Rabu, 29 Agustus 2012

Perayaan Kemenangan Yang Sederhana

Tak terdengar gema suara takbir diingkungan apartemen kecil kami yang sederhana di Adelaide, tahun ini (selain tentu saja didalam apartemen kami sendiri).Tidak pula ada arak-arakan bedug melintasi jalan-jalan utama kota berangin di selatan Australia ini. Malam takbiran, malam menjelang hari kemenangan Idul Fitri, malam selepas Ramadhan yang agung, secara kasat mata, tak berbeda dengan malam-malam di hari lainnya. 

Ini tahun kedua kami merayakan Idul Fitri di tanah seberang, belum rejekinya kami menjumpai keluarga besar ditanah air untuk berlebaran bersama. Namun, Idul Fitri tetaplah Idul Fitri, hari bagi mereka yang beroleh kemenangan setelah melalui latihan panjang dan ujian selama Ramadhan. Berhaklah bagi mereka untuk merayakannya, meskipun jauh dari pelukan hangat orang tua dan sanak saudara.

Begitu pun bagi kami dan anak-anak kami, yang alhamdulillah, tahun ini berhasil menamatkan puasa mereka sebuan penuh. Bagi si sulung  yang kini hampir berusia sepuluh tahun, ini adalah tahun keempatnya, sementara bagi adiknya yang usianya empat tahun lebih muda, tahun ini adalah tahun pertamanya menamatkan puasa Ramadhan, mengikuti jejak sang kakak. 

Meskipun namanya "perayaan kemenangan", jangan bayangkan hari raya Idul Fitri di negeri kangguru sama semarak dengan di Indonesia. Mengingat kaum muslimin bukanlah mayoritas penduduk disana, maka menjelang Idul Fitri tak begitu terlihat hiruk pikuk warga yang sibuk mempersiapkan hari raya. 
---ooo---

Bayangkan, jika di tanah air, sejak awal memasuki bulan Ramadhan, media masa sudah dipenuhi deretan iklan yang memajang berbagai produk unggulannya, seolah kita diminta segera mengeluarkan dana spesial hanya untuk merayakan lebaran, padahal puasanya pun belum lagi dijalankan.

Di Adelaide ini, pusat-pusat perbelanjaan tidak dipenuhi barang-barang khas hari raya kaum muslimin ini, semisal pakaian muslim atau pernak-pernik lainnya, pun, tak dipenuhi oleh calon pembeli yang biasanya mengantri panjang untuk berbelanja berbagai keperluan untuk berlebaran. Di Adelaide, dimana pusat keramaiannya biasanya terpusat di Rundle Mall (lihat disini), bisa dibilang tak banyak perubahan, event yang digelar layaknya hari-hari biasa, apalagi Idul Fitri kali ini berlangsung di tengah-tengah musim dingin, orang-orang tak begitu berminat keluar rumah jika memang tak betul-betul memiliki kepentingan.

Media massa?, jelas adem ayem saja. Yang memenuhi halaman muka surat kabar adalah berita-berita seputar Olimpiade London 2012, majalah-majalah dipenuhi berita seputar trend musim dingn mulai fashion  sampai dengan menu sajian spesial winter, televisi pun hanya menayangkan siaran langsung pertandingan-pertandingan di ajang Olimpiade, dimana atlit-atlit Australia turun berlaga, sajian tayangan yang menemani makan saur kami sehari-hari. Kerinduan kami mendengarkan adzan shubuh dan maghrib yang "lengkap" hanya bisa kami nikmati via streaming televisi internet kalau bukan dari perangkat telepon pintar.

Bagi saya dan keluarga, keadaan seperti ini justru membawa hikmah tersendiri. Selama ini, walaupun sepanjang Ramadhan kita telah berusaha melatih kesabaran dan kebersahajaan, namun, seringkali hasil latihan panjang tersebut tak tersisa saat hari raya tiba. Namun disini, rasanya jauh berbeda, kami bisa memaknai hari raya lebih mendalam, terutama karena serasa tak ada "tuntutan" untuk berlebihan merayakan hari kemenangan. Tak ada heboh belanja baju baru, tak ada kehebohan menumpuk topelsan kue kering, atau masak makanan lebaran yang berlebih-lebihan. Semuanya dipersiapkan dengan sederhana, namun sarat makna.
---ooo---
Sholat Idul Fitri kami laksanakan di plaza Flinders University, dimana biasanya komunitas masyarakat muslim Indonesia di Adelaide biasa menyelenggarakan sholat Ied. Tahun ini, Imam dan Khatib nya adalah salah seorang teman kami, pelajar Indonesia yang sedang menyelesaikan program masternya di University of Adelaide.
kami berlima usai sholat Idul Fitri 1433 H @Flinders University, South Australia

Sama seperti tahun lalu, kali ini, seusai sholat Ied, digelar acara silaturahmi dan makan bersama. Sajian makanan sebagian besar merupakan sumbangan dari komunitas masyarakat muslim Indonesia di Adelaide.  Mengingat jumlah peserta sholat Ied yang biasanya mencapai ratusan orang, maka tugas memasak makanan untuk sajian hari raya ini dibagi-bagi diantara keluarga-keluarga muslim Indonesia di Adelaide. Tahun ini, saya dan teman-teman yang tinggal di kompleks apartemen kami kebagian jatah memasak opor ayam dan acar. Sementara itu, sajian lainnya seperti rendang, sambel goreng hati, lontong dan minuman serta kue-kue disiapkan oleh teman-teman kami dari tempat lain.

Suasana akrab penuh kekeluargaan menimbulkan kehangatan diantara kami. Disaat kami jauh dari sanak keluarga, teman-teman sesama perantau menggantikan posisi mereka menjadi keluarga baru kami, untuk itulah kami bersyukur pada Alloh SWT yang telah memberkahi kami dengan ikatan persaudaraan muslim yang kuat dan penuh ketulusan.


Selasa, 28 Agustus 2012

Mengenal Balita Kita (2) : Seperti Apakah Balita Anda?

Melanjutkan tulisan saya yang sebelumnya tentang kewajaran perilaku para balita, berikut adalah beberapa fakta yang seringkali kita temui dalam perkembangan perilaku balita kita, yang manakah yang cocok dengan balita anda?
  1. Sebagian balita akan senang duduk manis dan cepat berkonsentrasi untuk menggambar, memasang puzzle atau belajar mengenal huruf. Sebagian kecil lainnya akan duduk tenang cukup lama namun KEBANYAKAN dari balita akan gelisah dalam lima menit dan segera mencari cara keluar dari kegiatan rutinnya. Secara umum, anak-anak kecil yang aktif tidak akan tahan duduk tenang meskipun untuk waktu yang singkat.
  2. Banyak balita yang amat menggemaskan untuk dipeluk, penuh kasih sayang, dan suka memberi. Akan tetapi, ada pula sebagian kecil dari mereka yang sulit berbagi dan tampaknya kurang dapat membalas kasih sayang yang diperlihatkan oleh orang tuanya atau orang lain.
  3. Sebagian balita sudah menampakkan tekad kuat dan kemandirian. Sebagian lain kelihatan suka berkeras misalnya menolak dipakaikan baju dan memilih memakai baju sendiri, menolak saat disuapi dan  lebih suka makan sendiri, meskipun sebenarnya pada usia mereka, mereka memang masih perlu banyak bantuan untuk melakukan aktivitas semacam itu. Balita lainnya terlihat pasif, tidak mandiri dan cukup nyaman dengan popok sekali pakai yang dipakaikan oleh ibunya serta lebih suka diperintah sebelum melakukan ini dan itu. 
  4. Kebanyakan balita adalah pemanjat sejati yang tak kenal takut. Mereka suka memanjat kursi, meja, atau rak yang terjangkau dan naik ke atasnya. Meskipun berulang kali terbentur atau jatuh, mereka akan cenderung melakukannya lagi. Sebagian yang lain sudah "mengerti" rasanya sakit dan lebih berhati-hati untuk tidak memanjat kembali karena pada dasarnya mereka sudah mengenal rasa takut.
