Minggu, 22 Juli 2012

SERIAL MINI ANAK : NIRMALA dan NIRWANA (Edisi Ramadhan: Hari Pertama Puasa Nirmala)


EPISODE SATU 

Hari Pertama Puasa Nirmala


            Alhamdulillah, hari sudah menunjukkan pukul setengah tiga sore, tak lama lagi waktu pulang sekolah akan tiba. Udara siang ini terasa cukup hangat, meskipun sebenarnya sekarang ini seharusnya sudah pertengahan musim dingin di Adelaide, tapi sudah beberapa hari ini matahari selalu bersinar di siang hari, sehingga walaupun suhu udara hanya sebelas derajat celcius, tetapi kita tidak terlalu merasa kedinginan.
            Nirmala, gadis kecil berusia hampir sepuluh tahun, mengusap keringat yang berbintik-bintik di dahinya dengan selembar sapu tangan. Setelah waktu makan siang tadi, ia dan teman-teman sekelasnya di kelas empat, diajak oleh Mr Knott, guru kelasnya ke lapangan olah raga. Hari ini mereka akan bermain sepak bola, dan kali ini Nirmala mendapat giliran sebagai penjaga gawang. “Alhamdulillah, aku  tak harus banyak berlari-lari,” begitu pikir Nirmala. Ia merasa sedikit lemas karena hari ini adalah hari pertamanya menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Oh ya, bagi teman-teman yang belum tahu, di Adelaide, South Australia, tempat Nirmala dan keluarganya tinggal, sekolah-sekolah tidak meliburkan siswanya di hari-hari awal puasa. Pelajaran di sekolah pun  tetap berlangsung seperti biasanya, dari pukul setengah sembilan pagi hingga pukul tiga sore. Jadual pelajaran  tidak ada yang berubah, termasuk pelajaran olah raga. Maklumlah, di sini tak banyak penduduk yang beragama Islam, sehingga suasana bulan suci Ramadhan tak terlalu terasa. Bahkan hari raya Idul Fitri pun sekolah Nirmala tidak libur, jadi Nirmala dan adiknya yang duduk di kelas satu harus ijin dari sekolah untuk menjalankan ibadah sholat Idul Fitri.
 Di jalan-jalan di kota Adelaide, suasana  seperti hari-hari biasanya saja. Orang-orang tetap makan dan minum di tempat-tempat umum, restoran dan  kedai kopi  dan  bakery tetap buka di siang hari, termasuk di sekolah Nirmala, teman-teman  jarang sekali yang berpuasa, paling-paling hanya beberapa orang saja,. Mereka yang beragama Islam umumnya adalah teman-teman yang  berasal dari negara di Afrika seperti Somalia atau negara-negara Timur tengah seperti Arab Saudi, Irak dan Iran serta teman dari Asia misanya dari Indonesia, Malaysia atau Pakistan.  Teman-teman lainnya yang tak berpuasa tetap bebas makan dan minum di sekolah  saat waktu  istirahat atau waktu makan siang.  Uhh, bagi anak-anak seperti Nirmala, berpuasa di siang hari rasanya sedikit berat karena banyak sekali godaan untuk mencoba makan atau minum.
---ooo---
Selama bermain sepak bola siang tadi, Nirmala beberapa kali harus melakukan penyelamatan gawang. Ia melompat, berlari mengejar bola dan sesekali berduel langsung dengan pemain depan dari tim lawan untuk merebut bola dari kakinya dan menghalau jauh bola itu agar tak masuk ke gawang. Ternyata, menjadi penjaga gawang itu bukan pekerjaan yang mudah, begitu pikirnya. Untunglah, hingga pertandingan berakhir, tak satu pun bola yang masuk ke gawang yang dijaga Nirmala. Timnya pun keluar sebagai pemenang, karena salah satu pemain depan timnya berhasil mencetak dua gol ke gawang lawan.
Saat peluit panjang ditiup oleh Mr Knott sebagai tanda permainan berakhir, Nirmala sangat lega. Ia segera berlari-lari ke pinggir lapangan untuk beristirahat sejenak bersama dengan teman-temannya. Mr Knott memberi kesempatan pada murid-muridnya untuk melepas lelah sehabis pelajaran olah raga, mereka diijinkan untuk minum tap water,  itu lho, air putih segar siap minum dari  kran-kran air yang tersedia di tempat-tempat khusus di lingkungan sekolah.
Teman-teman Nirmala pun segera berlari-lari menuju tempat kran air, mereka berlomba-lomba untuk minum lebih dahulu. Nirmala, menelan ludah, sebenarnya ia sangat haus, tetapi ia ingat, hari ini ia sedang berpuasa. Ia pun hanya duduk diam di pinggir lapangan sambil mengawasai teman-temannya yang tidak berpuasa mengantri minum tap water. “Aku harus kuat, aku harus kuat,” bisik Nirmala pada dirinya sendiri. Ia ingat pesan ayah  tadi  pagi, bahwa jika ia sudah berniat berpuasa, Insha Alloh, Alloh akan membantunya dan menguatkannya hingga maghrib menjelang.
Melihat Nirmala yang hanya duduk-duduk saja sambil mengipas-ngipaskan ujung jilbabnya ke wajahnya, Mr Knott pun mendekatinya dan bertanya,
“Nirmala, mengapa kamu tidak ikut minum air dulu sebelum kembali ke kelas?.”
“Tidak, Mr Knott, saya tidak boleh minum air sekarang, saya sedang berpuasa,” jawab Nirmala.
Mr Knott, yang belum pernah berpuasa terlihat heran, “Apakah kamu berpuasa seharian?, “ tanyanya lagi. Nirmala mengangguk-anggukan kepalanya sambil tersenyum, “Insha Alloh,” sahutnya.
“Apakah kalau puasa itu tidak boleh minum air putih juga?,“ tanya Mr Knott lagi.
“Tidak. Kami yang berpuasa, tidak boleh makan dan minum apapun. Mulai dari matahari terbit, hingga matahari tenggelam,” jawab Nirmala.
“Oh, jadi kamu hanya boleh makan malam?, “ tanyanya heran.
Nirmala tersenyum sambil mengangguk, “Ya, sebelum matahari terbit tadi saya sudah makan dan minum, dan nanti setelah matahari tenggelam, saya boleh kembali makan dan minum.”
“Berapa lama kamu akan berpuasa?,” tanya Mr Knott lagi.
“ Sebulan, “ sahut Nirmala.
Mr Knott mengangkat  alisnya tinggi-tinggi, “Wow, lama sekali. Wah semoga kamu kuat berpuasa selama itu ya. Mulai besok, kalau teman-temanmu sedang makan siang, kamu boleh memilih melakukan aktivitas lain. Mungkin kamu bisa pergi ke ruang seni dan membuat sesuatu disana,” kata Mr Knott .
Nirmala tersenyum, Alhamdulillah, katanya dalam hati. Ini pasti salah satu pertolongan  Alloh. Mulai besok ia tak harus berada di kelas saat istirahat makan siang dan dikelilingi oleh teman-temannya yang  makan bermacam – macam makanan yang menerbitkan selera itu. Jadi ia tak harus tergoda untuk mencicipi makanan juga, habis wangi makanan mereka memang selalu membuatnya lapar sih. Apalagi saat berpuasa ditengah musim dingin begini.
            Dengan gembira, Nirmala pun kembali ke kelas. Ia tak sabar segera pulang dan bertemu bunda dan ayah, dan menceritakan  pada  mereka pengalamannya  hari ini di sekolah. Ia pun bersyukur, sekalipun ia lelah belajar dan bermain sepak bola hari ini, ia masih kuat menjalankan puasanya. Insha Alloh, ia akan berusaha menjaganya hingga maghrib nanti dan begitu seterusnya, hingga hari raya Idul Fitri tiba. Ia ingin menjadi salah satu dari mereka yang bisa merayakan lebaran dengan penuh kemenangan.  Nirmala  percaya, Alloh  yang Maha Baik akan membantu menguatkannya hingga hari kemenangan itu tiba  :).

Adelaide, 23 Juli 2012
kado untuk putri2ku..selamat hari anak..:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar