Rabu, 11 April 2012

No Bottle, No Cry..


Pengalaman memang guru yang berharga, setidaknya bagi saya. Sudah dua bulan belakangan ini, saya sibuk bolak balik ke dokter gigi (dentist) demi "mereparasi" kerusakan gigi little Ayomi. Duh, melihat repotnya sang dentist mengutak atik gigi Ayomi, saya merasa miris, bersalah dan malu pada diri sendiri :('. Pasalnya, sebagian besar kerusakan gigi yang dialami Ayomi adalah karena keteledoran saya di masa lalu, terutama karena saya tidak bisa menghentikan kebiasaannya minum dengan botol susu semenjak bayi dan kurang rajin memperhatikan perawatan giginya sejak dini.
little ayomi vs the dentist part 6th

Selagi saya masih menjadi ibu pekerja, yang karena segera setelah cuti bersalin habis, bayi mungil saya yang berusia tiga bulan terpaksa diakrabkan dengan botol susu alias dot agar bisa tetap menikmati ASI yang saya simpan atau kemudian mencoba susu formula. Masalahnya, ketika ia mulai terbiasa dengan botol susu, saya tidak lantas mengenalkannya dengan media lain semisal cangkir, sehingga ia sangat tergantung pada botol susunya. Belum lagi, di siang hari saya tidak bisa langsung mengawasinya, sehingga seringkali bahkan saat tidur pun ia masih minum susu dari botolnya. Beginilah akibatnya jika bunda kurang pengalaman dan kurang belajar :('..sekarang terpaksa saya dan Ayomi membayarnya dengan harga mahal. Bayangkan untuk memperbaiki giginya yang berlubang kami harus memenuhi enam kali perjanjian dengan dentist belum lagi untuk mencabut dan merapikan letak giginya yang berantakan, akibat satu gigi permanen yang baru tumbuh menempati dua tempat bekas gigi susu nya dahulu. Pengorbanan baru yang tidak cuma sebatas waktu, tapi juga rasa tak nyaman yang harus dialami little Ayomi. Untung saja di Adelaide ini, perawatan gigi bagi anak usia sekolah dasar hanya dikenakan biaya yang minmal, cuma AUD $ 40 saja atau sekitar Rp. 360.000,- untuk perawatan sepanjang tahun (bayangkan bila di Indonesia, biayanya bakal jadi berlipat ganda). Tapi tetap saja saya merasa bersalah karena Ayomi harus menanggung rasa sakit dan tak nyaman sekarang ini, duh, maafkan bunda ya nak. Saya berjanji pada diri sendiri  kejadian yang sama tidak boleh berulang pada bayi saya sekarang. Pokoknya say "No to bottle"..

Obrolan dengan dentist saya catat dan simpan baik-baik dalam ingatan, yah walaupun sekarang mungkin terlambat buat Ayomi, terpaksa saya gunakan pepatah better late than never ;p..ini resume obrolan saya dengan sang dentist tentang bagaimana cara memberi anak gigi yang sehat sejak dini :
  • Berikan ASI bagi bayi
  • Sekitar usia enam bulan dan anak sudah siap makan dengan sendok, mulailah beri mereka makanan yang halus dan mudah dicerna
  • Setelah usia enam bulan anak sudah bisa diberikan tap water  (di South Australia air bisa langsung diminum dari kran air , selain higienis, air tersebut juga mengandung fluoride dengan kadar tertentu yang dibutuhkan untuk menjaga gigi yang sehat)
  • Jangan beri anak-anak soft drink, jus buah buatan, susu dengan perasa semacam rasa buah atau coklat, sirup, kopi atau teh
  • Jika anak suka mengisap mainannya seperti teether, jngan berikan sesuatu yang manis di atas mainan tersebut (misanya madu)
  • Bersihkan mainan anak dibawah air mengalir dan hindari membersihkan dengan mulut kita, serta hindari kebiasaan berbagi sendok dengan anak
  • Jika anak kita "terpaksa" menggunakan botol susu, ambilah/lepaskan botol segera setelah ia selesai minum susu dan jangan biarkan mereka tetap minum dengan botolnya dalam jangka waktu lama. 
  • Pada usia enam bulan ajari anak minum menggunakan cangkir
  • Bersihkan gigi anak sejak dini dengan kain halus, atau sikat gigi khusus bayi yang halus tanpa pasta gigi. Bersihkan gigi anak segera setelah tumbuh
  • Penggunaan pasta gigi dengan fluoride berkadar rendah bisa mulai digunakan setelah anak berusia 18 bulan.
  • Angkat bibir atas anak kita paling tidak sekali sebulan untuk mengecek tanda-tanda awal kerusakan gigi. Garis putih di sepanjang batas gusi atas menandakan danya kerusakan gigi. Segeralah berkonsultasi dengan dokter gigi jika ditemukan adanya tanda-tanda tersebut


referensi: 
Children, Youth & Women's Health Services, Child and Youth Health
SA Dental Service Health Promotion Division

6 komentar:

  1. Keren, Vivi! Thanks for sharing.

    BalasHapus
  2. wah..tersanjung saya..ada Mbak Moi mampir ke sini ^^..sama2 bunda Moi..senang bisa berbagi..

    BalasHapus
  3. Saya share ya utk para ortu yg masih memiliki bayi, bagus sekali

    BalasHapus
    Balasan
    1. monggo mom Ratna..terima kasih sudah mampir kesini..^^..mudah-mudahan bermanfaat bagi yang lain..

      Hapus
  4. Untung Qarina ga suka botol mbaa. Skrg dia minum susu pake gelas dan sedotan... :D
    Cuma aku belum pernah secara rutin bersihin gigi Qarina, padahal giginya udh 10. :(
    Thanks for the share MbaVi... :-*

    BalasHapus
    Balasan
    1. waahh..ayo2..yang rajin bersihin giginya Qarin ^^..biar gak kejadian kayak kakak2 nya ni mama Qarin..anyway..thx for your comment :)

      Hapus