  5. Sebagian besar balita makan dengan baik., meskipun kebanyakan dari mereka tidak makan makanan yang disiapkan oleh orang tua mereka berdasarkan standar gizi yang disarankan para ahli diet anak. Sebagian balita akan serius menghabiskan makanan yang tersaji dihadapan mereka, sebagian lainnya melihat makanan di piring sebagai alternatif mainan yang menyenangkan, mereka akan menyusun kacang polong membentuk pola tertentu di meja makan atau memberikan brokoli dan sayuran lainnya ke tempat makan kucing peliharaan mereka. Perlu usaha ekstra bagi para orang tua jika ingin balita mereka mendapat gizi seimbang dari makanannya.
  6. Sebagian balita tumbuh dengan kebiasaan pola makan yang baik, mereka melahap apapun makanan yang disiapkan orang tuanya, sementara sebagian lainnya tumbuh menjadi anak yang suka mengemil alias hanya makan makanan ringan saja.
  7. Balita suka tidur siang, paling tidak hingga usanya menjelang 3 tahun. Sebagian lainnya sudah mulai menghentikan kebiasaan tidur siangnya saat berusia 18 bulan, dan orang tua tidak dapat mengembalikan kebiasaannya itu. Sebagian besar balita tidur pada pukul 8-9 malam sementara sebagian lainnya tidur menjelang tengah malam. Sebagian balita suka bermalas-malasan di pagi hari, sementara sebagian besar lainnya sudah mulai terbangun dan aktif di waktu shubuh. 
  8. Balita memiliki rasa takut pada hal-hal tertentu, misalnya pada anjing, suara yang keras, suasana baru, benda asing atau orang yang tak dikenalnya. Hal ini timbul karena mereka merasakan tekanan dan terjadi pada hampir sebagian besar anak-anak pada rentang usia ini.
  9. Kebanyakan balita sering memperlihatkan kebiasaan yang menjengkelkan. Tapi masalah seperti ini bukan hanya dilakukan oleh balita kan..? ;))
  10. Kebanyakan balita mengalami naik turun dalam menunjukkan perilaku baiknya.  Kadang mereka bisa makan dengan lahap, kadang mereka menolak untuk makan, atau kadang mereka tidur dengan mudah di malam hari, kadang mereka rewel sepanjang malam. Sama seperti orang dewasa, terkadang ada "hari baik" dan "hari buruk" bagi mereka.
Semua orang tua yang peduli pada balita mereka akan berusaha melakukan hal terbaik agar balita mereka terbiasa berperilaku baik. Sebagian besar perilaku yang menarik perhatian sebagaimana disebutkan diatas, pada akhirnya kebanyakan tidak akan menjadi masalah lagi seiring dengan berjalannya waktu, sepanjang orang tua mengetahui mana perilaku yang wajar dan mana yang tidak wajar. (Wajarkah perilaku balita kita? lihat disini untuk mengetahuinya)

Apapun yang kita lakukan, kelihatannya bahwa akan selalu ada perilaku si kecil yang mengganggu di mata orang tuanya selama tahun-tahun awal kehidupan mereka. Jadi bersabar tetaplah kunci utama menjadi orang tua ya..:) 

referensi : Toddler Taming, The guide to your child from one to four (DR Christopher Green), p. 22-23 

Mengenal Balita Kita (1) : Sejauh Manakah Perilaku Yang Normal

Terkadang sebagai orang tua kita dibuat terheran-heran saat menghadapi tingkah laku si kecil. Adaaa saja perilaku mereka yang kerap membuat kita merasa bersalah, tak nyaman atau sedikit banyak percaya bahwa kita satu-satunya orang tua di dunia yang kesulitan mengendalikan perilaku anak kita. Entah itu karena si kecil suka mengamuk, kerap membantah, suka mengganggu anak lainnya atau terlalu lengket hingga hampir tak bisa dipisahkan dari sisi kita barang sedetik pun.

Disalah satu buku laris di Australia karya Dr. Christopher Green,  "Toddler Taming", yang sempat saya baca, terdapat fakta menarik seputar perilaku batita/balita yang dianggap normal, atau bisa dibilang bahwa semua anak dalam rentang usia 1-4 tahun wajar saja jika memiliki perilaku seperti berikut ini: 
  1. Suka meminta perhatian. Beberapa balita cukup senang dengan apa yang telah dilakukan orang tuanya, namun ada pula balita yang terus menerus menuntut perhatian sekalipun tampaknya sang orang tua sudah terus berada disekitarnya 24 jam dan 7 hari seminggu.
  2. Susah berpisah dari pengasuh/orang terdekatnya. Dalam tiga tahun pertama kehidupan si kecil, ia akan lebih suka berada dekat dengan bunda atau ayahnya atau jikapun "terpaksa" harus berpisah, hanya untuk waktu yang singkat dan selalu memastikan keduanya terlihat. Kejadian semisal terpisah dari orang tua saat berada di taman bermain atau di keramaian atau saat terkunci di kamar mandi bisa mengakibatkan trauma yang serius dalam kehidupan kanak-kanaknya. 
  3. Selalu sibuk setiap saat. Sebagian balita amatlah aktif dan sama sekali tak bisa diam, sementara lainnya cukup jika disebut "aktif" saja..:).
  4. Tak memiliki rasa takut. Balita kita sepertinya belum memahami apa itu bahaya, sehingga mereka kerap terlihat tak memiliki rasa takut akan sesuatu yang berpotensi membahayakan keselamatan mereka. Oleh karenanya, mereka harus selalu dibawah pengawasan orang tua.
  5. Belum bisa menunjukkan kepedulian terhadap hak milik orang lain. Jari-jari kecil balita kita tercipta untuk berkarya, mencorat coret dinding, menyentuh benda-benda hiasan didalam ruang tamu, menyebarkan potongan kertas warna di sekeliling ruangan di dalam rumah, mengoleskan selai ke meja makan dan sofa dan sebagainya. Segala hal baru menarik minat mereka.
  6. Keras kepala dan berkeinginan kuat. Jika mereka menginginkan sesuatu, mereka akan berusaha keras mendapatkannya dengan berbagai cara.
  7. Tidak peduli pada kerusakan dan kekacauan yang disebabkan oleh ulahnya. Jarang sekali kita temui balita yang sangat peduli pada kerapihan kan? Tenang saja, hampir semua balita seperti itu.
  8. Suka mengajukan pertanyaan tanpa akhir.Balita sangat suka mengulang-ulang pertanyaan, dan tidak terlalu peduli pada jawaban yang kita berikan pada mereka.
  9. Balita sangat mudah berubah pikiran. Jika suatu hari kita mendengar balita kita dirumah mengatakan, "oh, aku sukaaa cereal AA," namun saat kita ajak dia ke minimarket dan menawarinya ia malahan merajuk  dan bilang bahwa dia tak menyukainya dan memilih sereal lain yang tak pernah ia sebut-sebut sebelumnya.
  10. Sering menyela percakapan orang tua. Bukannya balita kita bermaksud tidak sopan, hanya saja, baginya terlibat dalam pembicaraan orang lain merupakan satu cara belajar berkomunikasi dan  dengan turut serta berbicara membuatnya merasa berkontribusi terhadap lingkungannya.
  11. Pandai membuat para bunda merasa inferior. Balita umumnya sangat dekat dengan bundanya dibandingkan dengan ayahnya atau keluarga yang lain. Itulah sebabnya, saat bersama bunda  ia merasa bisa melakukan apapun, karena banyaknya waktu bersama, ia jadi benar-benar paham karakter bundanya. Jika  bunda mendapati ia bisa bersikap sangat manis sementara dalam pengawasan ayah atau orang terdekat lainnya, namun dengan bundanya ia bisa terlihat sangat leluasa bersikap manja atau keras kepala, jangan buru-buru berkecil hati dan merasa bahwa bunda tak dapat mengasuhnya dengan baik. Sebaliknya, sikap "seenaknya" yang ditunjukkan si kecil saat bersama bunda menunjukkan kedekatannya pada kita, sebab bagaimanapun ia tahu pasti, se"nakal" apapun dia, bunda akan tetap sayang padanya.
  12. Sangat sensitif terhadap kemarahan, perubahan tekanan lingkungan maupun antuasiasme di sekelilingnya. Jika suatu ketika bunda dan ayah terlibat perdebatan yang agak memanas, sementara si kecil berada di sekitar, ia akan sangat mudah merasakan perubahan emosi kedua orang tuanya. Akibatnya, si kecil pun bisa ikut-ikutan rewel mencari perhatian. Demikian pula saat kita sedang amat bergembira karena sesuatu hal, ia pun bisa dengan cepat turut merasakannya. Jadi, menebarkan aura positif di lingkungan sekitar balita kita itu wajib hukumnya ya.
 Demikian ringkasan beberapa perilaku balita yang masih dianggap "wajar" dalam kesehariannya. Semoga dengan lebih mengenalnya, kita sebagai orang tua akan lebih mudah pula berinteraksi positif dengan mereka.

Seperti apakah tipe balita anda, mari kita lihat disini

Senin, 27 Agustus 2012

Snowy Banana-Peach

 snowy banana peach
Ini salah satu resep makanan kecil favorite saya dan anak-anak, mungkin juga favorite para bunda dimanapun berada..;))..soalnya, resepnya super sederhana alias gampang luar biasa..:D' Selain itu, snack ini bisa jadi pilihan yang tepat bagi bunda untuk mengajak anak-anak menikmati buah-buahan mereka..

Bahan:
Satu atau dua buah pisang lady finger /pisang raja/pisang ambon potong-potong sesuai selera;
Beberapa irisan buah peach kalengan yang telah ditiriskan
3 - 4 sendok makan yoghurt rasa mangga;

Penyajian:
Tata potongan pisang dalam mangkuk saji, tambahkan potongan peach diatasnya lalu siram dengan yoghurt dingin..Voilaaa...snack lezat dan sehat siap disantap..:))

* paduan buah bisa diganti dengan buah-buahan ainnya seperti mangga-strawberry, pear,apel,jeruk navel, atau pisang-alpukat dan lainnya..bisa juga ditambahkan rebusan kacang polong atau baby wortel yang dipotong-potong..demikian pula dengan rasa yoghurtnya yaa..
** untuk bayi anda, pilih rasa yoghurt yang plain, biasanya tersedia untuk usia 6 bulan ke atas



Minggu, 26 Agustus 2012

Puasa Ramadan Pertama Si Kecil di Negeri Kanguru


Tahun 2011 yang lalu, saya dan anak-anak diboyong suami pindah ke negeri tetangga, Australia. Kami sementara waktu akan tinggal di Adelaide, ibu kota negara bagian South Australia, tempat suami akan melanjutkan pendidikannya selama kurang lebih dua tahun.

Banyak hal yang mesti kami persiapkan sebelum kepindahan kami ke Adelaide, baik fisik maupun mental. Hal terpenting yang menjadi perhatian kami adalah menyiapkan mental anak-anak  agar dapat segera beradaptasi di lingkungan barunya nanti. Putri sulung kami, yang saat itu berusia 8,5 tahun dan adiknya yang berusia 4,5 tahun terlihat agak cemas saat mengetahui bahwa di Adelaide mereka akan bersekolah di sekolah publik yang siswanya sebagian besar adalah anak-anak asli Australia. Saya sangat mahfum, mengingat mereka berdua, saat di Indonesia telah terbiasa belajar di sekolah lokal yang siswanya adalah teman-teman sebaya dari lingkungan sekitar kami tinggal saja, jadi bukan tipe sekolah modern atau sekolah internasional dengan kurikulum lengkap serta bersiswakan anak-anak dari beragam latar belakang budaya. Bagi anak-anak menghadapi perbedaan drastis semacam ini sudah cukup membuat mereka cemas dan tidak percaya diri, sungguh pekerjaan rumah yang luar biasa bagi saya dan suami untuk membuat mereka nyaman di rumah barunya.

Berbagai pengalaman baru pun kemudian mulai menjadi menu keseharian kami di Adelaide, mulai dari melatih komunikasi sehari-hari dengan bahasa Inggris, mempelajari tata cara pergaulan, menghafal jalur bus dan transportasi umum lainnya serta mencari informasi mengenai tempat-tempat publik yang penting untuk menunjang kehidupan kami sehari-hari, semisal lokasi pasar, rumah sakit, perpustakaan, sekolah dan pusat-pusat komunitas lainnya.
Salah satu pengalaman paling berkesan bagi kami adalah saat menjelang datangnya bulan Ramadan. Sebagai kota di mana masyarakat muslimnya adalah minoritas, Adelaide sepertinya tidak bersiap menghadapi Ramadan. Sebagai warga baru di Adelaide, yang menjadi pengingat kami akan datangnya bulan suci hanya datang dari lingkungan teman-teman Indonesia sesama muslim. Pengumuman mengenai kepastian datangnya Ramadhan kami peroleh dari Imam Masjid City of Adelaide, yang menjadi pusat kegiatan masyarakat muslim di Adelaide. Kami bahkan harus menunggu hingga tengah malam sebelum akhirnya mendapatkan kepastian hasil rukyat, yaitu hasil penglihatan para ahli atas munculnya bulan sabit yang menandakan datangnya bulan baru.

Sebuah pengalaman baru pula bagi saya saat menemani anak-anak menjalani puasa Ramadan mereka yang pertama kali di Adelaide. Kebetulan Ramadan bertepatan dengan datangnya musim dingin, sehingga waktu Subuh baru datang menjelang pukul enam pagi dan waktu Maghrib sudah datang hanya lebih sedikit lewat pukul lima sore, sehingga lamanya menjalani ibadah puasa kurang lebih dua belas jam saja, tak jauh berbeda saat kami di Indonesia. Bagi si sulung yang sudah berhasil menamatkan puasa Ramadannya sebulan penuh sejak berusia enam tahun, tantangan berpuasa di tempat baru hanya semata masalah beradaptasi dengan suasana dan cuaca saja. Tidak demikian dengan sang adik, yang kala itu baru akan menginjak usia lima tahun.

Bagi putri saya yang kedua, Ramadan di Adelaide ini menjadi pengalaman pertamanya menjalani puasa, setelah tahun-tahun sebelumnya ia hanya ikut-ikutan saja menjalani kegiatan selama Ramadan, namun ia belum berhasil sekalipun berpuasa sehari penuh. Nah, jauh-jauh hari sebelum Ramadhan datang, saya sudah terus mengingatkan dia bahwa tahun ini ia harus sudah berlatih berpuasa dari sahur hingga Maghrib, persis yang dilakukan kakaknya. Ia pun kelihatan bersemangat dan tak sabar menunggu saatnya menjalani kesempatan itu.

Tantangan yang ia hadapi kali ini lumayan berat juga, sebab, bertepatan dengan datangnya puasa hari pertama, adalah saatnya ia pertama kali masuk sekolah sebagai siswa sekolah dasar. Kebetulan, satu hari sebelum hari pertama masuk sekolah, ia tepat berulang tahun yang kelima. Menuruti kebijakan pemerintah South Australia yang menetapkan bahwa anak yang telah berusia lima tahun dapat mulai bersekolah di sekolah dasar, maka saya pun mendaftarkannya untuk mulai bersekolah di salah satu sekolah dasar milik pemerintah di lingkungan yang dekat dengan rumah.

Saat hari pertama masuk sekolah tiba, saya sedikit khawatir juga. Saya tak ingin ia gagal menjalani puasa pertamanya hanya karena harus menjalani kegiatan sekolahnya. Maklumlah, kegiatan belajar di sekolah dasar di Adelaide berlangsung hampir sepanjang hari, mulai pukul setengah sembilan pagi hingga pukul tiga sore, tambahan pula, amat jarang siswa di sekolahnya yang beragama Islam dan sama-sama menjalani puasa, ditambah dengan cuaca musim dingin yang biasanya malahan membuat anak-anak kelaparan terus sepanjang hari, maka lengkaplah sudah tantangan bagi puteri saya di hari pertamanya.
little Ayomi dihari pertamanya bersekolah, 1 Agustus 2011, yang ertepatan dengan hari pertamanya berpuasa Ramadhan 1432 H
Hari itu saya mengantarkannya ke sekolah dengan maksud memberikan semangat baginya di hari pertama sekaligus hendak bertemu dengan wali kelasnya. Pada gurunya saya memberi tahu bahwa hari itu puteri saya akan melewatkan waktu reses, yaitu waktu istirahat di pagi hari untuk menikmati makanan kecil dan buah, dan juga akan absen di saat makan siang, dan akan begitu seterusnya selama sebulan penuh. Saat saya menyampaikan hal tersebut, sang wali kelas tampak terkejut dan terlihat bertanya-tanya, “Wah, apakah puasa tidak menyiksa anak sekecil itu, dia baru lima tahun,” katanya dengan nada khawatir. Saya pun menjelaskan, bahwa sebagai muslim, kami harus mulai melatih anak-anak menjalankan ibadah wajibnya sejak usia dini dan ia tak perlu khawatir, sebab anak-anak akan tetap dijaga kebutuhan fisiknya seperti layaknya orang yang tak menjalani puasa. Saya pun lalu menjelaskan konsep berpuasa, yang pada intinya bahwa selama beribadah puasa anak-anak hanya harus menggeser saat makan dan minum mereka yang tadinya bisa dilakukan kapan saja, menjadi hanya dilakukan pada saat makan sahur dan berbuka puasa. Kepadanya saya mohonkan bantuan agar saat reses dan makan siang tiba, puteri saya diijinkan melakukan kegiatan lain sehingga tidak tergoda mencicipi makanan atau minuman seperti teman-teman lainnya.

Saat tiba di rumah pada sore harinya, putri kecil saya sibuk bercerita berbagai keasyikan yang ia temui di kelas barunya. Tampaknya hari pertama sekolah dilewati olehnya dengan sukses. Akan halnya puasa hari pertamanya, hanya empat puluh menit menjelang waktu maghrib, ia terpaksa membatalkannya. Mungkin karena kedinginan dan capek belajar seharian, ia tak lagi kuasa menahan lapar. Jadilah ia menangis dan memohon untuk mencicipi makanan yang sedang saya siapkan untuk berbuka puasa. Namun demikian, saya bersyukur ia sudah mau mencoba menjalankan puasa seharian penuh, dan baginya yang baru sekali mencoba, membatalkan puasa di sore hari pun sudah merupakan prestasi tersendiri.

Untuk menyemangati putri kecil saya agar tetap melanjutkan latihan puasanya, saya, ayah dan kakaknya berusaha membuat agar puasa itu menjadi menyenangkan. Saya kebagian tugas menyediakan makanan kesukaannya saat sahur dan berbuka, ayahnya, membuatkannya star chart, tabel berkolom tiga puluh yang dapat diisinya dengan stiker bintang, setiap kali ia mampu menamatkan puasanya hingga Maghrib. Di akhir Ramadan, jumlah bintang yang terkumpul dapat ditukar dengan hadiah dari ayah. Sementara itu, kakak kebagian peran sebagai partner ngabuburit, alias teman bermain selama waktu menunggu saat berbuka puasa. Di sekolah, wali kelasnya juga konsisten mendukung puteri saya untuk menjalankan ibadahnya. Setiap kali waktu istirahat atau makan siang tiba, ia akan mengantar puteri saya ke ruang seni agar ia bisa berkegiatan seperti membuat lukisan atau meronce. Ia bahkan menggeser jadwal kelas memasak yang sedianya dilaksaksanakan pada bulan itu menjadi dilaksanakan setelah hari raya Idul Fitri, semata-mata untuk menghormati beberapa siswa di kelasnya yang sedang menjalankan ibadah puasa Ramadan. Hal itu menjadi tambahan pelajaran tentang toleransi yang penuh hikmah bagi putri saya.

Alhamdulillah, hingga akhir Ramadan, si kecil berhasil menamatkan dua puluh enam hari puasanya hingga maghrib, dan empat hari sisanya terpaksa dibatalkannya karena sakit atau kehausan yang sangat akibat terlalu banyak bermain di luar rumah. Pengalaman menemaninya berlatih puasa ini menjadi momen belajar bagi saya dan keluarga, bahwa keberhasilan salah satu anggota keluarga bisa dicapai jika didukung penuh oleh anggota keluarga lainnya. That’s what family are for.

Adelaide, Juli 2012 
(seperti yang ditayangkan di mommiesdaily.com)

Rabu, 22 Agustus 2012

STORY TIME : Catatan Ramadhan SI Kecil yang "Tak Terlupakan"

Ramadhan baru saja berlalu, Ahamdulillah, anak-anak kami bisa turut merasakan nikmatnya belajar menjalankan ibadah Ramadhan kali ini dengan catatan yang "lebih baik" dibandingkan tahun sebelumnya.

Seperti juga aktivitas belajar yang lainnya, segenap latihan ibadah anak-anak selama bulan suci Ramadhan juga mendapat perhatian yang tak kurang kadarnya dari ayah dan bunda. Bahkan bisa dibilang, di momen khusus ini, kami memberikan poin perhatian lebih dibandingkan hari-hari lainnya.

Bukan cuma latihan puasa yang dimulai dari menahan lapar dan dahaga saja, namun lebih dari itu, kami berharap bulan suci menjadi ajang perbaikan diri. Beragam cara kami usahakan untuk menarik perhatian anak-anak agar lebih bersemangat dalam menjalani hari-hari Ramadhan mereka. 

Bersama dengan teman-teman yang tinggal satu kompleks apartemen dengan kami, digagaslah acara safari Ramadhan, berupa sholat tarawih berkeliling dari rumah ke rumah di antara sesama teman-teman Indonesia yang beragama Islam dilingkungan tempat tinggal kami. Selain sholat tarawih bersama juga digalakkan kegiatan belajar Al-Quran, tahsin bagi kaum ibu, TPA bagi anak-anak serta pengajian khusus para bapak, yang digelar satu kali sepekan, biasanya pada hari Sabtu. Tambahan pula, setiap akhir pekan, komunitas masyarakat muslim Indonesia di Adelaide juga menyelenggarakan ifthar (buka puasa) bersama yang dilengkapi dengan siraman rohani.

Untuk setiap kegiatan ini, tidak hanya orang tua yang mengikutinya, anak-anak pun kami ajak serta. Menghadiri beragam acara selama Ramadhan seperti itu cukup menambah semangat anak-anak, apalagi di setiap kesempatan mereka dapat bertemu dengan sesama teman sebaya yang juga sedang "belajar berpuasa", sehingga makin serulah pengalaman mereka.

---ooo---
 Salah satu momen yang paling ditunggu oleh anak-anak  di lingkungan tempat tinggal kami adalah safari tarawih keliling. Selama hampir sebulan penuh anak-anak kami laki-laki dan perempuan yang juga sesama teman belajar di TPA rajin mengikuti tarawih bersama. 

Selepas berbuka puasa dan menjalan sholat maghrib di rumah masing-masing, anak-anak bersama orang tuanya akan berkumpul di rumah salah seorang teman sesuai jadual yang telah diatur sebelumnya. Selanjutnya, akan dilaksanakan sholat Isya dan dilanjutkan dengan sholat tarawih berjamaah dengan imam sang tuan rumah atau teman yang ditunjuk.

Yang istimewa dari acara tarawih bersama ini adalah, sang imam atau salah seorang teman akan diminta mengisi sesi bercerita alias "Story Time" yang ditujukan bagi anak-anak kami. Cerita yang disampaikan bersumber dari AL-Quran atau kisah-kisah hikmah perjuangan Rasulullah Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-sahabatnya. Cerita dikemas dengan beragam gaya tergantung dari si penyampai tapi selalu saja menarik perhatian anak-anak. Terkadang cerita di kemas dalam bentuk fabel dengan tokoh binatang-binatang yang lucu namun isinya terinspirasi dari kisah-kisah teladan tersebut di atas yang pasti cara penyampaiannya semenarik mungkin.
Anak-anak yang serius mendengarkan kisah teladan saat "story time" berlangsung, diskusi tetap semarak diselingi "icip-icip" snack yang lezat


Dari kisah-kisah yang disampaikan dalam "story time" anak-anak belajar banyak tentang akhlakul karimah, bagaimana seorang anak muslim hendaknya selalu bersikap jujur, menjaga amanah, setia kawan, suka menolong, sopan santun, menebar kebaikan dan kasih sayang dan sebagainya. Disamping itu, karena selama bercerita, orang tua juga membuka kesempatan bertanya jawab dan berdiskusi, anak-anak jadi belajar banyak cara menyampaikan pendapat yang baik serta menghargai pendapat teman-teman lainnya.
Sungguh merupakan kesempatan belajar ekstra yang menyenangkan bagi mereka. Saking menyenangkannya, anak-anak, bahkan sebelum sholat Isya dimulai sudah ramai mengingatkan para orang tua untuk tidak lupa menyampaikan cerita buat mereka.

Selain "story time" hal lain yang ditunggu anak-anak adalah "cookies time", yaitu acara makan snack yang berbarengan dengan saat disampaikannya cerita. Snack biasanya merupakan hasil sumbangan teman-teman yang datang mengikuti acara tarawih bersama ini. Anak-anak saya malah sengaja tidak makan banyak saat berbuka puasa demi bisa mencicipi snack usai tarawih bersama dengan teman-temannya..:).

Alhamdulillah, sepanjang Ramadhan kelompok tarawih ini berhasil menamatkan safarinya, dan anak-anak kami telah beroleh banyak manfaat dan hikmah dengan mengikutinya. Hingga sekarang, saat Ramadhan telah lalu, mereka masih mengingat kisah-kisah dan pelajaran yang diperolehnya saat "story time", semoga budaya belajar semacam ini bisa terus terjaga di lingkungan kami tak hanya saat Ramadhan datang menjumpai, aamiin.

adelaide,  23 Agustus 2012
di awal syawal...