Sabtu, 28 April 2012

Mengapa Pesimis?


sumber : http://pad1.whstatic.com/images/thumb/6/69/Be-Optimistic-Step-3.jpg/500px-Be-Optimistic-Step-3.jpg
Orang dikatakan pesimis apabila mereka merasa terpuruk dan tak berdaya, bagi mereka segala sesuatu terlihat terlalu besar, terlalu berat, dan terlau sulit untuk diperbaiki. Seringkali muncul perasaan putus asa dan kehilangan harapan, serta selalu melihat sisi buruk dari segala sesuatu. Mereka yang pesimis memiliki kecenderungan melihat "gunung" atau "tembok" yang menghalangi pandangannya. Ini berarti mereka berpikir bahwa masalah tak mungkin terpecahkan bahkan mereka menyerah sebelum berusaha. 

Sikap pesimis bertambah buruk saat seseorang  memandang ke masa lalu dan seketika meyaahkan diri sendiri. Sebagai contoh, seorang anak bisa berpikir "setiap kali saya berusaha mencetak gol bagi kesebelasan saya, selalu gagal. Lebih baik saya tak usah mencoba lagi, dan tak perlu berlatih lagi, toh saya tak akan pernah terpilih masuk tim lagi".
Sikap pesimis seperti ini dapat menghantarkan anak pada sikap tak berdaya dan depresi.

Beberapa kata yang mencirikan sikap pesimis : " selalu, tidak pernah, seharusnya, tidak bisa".

Yang perlu selalu kita ingat, dunia tidak selalu menawarkan hal-hal indah pada manusia. Kita bisa menghadapi saat yang menggembirakan seperti juga hal-hal yang buruk dapat datang pada kita. Anak-anak memerlukan bantuan kita untuk mempelajari bagaimana cara menimbang-nimbang berat ringannya suatu keadaan secara realistis sehingga mereka dapat mengambi keputusan dengan tepat dan aman. Anak-anak boleh memutuskan tidak melakukan sesuatu apabila mereka telah mempertimbangkan bahwa apa yang harusnya mereka kerjakan tersebut membawa keburukan atau bahaya bagi mereka. Dalam hal ini, tindakan mereka tidak dikatakan sebagai sikap pesimis.

Apa yang Dapat Dilakukan oleh Orang Tua?
  • Jadilah contoh yang baik - biarkan anak-anak mendengarkan kita saat memotivasi diri sendiri dan berbagilah sellau pikiran positif kita dengan mereka.
  • Ajari anak-anak membuat keputusan realistis. Jika suatu hari, misalnya mereka datang dengan mengatakan " saya menyerah terhadap matematika", maka kita dapat mengatakan kepada mereka " katakan pada bunda/ayah apa yang benar-benar kau kuasai". Setelah berbincang dengan mereka tentang hal-hal positif, carilah cara memperbaiki kemampuannya dalam matematika dan bicarakan dengan mereka tentang bagaimana melakukan yang terbaik dan tidak harus kita memenangkan segaa sesuatu di setiap waktu.
  • Katakan hal-hal positif dengan beragam cara untuk menekankan aura positif dari suatu kondisi.
  • Orang tua dapat menggunakan karakter dalam film/video/cerita-cerita untuk menginspirasi anak mengalahkan sikap pesimis, misalnya kisah Simba dalam film animasi The Lion King, yang pada mulanya takut dan pesimis untuk kembali ke negerinya namun kemudian berhasi mengalahkan rasa pesimisnya dan berhasil memimpin rakyatnya melawan tokoh jahat dalam film itu dengan gagah berani.
  • Berilah contoh kehidupan nyata tokoh-tokoh terkenal yang pantang mengenal kata pesimis, semisal olahragawan, seniman, pahlawan dan sebagainya.
  • Bantu anak untuk mengeluarkan pikirannya saat ia berpikir tidak berdaya/lemah dan kapan saat ia berpikir bahwa ia bisa/mampu. Lalu ajaklah mereka untuk memperkuat pikiran positifnya yaitu saat ia berpikir bisa/mampu.

sumber: general parenting, department communication, quensland government 

Temukan pentingnya membangun sikap optimis pada anak-anak disini


Tidak ada komentar:

Posting Komentar