saudara Di Tengah Keluarga (1):Timbulnya Konflik dan Penyebabnya

gambar dunduh dari : http://i.istockimg.com/

Sebagai orang tua, kita tentu saja sering dibuat cemas manakala anak-anak dirumah saling bertengkar atau bahkan berkelahi satu sama lain, kakak dengan adik. Beberapa masalah atau konflik umumnya adalah wajar timbul diantara anak-anak ditengah-tengah keluarga. Justru dengan konflik inilah mereka dapat belajar cara menghadapi orang lain nantinya. Terkadang orang tua perlu ikut campur saat emosi mereka makin memuncak dan kita bisa melihat pertengkaran mereka makin tak dapat dikendalikan atau salah satu diantara mereka ada yang terluka. 
Berikut beberapa poin penting mengenai persaingan antara saudara yang kerap muncul ditengah keluarga, yang saya intisarikan dari "raising children network: the australian parenting website". Tulisan ini mungkin tepat jika diterapkan pada anak-anak dalam rentang usia 1-8 tahun di rumah kita.

Bagian pertama tulisan ini akan membahas masalah seputar timbulnya konflik dan perdebatan diantara anak-anak serta penyebab-penyebabnya.

Konflik dan Perdebatan Diantara Saudara
  • Perdebatan diantara kakak dan adik adalah salah satu cara anak mempelajari pentingnya menghargai perasaan dan milik orang lain.
  • Perdebatan juga menjadi salah satu cara mereka mempelajari cara menyederhanakan masalah serta mencari jalan keluarnya.
  • Dengan belajar mengeluarkan pendapat dengan benar dan bijak dan tanpa saling menyakiti saudaranya dirumah akan membantu anak-anak belajar bagaimana menghadapi dan menyelesaikan masalah mereka dalam beragam hubungan lainnya yang mungkin akan mereka punyai di masa mendatang, entah itu pertemanan, pernikahan maupun didalam lingkungan pekerjaan.

Penyebab Timbulnya Konflik Antar Saudara
  • Anak-anak ditengah-tengah keluarga sering bertengkar akibat mempermasalahkan adanya perbedaan kasih sayang orang tua dan saling bersaing untuk mendapatkan perhatian atau waktu kita. Jika kita memang terlihat lebih menaruh perhatian dan mencurahkan waktu kita lebih banyak pada salah satu diantara mereka, yang lain akan serta merta merasa cemburu. Bahkan, bagi anak-anak yang jauh lebih besar pun perasaan cemburu semacam ini masih kerap muncul, manakala orang tua terlihat lebih memperhatikan adiknya yang masih kecil, misalnya.
  • Terkadang, anak yang lebih tua yang merasa sakit hati dan marah karena kehilangan perhatian orang tuanya akan melakukan "pembalasan" dengan berbagai cara pada adiknya atau bayi yang ada dirumah. Jika kemudian orang tua malahan membantu si adik (yang memang seharusnya dilakukan oleh kita) dan disaat yang sama memberi hukuman pada si kakak yang berbuat "kenakalan", hal ini akan membuat si kakak merasa lebih diabaikan, tidak disayang dan tidak dimengerti oleh kita.
  • Kebiasaan sepertinya dapat terus berkembang, manakala seorang anak terlihat selalu mencari masalah dan memulai pertengkaran. Orang tua merasa bahwa ia harus membantu menyelamatkan anak lainnya yang diganggu. Kebiasaan seperti ini akan membuat anak yang memulai masalah merasa sangat buruk dan kemudian ia akan kembali mengulangi perbuatannya di lain waktu setiap ada kesempatan.
  • Belajar bagaimana cara hidup bersama ditengah-tengah keluarga akan memerlukan sejumlah cara tertentu untuk diterapkan bagi anak-anak yang berada dalam rentang usia, kebutuhan serta kepribadian yang berbeda-beda. Beberapa konflik yang muncul adalah wajar dan normal , tetapi memang tak mudah untuk bisa dijalani.
  • Yang penting untuk kita ingat sebagai orang tua adalah bahwa anak yang "terlihat" memulai pertengkaran atau perkelahian tidak selalu  melakukan hal itu lebih dulu. Seringkali adik lebih dulu melakukan perbuatan yang mengganggu kakaknya, karena tahu bahwa si kakak akan bereaksi dan kemudian membuat masalah.
(berlanjut pada bagian kedua)


source : http://raisingchildren.net.au/articles/sibling_rivalry -- 21/05/2007

Selasa, 25 September 2012

Kita Vs Si Kecil : 7. Apa Yang Harus DIlakukan Jika Si Kecil Cemburu Pada Adik Bayi

Banyak sekali buku yang telah membahas seputar bagaimana cara agar balita/batita kita bisa menerima kehadiran adik bayinya,beberapa hal yang  biasa disarankan dapat diintisarikan sebagai berikut:
  • Libatkan si kecil dalam kegiatan penyambutan adik bayinya sebelum adiknya lahir, saat kita sedang menginap di rumah sakit dan setelah adik bayi pulang ke rumah.
  • Berilah ia "tugas" untuk membantu kita mengurus adik bayi, misalnya membawakan diaper (pospak), mengambilkan kapas, baby lotion dan lain-lain. Dengan memberinya tugas seperti itu, kita sudah menunjukkan padanya bahwa kita telah mempercayainya untuk turut menjaga adik bayi dan jangan pernah membiarkan ia berpikir kita tak mempercayainya berada dekat-dekat dengan adik bayi.
  • Jauhkanlah ia dari adiknya jika kita mendapatinya sedang mengganggunya atau menyakitinya seperti mencubit atau memukul. Lakukan dengan lembut dan tetap menjaga emosi kita, serta tak lupa ingatkan dia untuk tidak melakukannya lagi dan jeaskanlah alasannya mengapa demikian.
  • Setelah kehadiran adik bayi, tetap sediakan waktu khusus/spesial bersama para kakaknya, terutama yang masih balita/batita.
  • Bersikaplah positif dan yakinkan dia bahwa bagaimanapun, ia akan selalu mendapat tempat istimewa ditengah-tengah keluarga. Ajarkan padanya bahwa bersama-sama menjaga adik bayi sangat menyenangkan, dan bahwa bertingkah mencari perhatian dengan mengambek atau menunjukkan sikap cemburu hanya akan menghilangkan kesempatannya bersenang-senang.
  • Katakanlah sesuat seperti, "hei, kamu bisa jadi asisten spesial bunda urusan baby powder ya, tugasmu menaburkan talk ke badan adik sehabis mandi," atau "ayo, kak, kakak yang jadi menteri urusan baju adik bayi, kakak yang pasangkan kancingnya ya,". Dilain waktu berilah pujian saat ia berhasi melakukan bagian tugasnya, misalnya, "wah, hebat sekai kau sudah membantu memakaikan popok adik, yuk, habis ini kita main game,", dan tentu saja hindari kata-kata seperti, "duh, kakak nakal nih, cubit-cubit adik terus," itu hanya akan membuatnya merasa makin tersisihkan.

source : practical parenting mag, febr, 2010

Minggu, 23 September 2012

Kita Vs SI Kecil : 6. Apa Yang Harus DIlakukan Jika Ia Bilang "Aku Tak Sayang Bunda"..:(

Sikecil dirumah tiba-tiba datangpada kita dan mengatakan, "aku nggak sayang bunda," ('..oooww..sedihnya, mendengar anak-anak mengatakan itu.
Menurut psikolog Ian Wallace, saat anak-anak mengatakan hal tersebut pada kita, sebenarnya ia sedang menunjukkan perasaan tak aman dan ketakutannya akan penolakan dari kita, orang tuanya. Seperti layaknya sebuah ujian, kita harus meyakinkan mereka bahwa terlepas dari apapun yang dikatakannya pada kita, kita tetaplah akan menyayangi mereka. 

Hindari menunjukkan emosi yang berlebihan, misanlya dengan menunjukkan bahwa kita sangat sedih, sebab mereka akan terpancing melakukannya lagi dan lagi sebab merasa bahwa kata-katanya berhasil memberikan sesuatu yang memang diinginkan mereka, yaitu menarik perhatian kita.

Mengatakan hal-hal seperti, "wah sayang sekali, padahal seperti apapun kamu, bunda akan tetap menyayangimu," jauh lebih baik daripada kita membalas mengatakan , "oh, oke, kalau begitu, bunda juga tak sayang padamu".

Dengan mengatakan hal positif pada mereka, telah mengajarkan mereka tentang cinta tak bersyarat, bahwa apapun yang terjadi orang tua akan selalu mencintai anak-anaknya. Selanjutnya kita juga harus mengajarkan pada mereka, bahwa setiap perlakuan/perkataan mereka selalu membawa konsekuensi tertentu.

source : practical parenting mag, febr, 2010, p. 68

Jumat, 21 September 2012

Kita Vs Si Kecil : 5. Apa Yang Harus Dilakukan Jika SI Kecil Menolak Menyapa Nenek..;)

gambar diunduh dari : http://3.bp.blogspot.com/

Nenek datang berkunjung ke rumah kita. Yeayy, sebagai bunda, tentu kita berharap, anak-anak akan senang dan menumpahkan kerinduan atau bermanja-manja pada nenek mereka.Tetapi ternyata, mereka sama sekali kelihatan tidak tertarik bahkan menolak menyapa atau bercakap-cakap dengan nenek. Wah, apa yang harus dilakukan ya? 
  • Aturan pertama : "Jangan memaksa si kecil untuk menyapa orang lain". Dalam kebanyakan kasus, penolakan untuk menyapa atau menjawab teguran dari orang lain adalah karena si kecil merasa malu (meskipun pemalu bukan sifat dasarya). Untuk membantunya, tunjukan antusiasme kita saat bertemu dengan neneknya dan berilah ia pujian atas apapun yang ditunjukkannya pada sang nenek, meskipun cuma sekedar melihat dengan malu-malu, mengintip atau menjawab dengan suara pelan. Bersabarlah dan bantulah ia menumbuhkan rasa percaya dirinya sedikit demi sedikit.
  • Mintalah bantuan nenek untuk merespon secara positif apapun yang dilakukan si kecil seperti tersebut di atas. Nenek mungkin bisa mengatakan, "wah, ini dia cucu nenek, nenek suka sekali melihat matamu yang bulat itu," atau " Nenek suka sekali senyummu (atau wajahmu)," dan sebagainya.
  • Memberinya hukuman atau teguran akibat tak mau berinteraksi dengan orang lain atau membalas sapaan atau menyapa neneknya terlebih dulu, misalnya , akan membuat ia semakin tidak suka berinteraksi dengan orang lain. Ia akan belajar bahwa menyapa atau menjawab sapaan orang lain adalah kewajiban yang tidak menyenangkan. Sebaliknya, bersabarlah dan tunjukkan padanya, bahwa saling menyapa dengan orang lain adalah tindakan yang wajar dan menyenangkan. Pastikan bahwa kita telah mengajarkan padanya bahwa tak ada alasan untuk bersikap malu-malu , apalagi pada nenek :).

source: practical parenting mag, febr, 2010, p. 68
  •  


Rabu, 19 September 2012

Kita Vs Si Kecil : 4. Apa yang Harus Dilakukan Jika Si Kecil Suka Memukul?

Anak-anak terutama para batita dan balita seringkali memukul orang lain bukan karena mereka membenci orang tersebut, namun lebih karena mereka sedang merasa tertekan atau frustasi akibat tidak dapat menyatakan atau mengungkapkan ekspresi mereka secara verbal, atau semata-mata meniru perbuatan orang lain yang ditunjukkan dihadapan mereka. 

  • Daripada kita terpancing secara emosi dan membalas pukulan si kecil, lebih baik secara konsisten kita sebagai orang tua mengingatkan mereka dan memberikan semacam teguran ataupun "hukuman" ringan setiap kali mereka melakukan aksi memukul. Misalnya dengan meminta mereka duduk diam di kursinya selama 5 menit tanpa boleh melakukan apapun atau beranjak kemanapun. Selanjutnya yang perlu kita lakukan adalah melatih si kecil mengungkapkan perasaan/ekspresinya secara verbal dengan benar.
  • Buat kesepakatan antara kita dan si kecil, bahwa setiap kali mereka memukul maka mereka akan menerima "hukuman". Jangan bereaksi apapun bia mereka marah dan mengamuk karena kita beri hukuman, sebaliknya berkatalah dengan tegas, bahwa kita tidak akan merespon amukan mereka sebelum masa "hukuman" akibat aksi pemukulan yang ereka lakukan tadi, berakhir.
  • Hindari menggunakan kata-kata seperti, "Awas, ya, harusnya kamu menyesal sudah memukul bunda," atau "Hei, bunda nggak suka kamu memukul, ayo minta maaf". Tapi gunakan kata-kata yang isa menunjukkan bahwa kita berusaha mengerti perasaan si ecil, misanya, "Bunda tahu, kamu marah, tapi tolong, kalau marah kamu jangan pernah memukul bunda  atau orang lain."
  • Jika kita memukul balik si kecil setelah apa yang dilakukannya (memukul), itu hanya akan mengajarkan padanya bahwa menggunakan kekuatan adalah cara mengungkapkan emosi. Sebaliknya, hindar cara itu dan ajarkan pada mereka bahwa mengungkapkan perasaan/ekspresi dengan kata-kata akan jauh lebih baik. Tentu saja menjadi tugas kita juga mengajari mereka menggunakan kata-kata yang tepat untuk mengekspresikan emosi-emosi dasar, seperti marah, sedih, takut, senang dan sebagainya.

source: practical parenting magazine, Feb, 2010, p. 67



Senin, 17 September 2012

Kita Vs Si Kecil : 3. Apa Yang Harus Dilakukan Jika Ia Menolak Untuk Tidur (atau Beristirahat)


Seringkali si kecil terlihat agresif justru disaat tubuh mereka sudah mulai lelah dan mengantuk. Mereka terlihat lebih suka bermain pada saat kita memintanya untuk beristirahat.  Jika demikian adanya, pintar-pintarlah kita mengamati tanda kelelahan pada mereka atau tanda-tanda mereka mulai mengantuk. 


  1. Latihlah si kecil menjalani tiga tahap pembiasaan diri menghadapi saat istirahat:
  2. Jadikan ajakan untuk beristirahat semenarik mungkin. Misanya dengan memainkan musik pengantar tidur yang berirama lembut atau menawarinya untuk digendong (ditimang) atau dipangku, untuk menenangkannya.
  3. Jangan memperlihatkan kebiasaan yang malah bisa membuatnya tertarik untuk melakukan perlawanan, misalnya dengan "mengancam" bahwa jika si ekcil menolak untuk tidur/beristirahat maka ia akan memperoleh hukuman.
  4.  Jangan harap si kecil mau langsung tidur jika diajak ketempat istirahat yang penuh dengan alat mainannya. Jadi siapkan tempat istirahat yang sebisa mungkin bebas "gangguan".
  5. Dengan latihan pembiasaan menjelang waktu tidur ini, diharapkan si kecil dapat melakukan hal serupa kelak secara mandiri, tanpa perlu di minta atau ditemani orang tua. 
sumber :practical parenting, feb 2010
  1.  

Minggu, 16 September 2012

Kita Vs Si Kecil : 2. Apa Yang Harus DIlakukan Jika Ia Meminta Sesuatu Yang Tak Bisa Diperolehnya

Terkadang si kecil dirumah benar-benar menguji keteguhan hati dan kesabaran kita, memaksa kita memberikan sesuatu yang seharusnya tidak boleh mereka dapatkan, misalkan memberi mereka permen atau cokelat padahal seharusnya mereka tidak boleh memperolehnya lagi karena sudah terlalu banyak makan makanan manis. Berikut saran dari psikolog Ian Wallace :

  • Menyerah pada permintaan anak-anak ibarat menciptakan perdamaian temporer namun bisa meledakkan perang di kemudian hari. Lebih baik bagi mereka untuk mengetahui bahwa terus memaksa tidak berguna sama sekali. 
  • Tentukan aturan tertentu yang bisa dipatuhi oleh anak-anak dan juga orang tua.
  • Jangan memaki atau menyebut si kecil dengan sebutan yang buruk, seperti "nakal" dan sejenisnya. Lebih baik jika kita alihkan perhatiannya. Daripada membalas permintaan si kecil dengan mengatakan "Ayah/Bunda bosan mendengarmu minta cokelat," misalnya, lebih baik kita mengatakan, " kamu tahu, kamu boleh makan cokelat di hari-hari tertentu atau saat pesta, tapi tidak hari ini, dan tidak untuk setiap hari."
  • Sampaikan sesuatu seperti kita menawarkan sebuah pilihan, sehingga si kecil dapat memahami maksud kita dengan lebih baik, misalnya, "hari ini bukan waktunya nonton VCD , kita bisa menonton VCD kesukaanmu di akhir pekan.
Intinya, tugas kita sebagai orang tua lah untuk mengajari si kecil agar terbiasa bersabar dan bersedia menerima aturan. Hal ini merupakan dasar yang baik dalam pengembangan perilaku mereka kelak.

source: practical parenting, Feb 2010

Sabtu, 15 September 2012

Kita Vs Si Kecil : 1. Apa Yang Harus Dilakukan Jika Mereka Suka Membantah?

Sebagai orang tua yang memiliki (atau pernah memiliki) Batita/Balita, mungkin kita pernah dihadapkan pada masalah saat anak-anak kita menunjukkan perilaku yang sulit. Diantara perilaku yang menyulitkan itu adalah bersifat manja berlebihan, tantrum (suka mengamuk), suka membantah, keras kepala, dan perilaku lain yang membuat emosi kita terpancing.

Dalam  majalah Practical Parenting edisi Febrauri 2010, psikolog Ian Wallace  berbagi saran dalam menghadapi perilaku sulit anak-anak usia balita/batita. yang saya coba rangkum menjadi beberapa poin penting berikut :
 Apa yang harus dilakukan jika anak-anak membantah/tidak mau mengikuti nasihat/perkataan orang tua

  • Tetaplah bersikap tenang dan percaya diri, tunjukkanlah bahwa sebagai orang tua kitalah yang memegang kendali atas anak-anak. Bersikap konsisten juga merupakan hal yang penting, biarkan anak-anak mengetahui bahwa setiap kali mereka membantah atau berperilaku yang kurang pantas, ia akan menerima sebuah konsekuensi tertentu.
  • Salah satu pendekatan yang baik adalah dengan menawarkan pada anak insentif tertentu jika ia berhasil menunjukkan perilaku yang baik, dan ia akan kehilangan insentif itu apabila ia membantah atau mengabaikan nasihat kita.
  • Usahakan kita tidak terpancing berteriak, marah atau meminta anak melakukan apa yang kita minta dengan suara keras. Anak akan cenderung keras kepala dan emmancing pertengkaran dengan kita, maka sebagai orang yang lebih dewasa, kita lah yang seharusnya menahan diri.
  • Sebaliknya, katakanlah sesuatu semisal, "Bagus sekali jika kamu ngambek seperti itu, tetapi ayah/bunda akan tetap berkata "tidak". JIka kamu bisa duduk tenang, maka kita bisa melanjutkan menonton VCD kesukaanmu,".
  • Hindari menanggapi rengekan atau amukan mereka dengan menunjukkan kepanikan kita, seperti mengatakan " Jangan sekarang, kita sudah terlambat!!!" (misalnya jika ia mengamuk padahal kita sedang terburu-buru) atau memaksa anak dengan mengatakan, "lakukan sekarang atau kamu tidak akan dapat apapun !!"
  • Percaya dirilah dan tunjukkan pada anak-anak bahwa kita serius ingin mengajarkan mereka untuk menerima batasan tertentu. Memberi mereka penghargaan tertentu jika mereka berlaku baik lebih berarti dibandingkan kita menghukum mereka jika berperilaku kurang baik.

Kamis, 13 September 2012

Teman Rahasia Si Kecil

Sebagai orang tua sangatlah wajar jika kita sangat memperhatikan dengan siapa anak-anak kita berinteraksi atau bermain. Kita ingin tahu seperti apakah teman-teman mereka, apakah mereka berperilaku baik ataukah nakal, apakah berasal dari lingkungan sekitar rumah atau tinggal di tempat yang jauh dari rumah kita dan sebagainya. 

Namun, ada kalanya kita tak bisa sepenuhnya mengenali siapakah teman anak-anak yang paling dekat dengan mereka, sebab mereka tak pernah ada dalam kenyataan alias tak berwujud nyata. Kita tak tahu apakah mereka laki-laki atau perempuan, atau mungkin berupa binatang peliharaan bahkan makhluk asing dari planet selain bumi. Teman-teman ini hanya dapat dilihat dan berinteraksi dengan anak-anak kita, tidak dapat kita lihat namun dekat dengan keseharian mereka dan lebih sering merupakan tokoh ciptaan anak-anak kita sendiri. Mereka terkadang disembunyikan dari kita alias rahasia, mereka cuma hadir sebagai bayangan saja.
 si kecil bersama teman "rahasia"nya. Ia bisa berbicara dan bermain apa saja dengan mereka :)

Perlukah kita mencemaskan teman yang seperti ini?.Tenang, bunda, hasil dari sebuah penelitian menunjukan hal sebagai berikut:
"Kebanyakan anak-anak (31%) bermain dengan teman bayangan mereka pada kisaran usia dibandingkan mereka yang berusia prasekolah (28%), walaupun orang dewasa cenderung atau kurang memperhatikannya karena sifatnya yang tak kasat mata dan seringkali dirahasiakan"
(Marjorie Taylor et. al., "The characteristics and correlates of fantasy in school-age children : Imaginary companions, impersonation and social understanding", Development Psychology, vol. 40, no. 6, 2004, pp. 1173-87).

Menurut penelitian, hal baik terkait teman bayangan anak-anak ini adalah bahwa anak-anak kita dapat berimajinasi tentang bagaimana perasaan dan perasaan seseorang yang memiliki kepercayaan dan ketertarikan yang berbeda dengan mereka.

Hal ini membantu anak-anak mengembangkan kemampuan yang akan menolong mereka beradaptasi dengan berbagai kondisi sosial yang akan mereka hadapi di masa mendatang.
Faktanya, anak-anak yang memiliki teman bayangan seperti ini, cenderung lebih baik dalam menebak pikiran  dan perasaan orang lain dibanding mereka yang tak pernah memiliki teman bayangan.

Jadi, jangan bayangkan bahwa mereka yang memiliki teman bayangan adalah anak dengan tipe penyendiri yang kesepian dan dikhawatirkan tumbuh menjadi pemalu dan tidak mudah bersosialisasi. Justru sebaliknya, mereka lebih mudah bersosialisasi, lebih kreatif, berpartisipasi dalam banyak kegiatan keluarga serta terlihat lebih mudah bergaul dengan orang lain. Hal itu sebagai buah latihan berinteraksi dengan teman bayangan mereka.

Jadi, sepertinya kita tidak perlu khawatir jika mendapati anak-anak kita sesekali berbicara dengan bayangannya, dengan bonekanya, atau dengan teman bayangannya yang tak kasat mata. Sebab melalui interaksi dengan teman rahasiannya itu mereka sedang belajar mengembangkan kemampuan bersosialisasi dan kreatifitasnya. 



Senin, 10 September 2012

Bahagialah Bersama Mereka

gambar diunduh dari : http://eap.com.au/

Banyak penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan remaja dengan  ibu yang tidak atau jarang merespon emosi positif yang ditunjukkan oleh anak-anak mereka, misalnya perasaan senang, antusiasme, keingintahuan atau saat membanggakan, dilaporkan lebih banyak mengalami gejala depresi  Anak-anak ini mungkin termasuk mereka yang mengalami kesulitan mengatur emosinya dan terpuruk dalam kesedihan dan depresi serta sulit keluar dari keadaan itu.

Sadarilah bahwasanya lingkungan keluarga memainkan peranan yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan mengelola emosi pada anak-anak. 

Orang tua yang secara teratur serta selalu bersedia mendiskusikan hal-hal terkait emosi positif maupun negatif dengan anak-anak mereka (termasuk menjelaskan pada mereka penyebab dan konsekuensi dari masing-masing bentuk emosi serta bereaksi terhadap emosi yang ditunjukkan oleh anak-anak mereka) cenderung memiliki anak-anak dengan kemampuan mengelola emosi yang lebih baik sejak dini. Kecenderungan ini pula yang akan bertahan hingga masa remaja mereka. 

Merujuk pada penelitian ini, jika kita sebagai bunda terbiasa mengatakan "sssttt...tenang," atau "jangan ribut, duduk sana," pada anak-anak, terutama saat mereka dengan antusias menunjukkan rasa senangnya, mereka akan kehilangan kesepatan belajar bagaimana menyalurkan dan mengekspresikan energi dan emosi positif.


Hal ini berpotensi mengakibatkan anak-anak memiliki emosi yang datar dan tidak mampu bereaksi scara tepat terhadap kondisi yang dihadapinya, sehingga bahkan kabar baik pun tidak bisa membangkitkan semangat mereka.

Anak lelaki cenderung meniru perilaku ibu yang menunjukkan sikap tidak peduli dan cenderung suka menghukum ( termasuk sikap suka menghina, gemar bertengkar, suka membantah, suka mengganggu atau berdebat) sementara anak-anak perempuan cenderung meniru perilaku tidak tenang ibunya (pencemas, suka berteriak, pengeluh atau self derogatory)

Sebagai orang tua kita diharapkan menyadari bahwa menghentikan atau mengekang kesempatan anak mengekspresikan emosi positif mereka dapat berdampak pada pengembangan kemampuannya mengelola emosi serta pola pikirnya.

Orang tua yang bersikap terbuka dan selalu mendukung serta tak berhenti melatih anak-anak mereka untuk belajar memecahkan masalahnya dan selalu berada disamping mereka saat anak-anak ini mengalami kesulitan akan cenderung memiliki anak-anak dengan lebih sedikit tanda-tanda depresi dan memiliki kemampuan beradaptasi pada saat-saat sulit dikemudian hari.

Jadi ada baiknya mulai dari sekarang kita memperhatikan bagaimana kita memperlakukan anak-anak kita. Bahagialah saat mereka berbahagia, sekalipun kita sedang “tidak ingin” atau “tidak terlalu merasa antusias”. Berbagi senyum dan pelukan dengan mereka akan lebih baik bagi hubungan antara orang tua dan anak yang tak cuma mencerahkan jiwa anak-anak kita tetapi juga jiwa kita sendiri.

Referensi : Marie B.H. Yap, et.al., “maternal socialiation of positive affect: The impact of invalidation on adolescent emotion regulation and depressive symptomatology”, Child Development, vo. 79, no. 5, Sept/Oct 2008, pp. 1415-31