Senin, 23 April 2012

Kala Bunda Harus Bekerja Penuh DI Luar Rumah...

http://danardoyle.files.wordpress.com/2011/11/super_mom_action_figure2.jpg 
http://danardoyle.files.wordpress.com/2011/11/super_mom_action_figure2.jpg
Bekerja penuh di luar rumah? Oh nooo... :p..:p....
Sebaik-baiknya wanita memang adalah mereka yang berada di rumah. Akan tetapi, tentu tidak semua bunda bisa menikmati indahnya keseharian dengan berada di rumah dimana teristimewa mereka sepenuhnya bisa memusatkan perhatian pada pertumbuhan dan pendidikan si buah hati. 
Bagaimana jika kita menjadi bunda yang memilih untuk bekerja penuh di luar rumah atau "terpaksa" melakukannya karena memang kondisi keluarga masih membutuhkan dukungan peran bunda yang bekerja?. Apakah dengan menjadi bunda yang sebagian waktunya dihabiskan di luar rumah dan jauh dari anak-anak pasti menjadikan kita bunda yang lebih buruk ? yang harus selalu menanggung stress tingkat tinggi dan pada akhirnya hanya membawa tekanan yang sama buruknya pada orang-orang terkasih kita di rumah. Be tough ladies..setiap pilihan langkah memang mengandung konsekuensinya masing-masing. Hanya kita sendiri yang mengetahui batasan diri kita dari segi fisik dan mental serta bisa mengelola diri kita seoptimal mungkin sampai batas yang bisa kita toleransi.

Stress???
Bayangkan kita adalah bunda bekerja yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya. Untuk mencapai kantor yang berjarak 30 km jauhnya dari rumah (jika kita bertempat tinggal di wilayah Bodetabek) kita mesti meninggalkan rumah pagi buta dan kembali setelah hari gelap. Berkawan dengan kemacetan adalah keseharian, penat dan letih jadi makanan sehari-hari.Belum lagi jika pekerjaan kita di kantor menuntut keahlian tingkat tinggi. Bagaimana dengan rumah kita? Saya yakin tak ada bunda yang sanggup berkonsentrasi hanya ke satu hal. Jika kita adalah bunda bekerja, pikiran dan hati tetap saja akan terbagi-bagi antara urusan kantor dan urusan rumah. Jujurlah pada diri sendiri, bahwa suami dan anak-anak tetap memenangkan hati dan pikiran kita.

Kalau saja bunda hanya memandang dari satu sisi, betapa repotnya mejadi bunda yang bekerja. Betapa menyedihkannya meninggalkan anak-anak setiap hari. Tak akan bisa kita bertahan dalam hitungan hari. Bagaimana jika harus??? . Selalu ada pilihan bukan? bagaimana jika pilihan kita adalah berdamai dengan keadaan. 

Bersyukur dan Bersabar
Apapun layak disyukuri. Jika saat ini sehari-hari bunda  harus bekerja penuh di luar rumah, bersyukurlah, karena banyak orang lain yang memerlukan pekerjaan tapi tak mendapatkannya. 
Jika bunda merasa saat ini bukanlah hal terbaik bagi bunda dan keluarga, maka bersabarlah. Sabar adalah saat kita tetap melakukan sesuatu atau menghindari melakukan sesuatu semata karena kita menginginkan sesuatu yang lebih baik. Jika saat ini misalnya kita belum bisa berada di rumah penuh mengasuh anak-anak, dengan tetap bekerja kita mungkin bisa memberikan yang lebih baik bagi mereka di kemudian hari. Misalnya dengan menyediakan cukup dana pendidikan bagi mereka.

Soal Waktu 
 Waktu Untuk keluarga
Ada opini seorang ahli parenting yang menyatakan bahwa tak ada yang namanya "quality time", bagaimanapun "quantity is the best", jlebbb.. menohok sekali kan bunda? Padahal senjata para bunda yang bekerja adalah menjadikan waktu yang ada sesingkat apapun itu menjadi saat-saat yang berkualitas jika kita berada di tengah keluarga. Lalu bagaimana? yah..jangan berpegang pada satu pakem atau opini seseorang saja. Bunda yang paling tahu bagaimana menangani anak-anak dan keluarga di tengah kesibukan, apakah selama ini mereka tetap merasakan keindahan sebagai satu keluarga dengan berbagai cara kita menciptakan quality time, jika ya, stay on the track..dengan pilihan kita, cara itu menjadi yang terbaik yang dapat kita lakukan. Bagaimanapun pekerjaan menyita waktu kita berusahalah tetap memegang kendali dalam urusan rumah.  Beberapa cara mengoptimalkan waktu itu misalnya:
  • Menyisihkan waktu sebelum berangkat kerja untuk menyiapkan keperluan anak-anak sekolah seperti menyiapkan seragam, sarapan atau bekalnya (termasuk untuk suami tercinta juga lho..^^)
  • Jika bunda tak lagi sempat memasak, minimal kitalah yang menyusunkan menu selama seminggu, menentukan bahan yang perlu di beli di pasar misalnya, atau mungkin kita lebih nyaman jika kita sendiri yang berbelanja keperluan rumah sepulang bekerja atau di saat libur. Asisten rumah tangga tetap melakukam tugasnya berdasarkan arahan kita.
  • Menemani anak-anak belajar. Sekalipun kita sudah memanggil guru les ke rumah atau mengirim anak-anak ke tempat bimbingan belajar, acara belajar bersama bunda selayaknya di jadualkan, sekalipun misalnya hanya untuk meneliti jawaban pekerjaan rumah atau menemani membaca buku atau membaca Al-Quran.
  • Bersantai sepulang kerja bukan berarti kita harus sendiri. Sadarilah setiap waktu bersama akan sangat berharga, Jadi hargai waktu bercanda dan berbincang bersama anak dan suami layaknya "me time".
Waktu Untuk Diri Sendiri
  • Kemacetan jadi biang stress?? Tinimbang menggerundel tak jelas dalam hati lebih baik berdzikir. Jika bunda suka membaca, bagus juga mengisi waktu saat terjebak kemacetan dengan membaca. Ada lho teman saya yang mengkhatamkan Al-Quran hampir sebulan sekali karena rajinnya bertilawah saat di perjalanan. Jika bunda menyetir mobil sendiri?, bersahabatlah dengan program radio atau CD yang edukatif, hingga kita bisa tetap belajar sesuatu.
  •  Nggak usah terlalu sedih atau kelewat melankolis jika misalnya kita tak bisa sering-sering sekedar hang out bersama teman atau memanjakan diri di salon atau spa. sepulang kantor atau di akhir pekan. Ayolah..bukankah saat lajang adalah masanya kita memaksimalkan "me time"???..Saat kita memilih berkeluarga, maka sadarilah waktu kita terbaik adalah bersama mereka. Jika kita bisa sangat bersemangat dan gembira bersama teman, kenapa tidak dengan suami dan anak-anak?. Jika memungkinkan, atur acara bareng teman yang memunkinkan kita tetap bisa mengajak anak-anak atau suami.
Soal Komunikasi
Gunakan setiap kesempatan yang mungkin untuk berkomunikasi dengan orang rumah atau orang-orang terdekat:
  • Telepon anak-anak sebelum mereka berangkat ke sekolah, atau sepulang sekolah, atau saat bangun tidur siang, atau saat hari mulai gelap dan kita belum tiba dirumah. Komunikasi juga penting dibangun antara ita dan suami.
  • Jalin komunikasi yang baik dan akrab dengan asisten rumah tangga, tetangga rumah terdekat, keluarga dekat jika ada yang tinggal tak jauh dari rumah kita termasuk guru-guru dan sesama orang tua siswa di sekolah anak-anak. Dengan rapatnya jalinan silaturahmi dengan mereka, semakin dekat dan banyak pihak yang dapat kita percaya untuk turut mengawasi anak-anak.
  •  Ajari anak-anak cara berkomunikasi dengan efektif. Biasakan mendengarkan curahan hati mereka saat kita di rumah. Kenali bahasa lisan dan bahasa tubuhnya. Ajari anak-anak menggunakan alat komunikasi semisal telepon dan komputer dengan sambungan internet. Semakin sering mereka bisa menghubungi kita kapan saja, semakin baik.
Belajar Mandiri
Bukan hanya bunda yang harus cekatan, anak-anak dan para asisten di rumah juga perlu di ajak untuk belajar sama cekatannya dengan kita. Ajari anak-anak untuk terbiasa mandiri sesuai batasan usia dan kemampuannya. Jangan biasakan menyuruh orang lain atau meminta orang lain untuk melakukan sesuatu jikalau mereka sudah mampu. Memiliki asisten di rumah bukan berarti kita lantas terbiasa meminta mereka melakukan semua pekerjaan. Selayaknya kita menyadari bahwa keberadaan mereka adalah membantu kita bukan mengambil alih semua tugas kita. Toh kitalah "ratu dan manajer utama rumah tangga" nya bukan mereka???
Tatkala anak-anak di rumah semakin mandiri, sedikit banyak akan berkurang pula kekhawatiran kita saat jauh dari rumah.
Sadar Kapan Saatnya Berhenti
Jika kita memiliki pilihan yang lebih baik, misalnya dapat berwirausaha dengan tetap menjalankannya dari rumah, atau menjalankan pekerjaan paruh waktu, dengan dukungan dan ridho suami mungkin kita bisa meninggalkan pekerjaan penuh waktu kita.
Atau jika anak-anak sangat memerlukan pendampingan kita secara penuh dan kondisi memungkinkan kita tidak lagi bekerja, maka mungkin pilihan untuk berada di rumah akan lebih baik bagi kita. Atau mungkin, suami lah yang menginginkan kita untuk tinggal di rumah dan menjalani keseharian sebagai ibu rumah tangga saja. Saatnya mengembalikan  pada niat awal dan urgensi kita menjalani pekerjaan penuh waktu di luar rumah :).
Apapun pilihan yang sedang kita jalani, jalani dengan sebaik mungkin dan kelolalah segala risikonya untuk mencapai tujuan mencapai yang terbaik bagi kita dan keluarga.

Bunda bekerja sering terpaksa menitipkan anak-anak pada pihak lain..klik disini untuk ide memilih tempat penitipan anak




2 komentar:

  1. Vi... gw banget tuh... walau Working Mother teteup aje naluri emak2 tidak bisa ditinggalin di dalem hati.. makanya selama ada waktu teteup mengerjakan tugas RT n ngurusin anak2 sebelum dan setelah ngantor walau harus bangun lebih awal dan tidur paling akhir.. Thanks sharingnya..

    BalasHapus
  2. ^^..i. know..i know..aku juga gitu Mbak Min...makanya pernah berasa gak cocok jadi ibu bekerja..tapi pengalaman itu mengajarkan banyak hal ternyata, minimal sekarang kita lebih gesit ya..:D

    BalasHapus