Kamis, 19 April 2012

Serunya Menjadi "Ratu" di Rumah Sendiri..^^

Nggak pernah saya bayangkan sebelumnya mengurus rumah dengan tiga orang anak termasuk bayi yang belum lagi satu tahun umurnya tanpa bantuan seorang asisten rumah tangga. Yang terbayang pastilah kekacauan dan semua serba tak beres. Maklum selama saya berumah tangga sebelas tahun lamanya hampir selalu saya memiliki orang lain yang membantu saya dengan pekerjaan rumah tangga. Karena saya ibu yang bekerja di luar rumah, maka anak-anak pun selama saya di kantor lebih banyak di urus oleh pengasuhnya. Kalau dihitung-hitung dalam rentang waktu 10 tahun sudah tiga orang yang pernah dengan setia membantu saya. Semuanya Alhamdulillah baik dan cekatan membantu saya mengurus anak-anak. Semuanya berhenti bekerja pada saya dengan alasan menikah, dan hingga sekarang kami tetap berhubungan baik dan menjadi layaknya keluarga.

Setahun belakangan saya kebetulan mengambil cuti panjang dari pekerjaan dan ikut menemani suami yang sedang menjalankan tugas belajar di Australia. Disini saya bertanggung jawab penuh mengurus rumah dan anak-anak. Terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah sepulang kantor saja, disini saya harus melakukan semuanya sendiri sepanjang hari. Mulai membersihkan rumah, mencuci pakaian, mencuci piring, memasak, membersihkan jendela, sampai membuang sampah. Belum lagi urusan menemani anak-anak belajar dirumah, untuk kakak dan little Ayomi sudah banyak kegiatan yang mereka perlu mereka lakukan untuk memenuhi minat belajarnya, dan sering saya harus membantu mereka melakukannya. Ketika anak-anak saya kirim ke sekolah publik disini, maka tugas saya pun bertambah, mengantar dan menjemput anak-anak. Disini anak-anak dibawah usia 13 tahun (mid school) dilarang turun ke jalan tanpa pendampingan orang tua, kecuali jarak rumah dan sekolah sangat dekat. Kebetulan rumah kami berjarak lebih dari 1,5 km, sehingga anak-anak harus selalu ditemani saat berangkat dan pulang sekolah. Lengkaplah sudah daftar tugas saya, apalagi jika ditambah dengan kegiatan berbelanja harian, pas betul :D..kalau cuma dipikir saja tak akan terbayang bagaimana cara menyelesaikannya..:D. 

Beruntung saya, suami sangat suportif. Di tengah kesibukannya ia selalu mencoba meringankan tugas saya di rumah. Urusan berbelanja bahan makanan misalnya, lebih sering dilakukannya sepulang kuliah. Kebetulan letak pasar Adelaide yang menjual sayur mayur dan daging halal berada antara rumah dan kampusnya. Lebih mudah dan murah memang jika ia yang melakukan aktivitas ini, minimal saya tak harus mengeluarkan ongkos bus untuk ke pasar :p. Jadilah ada cerita baru bagi kami, "daddy goes to the market" ;)..hal baru yang dulu tak pernah ia lakukan, berbelanja di pasar tradisional layaknya ibu-ibu. Ah, ternyata ia sangat cekatan dalam urusan berbelanja , saya pun mengaku kalah dalam urusan satu ini.

Di rumah, kakak dan Ayomi lama-lama muncul juga inisiatifnya membantu pekerjaan rumah. Urusan merapikan kamar misalnya, tanpa di suruh lagi setiap pagi sudah mereka lakukan sebelum berangkat sekolah. Setiap selesai makan, anak-anak mencuci sendiri piring dan gelas yang habis digunakannya, dan kakak suka rela membantu memilah sampah rumah tangga antara sampah basah dan sampah layak daur ulang serta membuangnya ke tempat sampah dibantu little Ayomi (cerita tentang menteri kebersihan kami ada disini). Kadang-kadang, saat saya mencuci pakaian, mereka berdua juga turut membantu menjemur atau mengangkat jemuran yang telah kering. 


little ayomi membantu bunda mengeringkan pakaian di mesin pengering

Saat baby Aliy lahir, "keramaian" dalam rumah kami pun bertambah. Waktu saya banyak tersita untuk mengurus bayi kecil kami, akibatnya urusan pekerjaan rumah agak terganggu. Saya mesti mengatur jadual baru untuk mengerjakan semuanya tanpa melewatkan waktu menemani anak-anak belajar. Sejak awal, baby Aliy sudah saya kondisikan untuk selalu ikut kemana saya pergi termasuk mengantar dan menjemput para kakak di sekolah. Jadi setiap hari ia, sejak berusia 3 bulan sudah pergi dan pulang sekolah ^^. Seiring pertambahan usianya, saya lihat ia malahan suka sekali jika saya mengajaknya keluar rumah. Ia tumbuh menjadi bayi yang senang bersosialisasi. Kesempatan setiap hari mengunjungi sekolah kakak menggantikan waktu-waktu bersosialisasinya yang sedianya saya rencanakan akan dihabiskan di kelas-kelas khusus bayi di community centre . Di sekolah kakak ia banyak bertemu ornag-orang baru, teman, guru-guru kakak dan sesama orang tua yang mengantar dan menjemput anak-anak mereka. Kami kerap bertegur sapa dan mengobrol. Bagi baby Aliy ini adalah caranya mengenal dunia baru. Termasuk saat saya ajak ia berkeliling sekolah kakak yang memiliki taman luas untuk bermain dan kebun berisi pohon-pohon yang ditanam para murid sebagai bagian dari proyek science mereka. Ia jadi bisa mengenal banyak warna dan mendengar suara burung-burung yang banyak hinggap di pohon-pohon itu. Sambil menyelam minum air kan? Tugas antar jemput dan kegiatan belajar baby Aliy bisa saya satukan.

Bagaimana urusan memasak? Ini salah satu yang membuat saya agak repot. Dengan selera masing-masing anggota keluarga yang berbeda-beda, sulit memenuhi keinginan mereka satu persatu dengan waktu yang terbatas. Memasak untuk sarapan dan menyiapkan lunch box untuk ayah, kakak dan little Ayomi saya lakukan pagi-pagi setelah shubuh. Untuk sarapan kami kini sudah terbiasa menyantap makanan yang mudah semisal roti isi, susu dan kopi serta sereal. Terkadang ayah atau saya memasak menu sekaligus untuk sarapan dan bekal seperti mi goreng jawa, bihun goreng atau nasi goreng. Ide memasakn 30 menit ala chef di televisi jadi andalan kami sehari-hari ^^. Di akhir minggu, biasanya sabtu, saat ayah bebas tugas kuliah, saya bisa meluangkan waktu menyiapkan makanan dalam porsi besar untuk bisa saya simpan selama beberapa hari. Misalnya membuat ayam ungkep bumbu kuning, rendang telur, beef rolade, siomay/pangsit, dan pempek untuk cemilan anak-anak. Jenis masakan seperti ini bisa sangat membantu di hari-hari sibuk saya. Ayam ungkep bumbu kuning misalnya, bisa saya sulap menjadi berbagai masakan lain, mulai ayam goreng tepung, ayam goreng bumbu cabe ijo,  opor ayam, ayam kecap, sampai bubur ayam. Pokoknya pintar-pintar saja memadu padankan bumbu pelengkap buat menjadikannya jenis masakan baru ^^.

Bagaimana dengan acara belajar bareng kiddos? Saya dan anak-anak membuat kesepakatan, bahwa mereka bebas bereksplorasi dan belajar apa saja dengan dukungan fasilitas yang ada di rumah, memanfaatkan buku bacaan dan internet untuk kepentingan belajar sendiri, jika ada yang tidak dipahami atau ingin berdiskusi mereka bebas datang kepada saya kapan saja, sekalipun saya sedang mengerjakan sesuau. Jadi urusan belajar pada umumnya mereka lakukan mandiri, kecuali untuk urusan membaca saya sediakan waktu khusus, di sore hari sambil menunggu ayah pulang, dan sebelum mereka bermain keluar rumah, saya terbiasa duduk bareng anak-anak dan mendengarkan mereka membaca. Kami saling berbagi cerita dan berdiskusi mengenai isi buku yang mereka baca. Maklum, di rentang usia 5- 10 tahun, anak-anak memang masih dalam taraf "belajar membaca" bukan cuma urusan melafalkan bacaan tapi juga memahaminya dan itu memang butuh pendampingan orang tua. Hal lain  yang mempunyai jadual khusus adalah sholat berjamaah dan membaca Al-Qur'an selepas maghrib, saat kami satu keluarga bisa berkumpul bersama-sama dan saling menyimak bacaan masing-masing. Saat kami sama-sama belajar mendengar dan saling membetulkan jika masing-masing alpa berbuat kesalahan. Hari-hari saya bersama anak-anak pun ditutup saat mengantar mereka ke tempat tidur untuk beristirahat di malam hari. Momen ini biasa kami gunakan untuk berdoa bersama.

Sejauh ini, rumah kecil saya ternyata baik-baik saja. Tanpa sosok asisten rumah tangga khusus yang membantu saya, seluruh anggota keluarga malahan makin kompak, anak-anak terasah inisiatif dan semangat kerja samanya, kami semua makin cekatan dan yang jelas ternyata rumah kami tak terlalu kacau balau penampilannya ^^. Kalau sesekali saat terlalu lelah, rumah tampak berantakan, kami lebih memilih menikmatinya saja, tak ada tekanan untuk terlalu memusingkan hal-hal sepele yang menaikan urat syaraf. Toh, nanti kami bersama-sama juga bisa merapikannya dan kembali lagi, ternyata, saya bisa belajar banyak justru saat saya menjadi ibu rumah tangga penuh. Belajar mengatur waktu, belajar menjadi partner dan bagian dari tim, menularkan semangat team work pada anak-anak, belajar sabar, dan yang jelas belajar menghargai bantuan orang lain. Satu hal lagi yang merubah cara berpikir saya, ternyata menjadi ibu yang penuh tinggal di rumah tak lebih mudah dan ringan dibanding menjadi ibu yang bekerja :).

Saya kadang masih merindukan para asisten rumah tangga saya dulu, dalam hati tak putus saya berterima kasih pada mereka yang telah banyak membantu saya dan berharap mereka menjalani hari-hari mereka   sekarang sama "menarik" nya dengan hari-hari saya ^^. 

Bagaimana saat bunda perlu menitipkan anak-anak pada pihak lain ? beberapa pertimbangan yang perlu diambil bisa dilihat disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar