Rabu, 04 April 2012

Maaf, Tolong, dan Terima Kasih..

Siapa sih yang tak suka pada anak-anak yang berperilaku baik ? ^^..semua orang pasti senang jika bertemu anak-anak yang telah dapat menempatkan diri dan lugas dalam bergaul namun terjaga baik tata kramanya. Sebagai orang tua, tentulah kita semua sudah menyadari bahwa menumbuhkan kebiasaan baik dalam berperilaku merupakan tanggung jawab kita, dan selayaknya dimulai di rumah kita sendiri. 
Pernahkah kita melakukan suatu kesalahan, meskipun kecil saja sifatnya menurut kita, misalnya kita terlanjur menegur anak karena mengira ia lupa atau lalai melakukan sesuatu?.
Saya pernah, dan terkadang, mungkin karena ego saya sebagai orang tua, saya sering kali meremehkannya. Misalnya, suatu malam, saya mendapati buku bacaan saya yang biasa saya baca menjelang tidur tergeletak di meja belajar kakak. Saya mengira, dia telah meminjamnya dan lupa mengembalikannya ke tempat semula. Saya pun menegur kakak, meski dengan nada halus dan sedikit bercanda, namun kakak rupanya yakin sekali bahwa dia tidak melakukan kesalahan apapun. Kami pun sedikit beradu argumentasi. Usut punya usut, ternyata saya lah yang lupa meninggalkan buku kesayangan saya itu di meja kakak, karena sorenya saya memang sempat membantu kakak menata ulang meja belajarnya. 
Kelihatan sepele bukan? dan saat itu saya "terlupa" meminta maaf atas kelancangan saya "menuduh" kakak. Dengan nada bercanda, kakak yang malah menegur saya, "Hmmm..coba aku yang salah duga..pasti udah ditegur Bunda, disuruh bilang..maaf..maaf..gitu, kalo Bunda kok gak bilang maaf ke aku??"..whewwww...maluuu sekali rasanya..sambil tersenyum grogi, akhirnya saya meminta maaf pada sulung saya. 

Banyak orang bilang, termasuk para ahli, bahwa mengajarkan tata krama atau tata cara berperilaku yang baik memang paling efektif melalui contoh nyata. Kita tidak bisa hanya meminta anak-anak melakukan sesuatu tanpa memulai melakukannya lebih dulu. Setiap kali anak-anak diingatkan untuk berlaku sopan, selalu meminta maaf bila terlanjur berbuat kesalahan, selalu memulai dengan kata "tolong" bila meminta orang lain melakukan sesuatu untuk dirinya, dan tak lupa selalu berterima kasih setelahnya. Namun, tak jarang, orang tua atau orang dewasa lah yang memulai terlebih dahulu melupakan ajaran moral "sederhana" semacam itu. Misalnya, saat meminta ayah membantu bunda melakukan sesuatu, bunda sering terlupa mengucapkan terima kasih, atau saat meminta tolong pada asisten rumah tangga, kita juga sering melupakan kata "tolong" alih-alih menggunakan kata perintah. Padahal, hal-hal rutin dan yang kita anggap kecil semacam itulah yang dijadikan contoh oleh anak-anak dalam kesehariannya.

Bagi saya dan anak-anak, kami bersepakat, bahwa menjadikan lingkungan rumah yang ramah dan baik adaah tanggung jawab kami bersama. Jadi, kami juga setuju untuk selalu berlatih mempraktikan tata cara berperilaku yang baik dan yang terpenting, selalu saling mengingatkan. Kakak, Ayomi,  atau kelak bahkan baby Aliy boleh mengingatkan saya dan ayahnya bila kami alpa berperilaku tak sopan, misalnya, dan sebaliknya.

Bukankah hal-hal kecil yang rutin di latih lebih mungkin menjelma menjadi sesuatu yang besar di kemudian hari?..From little things big things grow..hmm... :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar