Rabu, 29 Agustus 2012

Perayaan Kemenangan Yang Sederhana

Tak terdengar gema suara takbir diingkungan apartemen kecil kami yang sederhana di Adelaide, tahun ini (selain tentu saja didalam apartemen kami sendiri).Tidak pula ada arak-arakan bedug melintasi jalan-jalan utama kota berangin di selatan Australia ini. Malam takbiran, malam menjelang hari kemenangan Idul Fitri, malam selepas Ramadhan yang agung, secara kasat mata, tak berbeda dengan malam-malam di hari lainnya. 

Ini tahun kedua kami merayakan Idul Fitri di tanah seberang, belum rejekinya kami menjumpai keluarga besar ditanah air untuk berlebaran bersama. Namun, Idul Fitri tetaplah Idul Fitri, hari bagi mereka yang beroleh kemenangan setelah melalui latihan panjang dan ujian selama Ramadhan. Berhaklah bagi mereka untuk merayakannya, meskipun jauh dari pelukan hangat orang tua dan sanak saudara.

Begitu pun bagi kami dan anak-anak kami, yang alhamdulillah, tahun ini berhasil menamatkan puasa mereka sebuan penuh. Bagi si sulung  yang kini hampir berusia sepuluh tahun, ini adalah tahun keempatnya, sementara bagi adiknya yang usianya empat tahun lebih muda, tahun ini adalah tahun pertamanya menamatkan puasa Ramadhan, mengikuti jejak sang kakak. 

Meskipun namanya "perayaan kemenangan", jangan bayangkan hari raya Idul Fitri di negeri kangguru sama semarak dengan di Indonesia. Mengingat kaum muslimin bukanlah mayoritas penduduk disana, maka menjelang Idul Fitri tak begitu terlihat hiruk pikuk warga yang sibuk mempersiapkan hari raya. 
---ooo---

Bayangkan, jika di tanah air, sejak awal memasuki bulan Ramadhan, media masa sudah dipenuhi deretan iklan yang memajang berbagai produk unggulannya, seolah kita diminta segera mengeluarkan dana spesial hanya untuk merayakan lebaran, padahal puasanya pun belum lagi dijalankan.

Di Adelaide ini, pusat-pusat perbelanjaan tidak dipenuhi barang-barang khas hari raya kaum muslimin ini, semisal pakaian muslim atau pernak-pernik lainnya, pun, tak dipenuhi oleh calon pembeli yang biasanya mengantri panjang untuk berbelanja berbagai keperluan untuk berlebaran. Di Adelaide, dimana pusat keramaiannya biasanya terpusat di Rundle Mall (lihat disini), bisa dibilang tak banyak perubahan, event yang digelar layaknya hari-hari biasa, apalagi Idul Fitri kali ini berlangsung di tengah-tengah musim dingin, orang-orang tak begitu berminat keluar rumah jika memang tak betul-betul memiliki kepentingan.

Media massa?, jelas adem ayem saja. Yang memenuhi halaman muka surat kabar adalah berita-berita seputar Olimpiade London 2012, majalah-majalah dipenuhi berita seputar trend musim dingn mulai fashion  sampai dengan menu sajian spesial winter, televisi pun hanya menayangkan siaran langsung pertandingan-pertandingan di ajang Olimpiade, dimana atlit-atlit Australia turun berlaga, sajian tayangan yang menemani makan saur kami sehari-hari. Kerinduan kami mendengarkan adzan shubuh dan maghrib yang "lengkap" hanya bisa kami nikmati via streaming televisi internet kalau bukan dari perangkat telepon pintar.

Bagi saya dan keluarga, keadaan seperti ini justru membawa hikmah tersendiri. Selama ini, walaupun sepanjang Ramadhan kita telah berusaha melatih kesabaran dan kebersahajaan, namun, seringkali hasil latihan panjang tersebut tak tersisa saat hari raya tiba. Namun disini, rasanya jauh berbeda, kami bisa memaknai hari raya lebih mendalam, terutama karena serasa tak ada "tuntutan" untuk berlebihan merayakan hari kemenangan. Tak ada heboh belanja baju baru, tak ada kehebohan menumpuk topelsan kue kering, atau masak makanan lebaran yang berlebih-lebihan. Semuanya dipersiapkan dengan sederhana, namun sarat makna.
---ooo---
Sholat Idul Fitri kami laksanakan di plaza Flinders University, dimana biasanya komunitas masyarakat muslim Indonesia di Adelaide biasa menyelenggarakan sholat Ied. Tahun ini, Imam dan Khatib nya adalah salah seorang teman kami, pelajar Indonesia yang sedang menyelesaikan program masternya di University of Adelaide.
kami berlima usai sholat Idul Fitri 1433 H @Flinders University, South Australia

Sama seperti tahun lalu, kali ini, seusai sholat Ied, digelar acara silaturahmi dan makan bersama. Sajian makanan sebagian besar merupakan sumbangan dari komunitas masyarakat muslim Indonesia di Adelaide.  Mengingat jumlah peserta sholat Ied yang biasanya mencapai ratusan orang, maka tugas memasak makanan untuk sajian hari raya ini dibagi-bagi diantara keluarga-keluarga muslim Indonesia di Adelaide. Tahun ini, saya dan teman-teman yang tinggal di kompleks apartemen kami kebagian jatah memasak opor ayam dan acar. Sementara itu, sajian lainnya seperti rendang, sambel goreng hati, lontong dan minuman serta kue-kue disiapkan oleh teman-teman kami dari tempat lain.

Suasana akrab penuh kekeluargaan menimbulkan kehangatan diantara kami. Disaat kami jauh dari sanak keluarga, teman-teman sesama perantau menggantikan posisi mereka menjadi keluarga baru kami, untuk itulah kami bersyukur pada Alloh SWT yang telah memberkahi kami dengan ikatan persaudaraan muslim yang kuat dan penuh ketulusan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar