Jumat, 13 April 2012

Anak-Anak (Ternyata) Juga Suka Rutinitas

Baby Aliy, tujuh bulan usianya saat ini, sudah belajar makan makanan pendamping ASI. Setiap pagi sekitar pukul 8.30 saya biasa menyuapinya bubur atau sereal dengan campuran buah. Setelah dua minggu berjalan, ia sepertinya mengerti bahwa pagi hari ia akan saya sediakan sarapan. Ketika saya "agak" terlambat menyuapinya, ia pun rewel dan menangis. Saya pun belajar bahwa bayi ternyata bisa mengerti rutinitas.
---
Kakak dan Ayomi terbiasa membaca satu buku setiap hari, dan biasanya sekitar pukul 4.30 sore saya menyediakan waktu untuk mendampingi mereka membaca buku. Selain itu, selepas sholat maghrib setiap harinya anak-anak terbiasa belajar membaca Al-Quran bersama saya, sebelum melakukan kegiatan rutin ini, kami sepakat mereka tidak diijinkan melakukan hal lainnya Jika karena satu atau dua hal, saya berhalangan menemani mereka membaca, mereka akan terpaksa menunggu ayah pulang dan menemani mereka. Namun, tentu saja perubahan jadual membaca ini akan merubah jadual lain yang biasa mereka lakukan minimal menggeser  waktunya, dan bagi mereka hal ini ternyata dianggap tidak menyenangkan, karena kadang mengurangi atau menyebabkan mereka kehilangan waktu spesial atau waktu luang yang sedianya mereka sediakan untuk mengerjakan hal-hal yang mereka sukai.
---
Sebagai orang tua, saya terkadang tidak menganggap penting apa yang disebut sebagai jadual rutin atau rutinitas anak-anak. Saya sebatas menyampaikan pada mereka hal-hal yang baik dan harus dilakukan oleh mereka setiap harinya. Misalnya, bahwa sholat bagi kami adalah waji hukumnya, oleh karenanya pantang ditinggalkan, dan karena sholat sudah tertentu waktunya, maka otomatis menjadi rutinitas bagi mereka. Selebihnya saya membebaskan kepada mereka dalam menentukan kegiatan yang ingin mereka lakukan sehari-hari. Belajar misalnya, saya membebaskan mereka untuk melakukannya kapan saja dan tidak membatasi materi apa saja yang ingin mereka pelajari. Akan tetapi, ternyata, jika saya perhatikan dari hari ke hari masing-masing anak ternyata telah mengatur "jadual" nya masing-masing. Kakak misalnya, ia lebih suka berlatih matematika terlebih dahulu sebelum pergi bermain dengan teman-temannya di sore hari. Selepas mengaji di malam hari ia akan membaca buku, baru kemudian mengerjakan kesukaannya yang lain seperti meronce atau menggambar desain baju anak-anak. Sementara itu, Ayomi selalu membaca buku, belajar mengeja (spelling) dan berlatih menulis di sore hari, sebelum bermain. Jadi selepas mengaji ia bebas mengerjakan apa saja yang ia sukai. Selain itu, keduanya ternyata menyukai rutinitas kami sebelum pergi tidur, yaitu ngobrol bareng bunda atau ayah dan membaca surat-surat pendek dari juz tiga puluh. Mereka sepertinya enggan pergi tidur sebelum melewati aktivitas yang satu ini.

Jika ada hal yang mengganggu mereka dan menyebabkan mereka tidak dapat melakukan rutinitasnya, anak-anak kelihatan tidak menyukainya. Oleh karena itu, sebisa mungkin saya pun mengatur waktu saya, agar bisa mendampingi mereka belajar sesuai waktu rutin yang mereka inginkan. 

Sama seperti orang dewasa, ternyata anak-anak sangat peduli terhadap rutinitas. Ibaratnya, jika setiap pagi kita terbangun tanpa tahu apa yang akan kita lakukan hari itu, rasanya akan sangat mengganggu. Dari memperhatikan pola kegiatan anak-anak pula saya belajar bahwa membebaskan mereka melakukan sesuatu memang tak salah, namun kadang kebebasan yang tanpa batas justru membuat mereka tak dapat belajar mengendalikan keadaan. Adanya kegiatan yang terstruktur dan terjadual dengan baik membuat mereka lebih dapat mengontrolnya. Hal ini ternyata membuat mereka lebih nyaman.

Hmm..ternyata "rutinitas" tak melulu membosankan bagi anak ya?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar