Sabtu, 28 April 2012

Mari Kita Bantu Anak-Anak Untuk Bersikap Optimis

sumber :http://www.freewebs.com/optimistcluboftroymichigan/Optimist%20LOGO.jpg

Dunia menawarkan banyak hal sesuai cara kita memandangnya. Dengan membantu anak-anak untuk melihat sisi baik dari kehidupan, kita telah memantu mereka mempersiapkan diri untuk menjadi pribadi yang kuat di kemudian hari.


Sikap Optimis
Sikap optimis dapat didefinisikan sebagai mengharapkan hal terbaik terjadi dalam kehidupan. Dengan selalu memandang sisi baik dari segala peristiwa membantu kita untuk menghadapi tantangan dan mengelola kesulitan-kesulitan yang datang dalam kehidupan kita. Ini berarti kita akan selalu memiliki arapan dan keyakinan yang kuat serta kepercayaan diri untuk berdamai dengan segala situasi.

Bentuk sikap optimis tercermin dalam sikap-sikap berikut:
  • berbesar hati menerima sesuatu keadaan
  • selalu giat berlatih/berusaha
  • menerima saat kesuksesan dan kegagalan
  • berencana untuk memperoleh hasil terbaik
  • memiliki keyakinan dan kepercayaan diri untuk mencoba kembali setelah mengalami kegagalan
Bagaimana Anak-Anak Membangun Sikap Optimis?
Beberapa anak terlahir dengan sikap ceria dan kemampuan alami untuk menghadai tantangan dan menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Akan tetapi ada pula anak-anak yang harus berusaha keras saat menghadapi kesulitan dan seringkali membayangkan bahwa sesuatu yang buruk aan menimpanya.
Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, mereka membutuhkan sebanya mungkin kesempatan untuk merasakan keberhasilan.
Setiapkali anak mencapai sesuatu dalam kegiatan yang diikutinya, saat itulah mereka mulai mengembangkan kepercayaan diri bahwa mereka dapat mencoba hal lain serta meraih keberhasilan lainnya.

"Bicara pada diri sendiri" adalah apa yang kita bisikkan pada diri kita sendiri untuk menguraikan apa saja hal-hal yang terjadi sepanjang hari. Saat anak-anak dapat mengatakan pada dirinya bahwa mereka dapat melakukan sesuatu, mereka akan dapat meraih keberhasilan bagi dirinya. Bagaimana cara orang tua berpikir dan berbicara pada anak-anak tentang pengalaman-pengalaman mereka sangatlah penting dalam membentuk kepercayaan anak terhadap terjadinya keberhasilan serta kemungkinan terjadinya kegagalan dalam kehidupan mereka.
Refleksi dari orang tua yang optimis tergambar dari kata-katanya, lebih baik mengatakan pada anak "ayolah nak..katakan pada dirimu sendiri bahwa dengan menyediakan waktu lebih banyak buat belajar dan berusaha keras dengan pekerjaan rumah matematika mu, kau akan bisa meraih hasil lebih baik". Hindari mengatakan pada anak-anak kata-kata seperti "ah, kau ini nggak pernah menyediakan waktu buat belajar dan kau nggak pernah berusaha keras menyelesaikan pe er matematikamu" :p.

Mengapa Sikap Optimis Penting?
Jika anak-anak percaya mereka bisa berhasil, mereka akan berani melakukan dan mencoban banyak hal. Sikap optimis mencegah kita untuk merasa tak berdaya dan mudah menyerah saat menghadapi persoalan yang kelihatannya sulit dipecahkan. Anak-anak berharap untuk berhasil, percaya pada diri mereka sendiri dan menjadi positif. Mereka yang bersikap optimis mengurangi kemungkinan mengalami depresi.
Mereka yang optimis terbiasa menyadari dan berpikir mengenai pengalaman mereka di masa lalu yang menghantarkan mereka pada keberhasilan dan apa saja yang telah mereka lakukan untuk mencapai keberhasilan itu. Semakin optimis anak-anak kita, mereka akan dapat mencapai keberhasilan dan memiliki kemampuan menghadapi tantangan masa depannya serta mudah bergaul dengan siapa saja, termasuk mudah belajar baik di rumah, di sekolah atau dimanapun mereka berada. 

Berikut beberapa kata yang mencirikan sikap optimis : " dapat, mungkin, suatu hari, biasanya, kemungkinan, ada peluang..."

sumber : general parenting , department of communities, quensland government



Bagaimana menghindarkan sikap pesimis pada anak? Mari kita diskusikan disini

Mengapa Pesimis?


sumber : http://pad1.whstatic.com/images/thumb/6/69/Be-Optimistic-Step-3.jpg/500px-Be-Optimistic-Step-3.jpg
Orang dikatakan pesimis apabila mereka merasa terpuruk dan tak berdaya, bagi mereka segala sesuatu terlihat terlalu besar, terlalu berat, dan terlau sulit untuk diperbaiki. Seringkali muncul perasaan putus asa dan kehilangan harapan, serta selalu melihat sisi buruk dari segala sesuatu. Mereka yang pesimis memiliki kecenderungan melihat "gunung" atau "tembok" yang menghalangi pandangannya. Ini berarti mereka berpikir bahwa masalah tak mungkin terpecahkan bahkan mereka menyerah sebelum berusaha. 

Sikap pesimis bertambah buruk saat seseorang  memandang ke masa lalu dan seketika meyaahkan diri sendiri. Sebagai contoh, seorang anak bisa berpikir "setiap kali saya berusaha mencetak gol bagi kesebelasan saya, selalu gagal. Lebih baik saya tak usah mencoba lagi, dan tak perlu berlatih lagi, toh saya tak akan pernah terpilih masuk tim lagi".
Sikap pesimis seperti ini dapat menghantarkan anak pada sikap tak berdaya dan depresi.

Beberapa kata yang mencirikan sikap pesimis : " selalu, tidak pernah, seharusnya, tidak bisa".

Yang perlu selalu kita ingat, dunia tidak selalu menawarkan hal-hal indah pada manusia. Kita bisa menghadapi saat yang menggembirakan seperti juga hal-hal yang buruk dapat datang pada kita. Anak-anak memerlukan bantuan kita untuk mempelajari bagaimana cara menimbang-nimbang berat ringannya suatu keadaan secara realistis sehingga mereka dapat mengambi keputusan dengan tepat dan aman. Anak-anak boleh memutuskan tidak melakukan sesuatu apabila mereka telah mempertimbangkan bahwa apa yang harusnya mereka kerjakan tersebut membawa keburukan atau bahaya bagi mereka. Dalam hal ini, tindakan mereka tidak dikatakan sebagai sikap pesimis.

Apa yang Dapat Dilakukan oleh Orang Tua?
  • Jadilah contoh yang baik - biarkan anak-anak mendengarkan kita saat memotivasi diri sendiri dan berbagilah sellau pikiran positif kita dengan mereka.
  • Ajari anak-anak membuat keputusan realistis. Jika suatu hari, misalnya mereka datang dengan mengatakan " saya menyerah terhadap matematika", maka kita dapat mengatakan kepada mereka " katakan pada bunda/ayah apa yang benar-benar kau kuasai". Setelah berbincang dengan mereka tentang hal-hal positif, carilah cara memperbaiki kemampuannya dalam matematika dan bicarakan dengan mereka tentang bagaimana melakukan yang terbaik dan tidak harus kita memenangkan segaa sesuatu di setiap waktu.
  • Katakan hal-hal positif dengan beragam cara untuk menekankan aura positif dari suatu kondisi.
  • Orang tua dapat menggunakan karakter dalam film/video/cerita-cerita untuk menginspirasi anak mengalahkan sikap pesimis, misalnya kisah Simba dalam film animasi The Lion King, yang pada mulanya takut dan pesimis untuk kembali ke negerinya namun kemudian berhasi mengalahkan rasa pesimisnya dan berhasil memimpin rakyatnya melawan tokoh jahat dalam film itu dengan gagah berani.
  • Berilah contoh kehidupan nyata tokoh-tokoh terkenal yang pantang mengenal kata pesimis, semisal olahragawan, seniman, pahlawan dan sebagainya.
  • Bantu anak untuk mengeluarkan pikirannya saat ia berpikir tidak berdaya/lemah dan kapan saat ia berpikir bahwa ia bisa/mampu. Lalu ajaklah mereka untuk memperkuat pikiran positifnya yaitu saat ia berpikir bisa/mampu.

sumber: general parenting, department communication, quensland government 

Temukan pentingnya membangun sikap optimis pada anak-anak disini


Senin, 23 April 2012

Kala Bunda Harus Bekerja Penuh DI Luar Rumah...

http://danardoyle.files.wordpress.com/2011/11/super_mom_action_figure2.jpg 
http://danardoyle.files.wordpress.com/2011/11/super_mom_action_figure2.jpg
Bekerja penuh di luar rumah? Oh nooo... :p..:p....
Sebaik-baiknya wanita memang adalah mereka yang berada di rumah. Akan tetapi, tentu tidak semua bunda bisa menikmati indahnya keseharian dengan berada di rumah dimana teristimewa mereka sepenuhnya bisa memusatkan perhatian pada pertumbuhan dan pendidikan si buah hati. 
Bagaimana jika kita menjadi bunda yang memilih untuk bekerja penuh di luar rumah atau "terpaksa" melakukannya karena memang kondisi keluarga masih membutuhkan dukungan peran bunda yang bekerja?. Apakah dengan menjadi bunda yang sebagian waktunya dihabiskan di luar rumah dan jauh dari anak-anak pasti menjadikan kita bunda yang lebih buruk ? yang harus selalu menanggung stress tingkat tinggi dan pada akhirnya hanya membawa tekanan yang sama buruknya pada orang-orang terkasih kita di rumah. Be tough ladies..setiap pilihan langkah memang mengandung konsekuensinya masing-masing. Hanya kita sendiri yang mengetahui batasan diri kita dari segi fisik dan mental serta bisa mengelola diri kita seoptimal mungkin sampai batas yang bisa kita toleransi.

Stress???
Bayangkan kita adalah bunda bekerja yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya. Untuk mencapai kantor yang berjarak 30 km jauhnya dari rumah (jika kita bertempat tinggal di wilayah Bodetabek) kita mesti meninggalkan rumah pagi buta dan kembali setelah hari gelap. Berkawan dengan kemacetan adalah keseharian, penat dan letih jadi makanan sehari-hari.Belum lagi jika pekerjaan kita di kantor menuntut keahlian tingkat tinggi. Bagaimana dengan rumah kita? Saya yakin tak ada bunda yang sanggup berkonsentrasi hanya ke satu hal. Jika kita adalah bunda bekerja, pikiran dan hati tetap saja akan terbagi-bagi antara urusan kantor dan urusan rumah. Jujurlah pada diri sendiri, bahwa suami dan anak-anak tetap memenangkan hati dan pikiran kita.

Kalau saja bunda hanya memandang dari satu sisi, betapa repotnya mejadi bunda yang bekerja. Betapa menyedihkannya meninggalkan anak-anak setiap hari. Tak akan bisa kita bertahan dalam hitungan hari. Bagaimana jika harus??? . Selalu ada pilihan bukan? bagaimana jika pilihan kita adalah berdamai dengan keadaan. 

Bersyukur dan Bersabar
Apapun layak disyukuri. Jika saat ini sehari-hari bunda  harus bekerja penuh di luar rumah, bersyukurlah, karena banyak orang lain yang memerlukan pekerjaan tapi tak mendapatkannya. 
Jika bunda merasa saat ini bukanlah hal terbaik bagi bunda dan keluarga, maka bersabarlah. Sabar adalah saat kita tetap melakukan sesuatu atau menghindari melakukan sesuatu semata karena kita menginginkan sesuatu yang lebih baik. Jika saat ini misalnya kita belum bisa berada di rumah penuh mengasuh anak-anak, dengan tetap bekerja kita mungkin bisa memberikan yang lebih baik bagi mereka di kemudian hari. Misalnya dengan menyediakan cukup dana pendidikan bagi mereka.

Soal Waktu 
 Waktu Untuk keluarga
Ada opini seorang ahli parenting yang menyatakan bahwa tak ada yang namanya "quality time", bagaimanapun "quantity is the best", jlebbb.. menohok sekali kan bunda? Padahal senjata para bunda yang bekerja adalah menjadikan waktu yang ada sesingkat apapun itu menjadi saat-saat yang berkualitas jika kita berada di tengah keluarga. Lalu bagaimana? yah..jangan berpegang pada satu pakem atau opini seseorang saja. Bunda yang paling tahu bagaimana menangani anak-anak dan keluarga di tengah kesibukan, apakah selama ini mereka tetap merasakan keindahan sebagai satu keluarga dengan berbagai cara kita menciptakan quality time, jika ya, stay on the track..dengan pilihan kita, cara itu menjadi yang terbaik yang dapat kita lakukan. Bagaimanapun pekerjaan menyita waktu kita berusahalah tetap memegang kendali dalam urusan rumah.  Beberapa cara mengoptimalkan waktu itu misalnya:
  • Menyisihkan waktu sebelum berangkat kerja untuk menyiapkan keperluan anak-anak sekolah seperti menyiapkan seragam, sarapan atau bekalnya (termasuk untuk suami tercinta juga lho..^^)
  • Jika bunda tak lagi sempat memasak, minimal kitalah yang menyusunkan menu selama seminggu, menentukan bahan yang perlu di beli di pasar misalnya, atau mungkin kita lebih nyaman jika kita sendiri yang berbelanja keperluan rumah sepulang bekerja atau di saat libur. Asisten rumah tangga tetap melakukam tugasnya berdasarkan arahan kita.
  • Menemani anak-anak belajar. Sekalipun kita sudah memanggil guru les ke rumah atau mengirim anak-anak ke tempat bimbingan belajar, acara belajar bersama bunda selayaknya di jadualkan, sekalipun misalnya hanya untuk meneliti jawaban pekerjaan rumah atau menemani membaca buku atau membaca Al-Quran.
  • Bersantai sepulang kerja bukan berarti kita harus sendiri. Sadarilah setiap waktu bersama akan sangat berharga, Jadi hargai waktu bercanda dan berbincang bersama anak dan suami layaknya "me time".
Waktu Untuk Diri Sendiri
  • Kemacetan jadi biang stress?? Tinimbang menggerundel tak jelas dalam hati lebih baik berdzikir. Jika bunda suka membaca, bagus juga mengisi waktu saat terjebak kemacetan dengan membaca. Ada lho teman saya yang mengkhatamkan Al-Quran hampir sebulan sekali karena rajinnya bertilawah saat di perjalanan. Jika bunda menyetir mobil sendiri?, bersahabatlah dengan program radio atau CD yang edukatif, hingga kita bisa tetap belajar sesuatu.
  •  Nggak usah terlalu sedih atau kelewat melankolis jika misalnya kita tak bisa sering-sering sekedar hang out bersama teman atau memanjakan diri di salon atau spa. sepulang kantor atau di akhir pekan. Ayolah..bukankah saat lajang adalah masanya kita memaksimalkan "me time"???..Saat kita memilih berkeluarga, maka sadarilah waktu kita terbaik adalah bersama mereka. Jika kita bisa sangat bersemangat dan gembira bersama teman, kenapa tidak dengan suami dan anak-anak?. Jika memungkinkan, atur acara bareng teman yang memunkinkan kita tetap bisa mengajak anak-anak atau suami.
Soal Komunikasi
Gunakan setiap kesempatan yang mungkin untuk berkomunikasi dengan orang rumah atau orang-orang terdekat:
  • Telepon anak-anak sebelum mereka berangkat ke sekolah, atau sepulang sekolah, atau saat bangun tidur siang, atau saat hari mulai gelap dan kita belum tiba dirumah. Komunikasi juga penting dibangun antara ita dan suami.
  • Jalin komunikasi yang baik dan akrab dengan asisten rumah tangga, tetangga rumah terdekat, keluarga dekat jika ada yang tinggal tak jauh dari rumah kita termasuk guru-guru dan sesama orang tua siswa di sekolah anak-anak. Dengan rapatnya jalinan silaturahmi dengan mereka, semakin dekat dan banyak pihak yang dapat kita percaya untuk turut mengawasi anak-anak.
  •  Ajari anak-anak cara berkomunikasi dengan efektif. Biasakan mendengarkan curahan hati mereka saat kita di rumah. Kenali bahasa lisan dan bahasa tubuhnya. Ajari anak-anak menggunakan alat komunikasi semisal telepon dan komputer dengan sambungan internet. Semakin sering mereka bisa menghubungi kita kapan saja, semakin baik.
Belajar Mandiri
Bukan hanya bunda yang harus cekatan, anak-anak dan para asisten di rumah juga perlu di ajak untuk belajar sama cekatannya dengan kita. Ajari anak-anak untuk terbiasa mandiri sesuai batasan usia dan kemampuannya. Jangan biasakan menyuruh orang lain atau meminta orang lain untuk melakukan sesuatu jikalau mereka sudah mampu. Memiliki asisten di rumah bukan berarti kita lantas terbiasa meminta mereka melakukan semua pekerjaan. Selayaknya kita menyadari bahwa keberadaan mereka adalah membantu kita bukan mengambil alih semua tugas kita. Toh kitalah "ratu dan manajer utama rumah tangga" nya bukan mereka???
Tatkala anak-anak di rumah semakin mandiri, sedikit banyak akan berkurang pula kekhawatiran kita saat jauh dari rumah.
Sadar Kapan Saatnya Berhenti
Jika kita memiliki pilihan yang lebih baik, misalnya dapat berwirausaha dengan tetap menjalankannya dari rumah, atau menjalankan pekerjaan paruh waktu, dengan dukungan dan ridho suami mungkin kita bisa meninggalkan pekerjaan penuh waktu kita.
Atau jika anak-anak sangat memerlukan pendampingan kita secara penuh dan kondisi memungkinkan kita tidak lagi bekerja, maka mungkin pilihan untuk berada di rumah akan lebih baik bagi kita. Atau mungkin, suami lah yang menginginkan kita untuk tinggal di rumah dan menjalani keseharian sebagai ibu rumah tangga saja. Saatnya mengembalikan  pada niat awal dan urgensi kita menjalani pekerjaan penuh waktu di luar rumah :).
Apapun pilihan yang sedang kita jalani, jalani dengan sebaik mungkin dan kelolalah segala risikonya untuk mencapai tujuan mencapai yang terbaik bagi kita dan keluarga.

Bunda bekerja sering terpaksa menitipkan anak-anak pada pihak lain..klik disini untuk ide memilih tempat penitipan anak




"Bunda, apakah aku boleh mencontek?"

 gambar diunduh dari : http://www.babble.com/
Begitulah pertanyaan Kakak dan Little Ayomi suatu sore. Berdua, berdesakkan didepan saya sambil memegang kertas gambar dan pensil warnanya masing-masing.  Pertanyaannya dalem banget nih , pikir saya sebelum menjawab. Melihat raut wajah keduanya, kelihatannya mereka berdua habis beradu argumen tentang sesuatu. "Kata kakak, aku gak boleh nyontek, Bun, dosa katanya " begitu Little Ayomi memulai. Kakak dengan wajah serius melanjutkan, "kan begitu ya Bun, kata bu guru aku dulu juga begitu". "Tapi aku mau menggambar seperti kakak" rengek Ayomi. Hehe, ada saja perselisihan kecil semacam ini diantara mereka. Saya akhirnya memutuskan berbincang dengan keduanya.
"Boleh Bunda bilang sesuatu?..kalau menurut Bunda sih mencontek itu boleh saja, ...percaya nggak kalau dengan mencontek, kita malah bisa belajar?"
Kakak Vianka menatap saya dengan kaget, wajahnya menunjukkan akan protes keras. "masa' begitu Bun, memangnya Bunda dulu suka mencontek?" tanyanya galak. 
"Mmm..pernah lah" jawab saya tak bisa menahan tawa.."Sampai sekarang bunda masih suka mencontek lho..misalnya mencontek resep di internet, mencontek cara ayah belajar, mencontek cara ayah membetulkan mobil, mencontek cara teman-teman bunda mengurus bayi kecil."..Little Ayomi menyela, "lho..ayah sama internet sama temen-temen Bunda gak marah kayak Kakak?" tanyanya polos. Saya menggeleng. "Nggak, mereka malah senang, karena bunda jadi ikut belajar dan jadi bisa sama pintar dengan mereka. Mereka suka berbagi ilmunya, nak". Kakak terlihat masygul dan masih belum percaya. Dan mengalirlah obrolan kami sore itu tentang contek mencontek. 

Jadilah saya bercerita bahwa mencontek bila dilakukan dengan benar sejatinya adalah salah satu cara belajar yang efektif. Meniru "cara" orang lain atau makhluk lain melakukan sesuatu merupakan cara orang untuk belajar. Kalau kita tidak mau meniru atau dilarang keras meniru, kita kehilangan salah satu sumber belajar kita. Umat muslim diminta "meniru" tata cara Rasulullah dalam beribadah, dan itu menyelamatkan manusia dari bid'ah. atau melakukan cara ibadah yang tidak ada tuntunannya. Murid di sekolah seringkali diminta meniru cara yang diajarkan oleh para guru dalam mengerjakan soal-soal matematika, misalnya. Anak-anak di rumah diajarkan meniru tata krama yang baik yag diajarkan orang tua mereka. Dalam skala yang lebih kompleks, bahkan saya ceritakan bahwa bangkitnya raksasa ekonomi China salah satunya adalah karena mereka ahli  "meniru" tekhnologi bangsa lain dan memodifikasinya menjadi tekhnologi yang mirip dengan keunggulan tersendiri.

Lalu kenapa ada larangan "mencontek"? Seringkali orang tua atau guru tegas mengatakan pada anak-anak bahwa mereka dilarang mencontek. Mencontek adalah dosa dan keras hukumannya. Betul, mencontek yang ini memang dilarang tatkala anak-anak hanya menyalin atau memindahkan hasil pekerjaan orang lain baik dengan ijin atau tanpa ijin si empunya kreasi, tanpa ada proses belajar didalamnya. Semisal, tanpa repot hanya menyalin pekerjaan rumah teman sebangku, atau mengkopi habis pekerjaan teman saat ulangan di kelas. Perbuatan ini bukan hanya salah karena memaksa orang lain mengerjakan sesuatu untuk anak tetapi juga sama sekali tak berguna bagi si anak karena ia tak bisa mengukur kemampuannya sendiri. Di rumah, anak terbiasa minta dibuatkan sesuatu oleh kakak atau adiknya atau yang lebih parah mengambil hasil kreasi teman atau saudaranya tanpa berusaha membuatnya sendiri. Mencontek "hasil" atau mengklaim "hasil" pekerjaan orang lain sebagai miliknya jelas terlarang.  Termasuk saat kita membolehkan orang lain melakukan hal serupa pada kita. Karena itu  berarti  membuat kita atau teman kita tidak belajar , dan juga  berarti membuka kesempatan bagi mereka untuk menanamkan sikap tak mau mencoba dan menciptakan sesuatu yang lebih baik.

"Tapi kan kalau mencontek jadi gak original" kakak Vianka berpendapat. 
"ya, jika kita benar-benar hanya mencontek hasilnya, bagaimana jika kita memiliki ide untuk membuat hasil kita lebih baik?" sahut saya. Jika kita mencontek "cara" nya lalu menerapkannya, dengan berlatih lebih baik, lama-lama kita bisa menemukan sendiri keunggulan kita yang membuat hasil karya kita berbeda dari yang dibuat orang lain, atau sebelumnya kita menemukan terlebih dulu ide untuk memodifikasi hasil karya orang lain dan membuatnya lebih sempurna. Cara awalnya memang meniru, tapi hasil akhirnya bisa sangat berbeda, dan itu hasil kerja kita juga"

 Penemuan tekhnologi masa kini, banyak didasari oleh tekhnologi yang berhasil ditemukan oleh para penemu di masa lalu. Namun, dengan penambahan fungsi dan ragam detil lainnya, tekhnologi yang sekarang makin canggih dari hari kehari, dan yang terpenting  berhasil menjadi barang yang "baru".

Kakak dan Little Ayomi sudah tak lagi bersitegang. Saya cuma mengingatkan pada mereka, bahwa mencontek itu bisa baik sesuai konteksnya. Jika adik mencontek cara kakak mengerjakan sesuatu, tentu saja boleh. Sebaiknya kakak malah memberikan"contekan" supaya adik bisa belajar hal yang sama dengannya. Kebaikan bagi kakak adalah ia belajar membagi ilmunya, dan itu juga bisa membuatnya lebih baik. Karena sering mengajarkan sesuatu pada adik, ia tak akan lupa ilmunya dan termotivasi untuk belajar hal lain yang membuatnya lebih baik. Bagi adiknya? kegiatan contek mencontek ini membuatnya lebih baik juga, karena berkesempatan belajar hal yang baru. Namun sebaik-baiknya cara belajar adalah mencoba melakukan sesuatu sendiri terlebih dahulu, dan boleh dengan meminta petunjuk dari mereka yang lebih ahli. Disini anak-anak akan tertantang mencoba dan mencoba hal-hal baru untuk dipelajari. Jadi aksi meniru hanya sebagai langkah awal saja, terutama saat anak pada tahap menumbuhkan minatnya pada sesuatu.

"Oke deh..kamu boleh tiru cara kakak menggambar..tapi ide gambarnya harus beda ya.." kata kakak akhirnya. Little Ayomi mengangguk tanda setuju, "asik..ajarin cara mewarnai dengan dua pensil sekaligus itu ya kak.." katanya senang. Done.., perselisihan pun tamat..^^.


Apa yang saya pelajari kali ini?, ah, dari perselisihan anak-anak semacam inilah saya belajar untuk tidak menjawab pertanyaan anak-anak dengan terburu-buru. Selalu temukan hal positif dibalik semua kejadian. Bahkan  kali ini, kami bisa belajar bareng bahwa mencontek tidak melulu berkonotasi negatif..:D..

Jadi bolehkah anak-anak kita sekali-kali mencontek?..;)

Kamis, 19 April 2012

Pilih-Pilih Tempat Penitipan Anak.

Selama lebih dari sepuluh tahun saya menjadi ibu yang juga bekerja penuh di luar rumah. Seperti banyak ibu bekerja lainnya, saya meninggalkan rumah tak lama selepas shubuh dan baru kembali ke rumah selepas maghrib, kadang jika terpaksa bekerja lembur, saya bisa tiba dirumah jauh setelah adzan Isya berkumandang. Jelas-jelas saya terpaksa meninggalkan anak-anak di rumah tidak dibawah pengasuhan langsung saya, melainkan mereka harus dijaga oleh asisten rumah tangga yang merangkap menjadi pengasuhnya. Saya masih cukup beruntung karena kedua orang tua saya tinggal tidak terlalu jauh dari rumah, sehingga terkadang beliau berdua masih bisa menjenguk cucunya sesekali. Banyak teman yang senasib dengan saya tidak seberuntung saya karena mereka tak memiliki keluarga yang tinggal cukup dekat dengan mereka sehingga pilihan untuk menitipkan anak ke pihak lain di luar keluarga menjadi satu-satunya hal yang memungkinkan.

Di waktu lain, ada juga saat-saat saya tidak memiliki asisten di rumah sama sekali. Ditambah dengan suami yang bekerja di luar kota, maka tanggung jawab menjaga anak-anak jatuh ke tangan saya sepenuhnya. Dalam keadaan seperti ini, tekanan berat tentu saya rasakan. Tiap pagi saya harus membawa anak-anak ke tempat kakek-nenek nya yang meskipun jarak rumah beliau kurang dari 3 km, tetap memerlukan usaha tersendiri. Anak-anak dipaksa bangun lebih pagi, tidak bisa menikmati suasana rumah sendiri sepulang sekolah, tidak bisa bertemu teman-teman sepermainannya di sekitar rumah kami dan jelas lebih lelah karena harus bolak balik ke tempat mereka dititipkan.  Repot? jelas..tapi seringkali kita memang dihadapkan pada kondisi seperti itu. Alhamdulillah, selama anak-anak dibawah pengasuhan orang lain baik itu asisten rumah tangga saya ataupun keluarga dekat, mereka masih terhitung baik-baik saja, sejauh saya lihat secara psikologis dan fisik tak terjadi perubahan yang mengkhawatirkan. 

Berikut ini saya sarikan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh orang tua jika terpaksa menitipkan anak-anak pada pihak lain:
Tipe penitipan anak  seperti apa yang kita perlukan?
Untuk menentukan pihak mana yang kita pilih untuk mengasuh anak-anak disaat kita tak dapat melakukannya sendiri kita mesti menyesuaikan dengan kebutuhan keluarga, gaya hidup, anggaran yang tersedia dan juga jarak antara tempat penitipan anak-anak dengan rumah kita.
Full time vs part time
Apakah kedua orang tua bekerja seharian penuh? Apakah kita memerlukan pengasuh yang bisa bekerja lebih awal, bekerja hingga malam hari atau juga bekerja di akhir pekan? dan jika mereka bekerja part time perlu juga dipertimbangkan apakah kita memerlukan bantuan di waktu yang sama setiap hari ataukah kita perlu pengasuh yang bisa bekerja dengan waktu fleksibel.

Berapa anggaran yang tersedia khusus untuk kebutuhan ini?
Menyewa pengasuh anak khusus di rumah kita (baby sitter) dari agen penyedia pengasuh anak bisa lebih mahal dibandingkan menyewa tenaga asisten rumah tangga tradisional yang bersedia tinggal bersama kita berdasarkan rekomendasi orang tua atau kerabat atau teman. Membawa anak ke tempat penitipan anak yang sekarang mulai banyak tersedia dengan tarif per jam atau mingguan bisa jadi pilihan juga jika kita memang telah menyediakan anggaran khusus untuk itu. 

Berapa usia anak kita?
Jika anak berusia dibawah satu tahun perlu pengasuh yang memiliki keterampilan merawat bayi, demikian juga dengan anak usia batita dan balita yang masih hampir selalu perlu pengawasan saat beraktivitas fisik dan kesabaran dalam menemaninya makan, misalnya. Tentu berbeda kebutuhan kita akan pengasuh anak-anak jika usia mereka lebih tua , misalnya bagi mereka yang berusia 6 - 10 tahun.

Apakah anak-anak kita memiliki kebutuhan khusus?
Apakah anak-anak kita lebih suka berada dalam kelompok kecil dengan gaya pengasuhan yang sangat lekat seperti adanya pengasuh di rumah, ataukah mereka cukup nyaman berada di tengah-tengah kelompok yang lebih besar hingga memungkinkan mereka untuk dititipkan di tempat penitipan anak? Hanya orang tua sendiri yang mengerti betul tipe kepribadian anak-anaknya dan dapat menentukan di lingkungan yang seperti apa anak-anak dapat dititipkan sehingga mereka merasa cukup nyaman.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, berikut beberapa pilihan yang bisa kita ambil dalam hal kita memerlukan partner dalam pengasuhan anak-anak:
Anak-anak dapat dititipkan di keluarga lain misalnya tetangga atau keluarga yang menerima penitipan anak

Sekalipun level pengasuhan dan pengalaman mereka dalam mengasuh anak-anak bervariasi, tetapi biasanya dengan pola pengasuhan dalam rumah bersama keluarga yang telah dikenal oleh anak cukup membuat nyaman. Terutama karena sebagai keluarga, tentu tetangga atau keluarga yang dititipi anak-anak juga memiliki nilai-nilai yang hampir mirip dengan keluarga kita. Untuk itu pemilihan keluarga yang dapat diminta membantu mengawasi anak-anak kita perlu kecermatan tersendiri terutama dari segi kesamaan nilai-nilai (kepercayaan, kebiasaan, kedekatan dengan anak). Untuk kebutuhan pengasuhan dalam waktu yang singkat dan fleksibel cara ini bisa menjadi pilihan.

Menyewa pengasuh anak di rumah sendiri
Cara ini merupakan yang paling umum dilakuakn oleh orang tua. Mengingat tingkat keterampilan dan perbedaan latar belakang pengasuh anak yang berbeda-beda, kita perlu lebih hati-hati dalam memilih pengasuh. Selain meneliti latar belakangnya, kita juga dapat meminta bantuan tetangga atau orang terdekat untuk sesekali turut mengawasi aktivitas pengasuh dan anak-anak kita. Tak lupa kita juga perlu menanamkan kebiasaan komunikasi yang baik antara kita, anak-anak dan pengasuhnya di rumah. Anak-anak harus diajarkan cara berkomunikasi yang baik sehingga mereka dapat menceritakan kepada kita dengan jelas setiap kegiatan yang mereka lalui bersama para pengasuhnya. Dengan demikian secara tidak langsung kita bisa mengawasi mereka. Biasakan menelepon beberapa kali sehari selama kita tak berada dirumah untuk berbicara dengan anak-anak dan pengasuhnya sehingga mereka tetap merasa kita memperhatikan keberadaan mereka.

 Menitipkan pada keluarga dekat
Sepertinya cara ini merupakan pilihan favorit bagi para orang tua yang terpaksa menitipkan anaknya. Anak-anak dan juga orang tua merasa lebih aman dan nyaman bila berada di tengah keluarga sendiri seperti di rumah kakek-nenek atau paman-bibi nya. Akan tetapi seringkali orang tua menghadapi kendala juga seperti adanya pola pengasuhan yang berbeda. Karena anak lebih sering berada di rumah kakek-nenek misalnya, orang tua menjadi lebih sulit menerapkan gaya pengasuhan sendiri. Tabahan pula, karena kedekatan hubungan keluarga dan alasan menghormati orang tua (kakek-nenek) para orang tua sulit bertindak tegas untuk mengingatkan keluarga dekat bila terdapat hal (dalam pola pengasuhan anak) yang kurang berkenan.

Tempat Penitipan Anak
Saat ini Tempat Penitipan Anak (TPA) sudah banyak berdiri, terutama di daerah sekitar tempat perkantoran berdiri. Orang tua sering merasa lebih fleksibel untuk menitipkan anak di TPA, karena bisa tetap menemani anak-anak sesekali saat jam istirahat bekerja misalnya, dan tetap berama-sama anak saat berangkat dan pulang bekerja. Kendalanya adalah anak menjadi lebih lelah karena harus menjalani perjalanan pergi pulang ke TPA dan menjadi tidak memungkinkan bagi anak-anak yang telah memasuki usia sekolah sementara di sekitar TPA tidak terdapat sekolah yang tepat bagi mereka.

Program Pra Sekolah
Agak berbeda sedikit dari TPA, program pra sekolah menawarkan kurikulum khusus bagi aktivitas anak-anak. Jadi tidak hanya sekedar menitipkan anak saja, anak-anak juga mendapatkan pendidikan dini sesuai kurikulum yang ditawarkan. Perlu diingat bahwa TPA dengan program pra sekolah ini memerlukan biaya yang lebih mahal.



referensi : http://childcare.about.com/

Menteri Kebersihan Menteri Idola Kami ^^

Dicari-cari di kamus politik se- Indonesia Raya nggak bakalan ketemu nih title menteri yang satu ini. Menteri yang satu ini cuma "mengabdi" di rumah saya, halahhh..:D..kok ya hebat banget gitu loh di rumah ada menterinya..iya lah suka-suka saya sebagai vice president (President-nya tentu aja yang mulia, ganteng, bijak dan baek hati Papa Bear..ayahanda Kaka Vianka, Little Ayomi dan Jendral Aliy..:D)..membisiki Pak Presiden menunjuk dan mengangkat sang Menteri untuk membantu tugas domestik di rumah kami.

Adalah Kakak Vianka yang saat ini menduduki jabatan penting dimaksud. Sebagai Menteri Kebersihan , dia mempunyai tanggung jawab mengawasi pengelolaan sampah basah dan kering di rumah, mulai dari mengumpulkan, menyortir sampah rumah tangga dan sampah yang layak didaur ulang, mengemas hingga mengawalnya ke tempat pembuangan sampah yang disediakan di sekitar apartemen kami. Di awal masa bertugas, kakak seringkali terlihat berat hati, ogah-ogahan dan kadang terlihat malu, apalagi kalau kegiatan yang melibatkan sampah ini musti dilakukannya pada saat teman-teman sebayanya sedang berkumpul di rumah kami, kesannya gimanaaaa gitu..dapet tugas yang kurang elit begini... Tapi itu cerita lalu ^^..Alhamdulillah, sekarang kakak sudah sangat bertanggung jawab menjalankan tugasnya. Dia paham betul bahwa episode pengangkatannya sebagai Menteri Kebersihan bukan semata-mata hasil kolusi antara Pak Presiden dan Bu Vice Presiden untuk membebani dia dengan tanggung jawab, tetapi lebih dari itu, penugasannya adalah bagian dari pembelajaran yang ingin kami bagi.

Tak mengapa jika anak-anak kita dikenalkan dengan tanggung jawab khusus yang identik dengan dirinya sejak dini. Bukan bermaksud membebani, tapi justru mengajarkan padanya bahwa tidak ada sesuatupun yang bisa dijalankan dengan lancar tanpa adanya tanggung jawab. Demikian juga halnya dalam keluarga. Kakak tentu sudah mahfum, saat ini Bunda punya tanggung jawab menjaga kakak plus dua adik, ada banyak pekerjaan rumah tangga, sementara Ayah harus berjibaku menjalankan tugas-tugas lainnya yang tak kalah penting. Kami tak harus memaksanya menjalankan tugas khusus, tapi dia bisa melihat sendiri bahwa andaikan dia mengulurkan bantuan ikut serta mengelola rumahnya, Bunda dan Ayahnya akan sangat berterima kasih. Maka, pelan-pelan dia menerima tugas barunya sebagai Menteri Kebersihan dengan suka cita. Tanpa disuruh-suruh atau di paksa-paksa dia akan memastikan tugasnya terlaksana dengan baik ^^..
Apa yang bisa kami lakukan adalah mengapresiasi apa yang kaka' lakukan dengan sepenuh hati. Memberinya penghargaan dengan memperlihatkan selalu bahwa kami berterima kasih atas bantuannya.

Ada hal menarik semenjak kaka' didaulat menjadi Menteri Kebersihan..teman-temannya yang sering berkumpul di rumah kami sekarang ikutan mahfum akan tugasnya..sebagai toleransi, mereka akan menunda acara bermain jikalau kaka belum menuntaskan tugasnya, kadang untuk menyemangati, mereka ikutan mengawal kaka' dan kantong2 sampahnya ke tempat pembuangan..tak jarang teman-temannya  juga lantas teringat pada Bunda-Bunda nya di rumah, dan memutuskan untuk turut membantunya melakukan satu dua tugas harian seperti yang kaka' lakukan..kebaikan dan keikhlasan bisa menular juga lho..^^ senangnya..

Semoga, kakak bisa tumbuh dewasa menjadi pribadi yang bertanggung jawab..aamiin..
Ngomong-ngomong, sejak sukses menjadi Menteri Kebersihan..dia sekarang mulai melirik kementerian lain lho..Kementerian Urusan Cuci Piring..walopun untuk seminggu sekali..hehe..lumayaannn..^^. 


Bagaimana bila di rumah bunda tanpa bantuan asisten rumah tangga?..apakah seperti kisah kami ini??

*@ 10.00 pm, ditulis saat sang menteri tertidur lelap

Serunya Menjadi "Ratu" di Rumah Sendiri..^^

Nggak pernah saya bayangkan sebelumnya mengurus rumah dengan tiga orang anak termasuk bayi yang belum lagi satu tahun umurnya tanpa bantuan seorang asisten rumah tangga. Yang terbayang pastilah kekacauan dan semua serba tak beres. Maklum selama saya berumah tangga sebelas tahun lamanya hampir selalu saya memiliki orang lain yang membantu saya dengan pekerjaan rumah tangga. Karena saya ibu yang bekerja di luar rumah, maka anak-anak pun selama saya di kantor lebih banyak di urus oleh pengasuhnya. Kalau dihitung-hitung dalam rentang waktu 10 tahun sudah tiga orang yang pernah dengan setia membantu saya. Semuanya Alhamdulillah baik dan cekatan membantu saya mengurus anak-anak. Semuanya berhenti bekerja pada saya dengan alasan menikah, dan hingga sekarang kami tetap berhubungan baik dan menjadi layaknya keluarga.

Setahun belakangan saya kebetulan mengambil cuti panjang dari pekerjaan dan ikut menemani suami yang sedang menjalankan tugas belajar di Australia. Disini saya bertanggung jawab penuh mengurus rumah dan anak-anak. Terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah sepulang kantor saja, disini saya harus melakukan semuanya sendiri sepanjang hari. Mulai membersihkan rumah, mencuci pakaian, mencuci piring, memasak, membersihkan jendela, sampai membuang sampah. Belum lagi urusan menemani anak-anak belajar dirumah, untuk kakak dan little Ayomi sudah banyak kegiatan yang mereka perlu mereka lakukan untuk memenuhi minat belajarnya, dan sering saya harus membantu mereka melakukannya. Ketika anak-anak saya kirim ke sekolah publik disini, maka tugas saya pun bertambah, mengantar dan menjemput anak-anak. Disini anak-anak dibawah usia 13 tahun (mid school) dilarang turun ke jalan tanpa pendampingan orang tua, kecuali jarak rumah dan sekolah sangat dekat. Kebetulan rumah kami berjarak lebih dari 1,5 km, sehingga anak-anak harus selalu ditemani saat berangkat dan pulang sekolah. Lengkaplah sudah daftar tugas saya, apalagi jika ditambah dengan kegiatan berbelanja harian, pas betul :D..kalau cuma dipikir saja tak akan terbayang bagaimana cara menyelesaikannya..:D. 

Beruntung saya, suami sangat suportif. Di tengah kesibukannya ia selalu mencoba meringankan tugas saya di rumah. Urusan berbelanja bahan makanan misalnya, lebih sering dilakukannya sepulang kuliah. Kebetulan letak pasar Adelaide yang menjual sayur mayur dan daging halal berada antara rumah dan kampusnya. Lebih mudah dan murah memang jika ia yang melakukan aktivitas ini, minimal saya tak harus mengeluarkan ongkos bus untuk ke pasar :p. Jadilah ada cerita baru bagi kami, "daddy goes to the market" ;)..hal baru yang dulu tak pernah ia lakukan, berbelanja di pasar tradisional layaknya ibu-ibu. Ah, ternyata ia sangat cekatan dalam urusan berbelanja , saya pun mengaku kalah dalam urusan satu ini.

Di rumah, kakak dan Ayomi lama-lama muncul juga inisiatifnya membantu pekerjaan rumah. Urusan merapikan kamar misalnya, tanpa di suruh lagi setiap pagi sudah mereka lakukan sebelum berangkat sekolah. Setiap selesai makan, anak-anak mencuci sendiri piring dan gelas yang habis digunakannya, dan kakak suka rela membantu memilah sampah rumah tangga antara sampah basah dan sampah layak daur ulang serta membuangnya ke tempat sampah dibantu little Ayomi (cerita tentang menteri kebersihan kami ada disini). Kadang-kadang, saat saya mencuci pakaian, mereka berdua juga turut membantu menjemur atau mengangkat jemuran yang telah kering. 


little ayomi membantu bunda mengeringkan pakaian di mesin pengering

Saat baby Aliy lahir, "keramaian" dalam rumah kami pun bertambah. Waktu saya banyak tersita untuk mengurus bayi kecil kami, akibatnya urusan pekerjaan rumah agak terganggu. Saya mesti mengatur jadual baru untuk mengerjakan semuanya tanpa melewatkan waktu menemani anak-anak belajar. Sejak awal, baby Aliy sudah saya kondisikan untuk selalu ikut kemana saya pergi termasuk mengantar dan menjemput para kakak di sekolah. Jadi setiap hari ia, sejak berusia 3 bulan sudah pergi dan pulang sekolah ^^. Seiring pertambahan usianya, saya lihat ia malahan suka sekali jika saya mengajaknya keluar rumah. Ia tumbuh menjadi bayi yang senang bersosialisasi. Kesempatan setiap hari mengunjungi sekolah kakak menggantikan waktu-waktu bersosialisasinya yang sedianya saya rencanakan akan dihabiskan di kelas-kelas khusus bayi di community centre . Di sekolah kakak ia banyak bertemu ornag-orang baru, teman, guru-guru kakak dan sesama orang tua yang mengantar dan menjemput anak-anak mereka. Kami kerap bertegur sapa dan mengobrol. Bagi baby Aliy ini adalah caranya mengenal dunia baru. Termasuk saat saya ajak ia berkeliling sekolah kakak yang memiliki taman luas untuk bermain dan kebun berisi pohon-pohon yang ditanam para murid sebagai bagian dari proyek science mereka. Ia jadi bisa mengenal banyak warna dan mendengar suara burung-burung yang banyak hinggap di pohon-pohon itu. Sambil menyelam minum air kan? Tugas antar jemput dan kegiatan belajar baby Aliy bisa saya satukan.

Bagaimana urusan memasak? Ini salah satu yang membuat saya agak repot. Dengan selera masing-masing anggota keluarga yang berbeda-beda, sulit memenuhi keinginan mereka satu persatu dengan waktu yang terbatas. Memasak untuk sarapan dan menyiapkan lunch box untuk ayah, kakak dan little Ayomi saya lakukan pagi-pagi setelah shubuh. Untuk sarapan kami kini sudah terbiasa menyantap makanan yang mudah semisal roti isi, susu dan kopi serta sereal. Terkadang ayah atau saya memasak menu sekaligus untuk sarapan dan bekal seperti mi goreng jawa, bihun goreng atau nasi goreng. Ide memasakn 30 menit ala chef di televisi jadi andalan kami sehari-hari ^^. Di akhir minggu, biasanya sabtu, saat ayah bebas tugas kuliah, saya bisa meluangkan waktu menyiapkan makanan dalam porsi besar untuk bisa saya simpan selama beberapa hari. Misalnya membuat ayam ungkep bumbu kuning, rendang telur, beef rolade, siomay/pangsit, dan pempek untuk cemilan anak-anak. Jenis masakan seperti ini bisa sangat membantu di hari-hari sibuk saya. Ayam ungkep bumbu kuning misalnya, bisa saya sulap menjadi berbagai masakan lain, mulai ayam goreng tepung, ayam goreng bumbu cabe ijo,  opor ayam, ayam kecap, sampai bubur ayam. Pokoknya pintar-pintar saja memadu padankan bumbu pelengkap buat menjadikannya jenis masakan baru ^^.

Bagaimana dengan acara belajar bareng kiddos? Saya dan anak-anak membuat kesepakatan, bahwa mereka bebas bereksplorasi dan belajar apa saja dengan dukungan fasilitas yang ada di rumah, memanfaatkan buku bacaan dan internet untuk kepentingan belajar sendiri, jika ada yang tidak dipahami atau ingin berdiskusi mereka bebas datang kepada saya kapan saja, sekalipun saya sedang mengerjakan sesuau. Jadi urusan belajar pada umumnya mereka lakukan mandiri, kecuali untuk urusan membaca saya sediakan waktu khusus, di sore hari sambil menunggu ayah pulang, dan sebelum mereka bermain keluar rumah, saya terbiasa duduk bareng anak-anak dan mendengarkan mereka membaca. Kami saling berbagi cerita dan berdiskusi mengenai isi buku yang mereka baca. Maklum, di rentang usia 5- 10 tahun, anak-anak memang masih dalam taraf "belajar membaca" bukan cuma urusan melafalkan bacaan tapi juga memahaminya dan itu memang butuh pendampingan orang tua. Hal lain  yang mempunyai jadual khusus adalah sholat berjamaah dan membaca Al-Qur'an selepas maghrib, saat kami satu keluarga bisa berkumpul bersama-sama dan saling menyimak bacaan masing-masing. Saat kami sama-sama belajar mendengar dan saling membetulkan jika masing-masing alpa berbuat kesalahan. Hari-hari saya bersama anak-anak pun ditutup saat mengantar mereka ke tempat tidur untuk beristirahat di malam hari. Momen ini biasa kami gunakan untuk berdoa bersama.

Sejauh ini, rumah kecil saya ternyata baik-baik saja. Tanpa sosok asisten rumah tangga khusus yang membantu saya, seluruh anggota keluarga malahan makin kompak, anak-anak terasah inisiatif dan semangat kerja samanya, kami semua makin cekatan dan yang jelas ternyata rumah kami tak terlalu kacau balau penampilannya ^^. Kalau sesekali saat terlalu lelah, rumah tampak berantakan, kami lebih memilih menikmatinya saja, tak ada tekanan untuk terlalu memusingkan hal-hal sepele yang menaikan urat syaraf. Toh, nanti kami bersama-sama juga bisa merapikannya dan kembali lagi, ternyata, saya bisa belajar banyak justru saat saya menjadi ibu rumah tangga penuh. Belajar mengatur waktu, belajar menjadi partner dan bagian dari tim, menularkan semangat team work pada anak-anak, belajar sabar, dan yang jelas belajar menghargai bantuan orang lain. Satu hal lagi yang merubah cara berpikir saya, ternyata menjadi ibu yang penuh tinggal di rumah tak lebih mudah dan ringan dibanding menjadi ibu yang bekerja :).

Saya kadang masih merindukan para asisten rumah tangga saya dulu, dalam hati tak putus saya berterima kasih pada mereka yang telah banyak membantu saya dan berharap mereka menjalani hari-hari mereka   sekarang sama "menarik" nya dengan hari-hari saya ^^. 

Bagaimana saat bunda perlu menitipkan anak-anak pada pihak lain ? beberapa pertimbangan yang perlu diambil bisa dilihat disini

Minggu, 15 April 2012

Tips Berbicara Dengan dan Mendengarkan Anak Usia Pra Sekolah


Kadang saat kita sedang sibuk bekerja, si kecil datang pada kita dan dengan antusias bercerita tentang pengalamannya, atau bertanya tentang sesuatu yang menarik perhatiannya atau meminta kita menjelaskan sesuatu.  Karena sibuk, kita terkadang menjawab sekenanya saja, atau kalaupun kita telah menjelaskan panjang lebar pada mereka, mereka masih kembali menanyakan hal yang sama.

Berbicara dengan anak usia pra sekolah memang perlu seni tersendiri :). Jika kita sebagai orang tua tidak cukup sabar, anak-anak akan kehilangan kesempatan belajar dari interaksi dengan kita. Berikut beberapa tips ngobrol dengan si kecil yang saya intisarikan dari Raising Children Network:
  • Seringlah mengulang informasi atau kata-kata kita. Anak di usia pra sekolah suka sekali dengan cerita yang diulang-ulang, sebab hal ini membantu mereka mengerti lingkungan sekitarnya dan menguji imajinasi mereka dengan menggunakan skenario yang telah dikenalnya dengan baik.
  • Saat kita mengerjakan sesuatu, dan si kecil berbicara pada kita, sebisa mungkin berhentilah mengerjakan pekerjaan kita, dan berikan perhatian penuh padanya. Setiap kesempatan seperti ini adalah momen yang bermanfaat bagi hubungan anak dan orang tua.
  • Saat anak menceritakan sesuatu pada kita, ringkaslah kembali cerita mereka dan ceritakan kembali padanya, sehingga ia tahu bahwa kita mendengarkannya dengan sepenuh hati.  
  • Mengangguklah, tersenyum dan tunjukkanlah rasa kasih sayang pada anak saat ia bercerita pada kita untuk memperlihatkan bahwa kita memperhatikannya.
  • Gunakan juga frase sederhana semisal "benarkah?", "lanjutkan", "terus" atau "lalu apa yang terjadi?" dan sebagainya, untuk membangun nteraksi dengan si kecil dengan menyimak ceritanya.
  • Biarkan anak menyelesaikan ceritanya dan jangan berusaha menginterupsi atau menunjukkan bahwa kita ingin ia cepat-cepat mengakhiri ceritanya.
  • Saat berbicara pada si kecil, gunakan kata-kata yang singkat dan jelas untuk mengemukakan maksud kita. Hal ini untuk menghindari kebingungan pada anak. Anak-anak mungkin belum paham kata-kata berbau lelucon atau sindiran. Kemungkinan mereka menyalahartikan kata-kata kita sangat besar dan mungkin menimbulkan sakit hati pada mereka jika mereka tidak paham sepenuhnya jika kita hanya bercanda, misalnya.
  • Orang tua juga bisa menyampaikan suatu pesan yang sama beberapa kali dengan cara yang berbeda untuk membantu anak memahami apa yang kita inginkan dari mereka.
  • Jawablah si kecil yang bertanya "mengapa?" dengan menyertakan penjelasan dalam jawaban kita, misalnya "kita tidak boleh mengendarai sepeda di jalan raya seenaknya, sebab, kita bisa tertabrak kendaraan lain yang sedang melintas di jalan raya".
  • Doronglah mereka bersikap baik dengan banyak menyampaikan banyak pesan positif dan jelaskan pada mereka bahwa kita sangat bahagia memiliki mereka.
  • Pastikan bahasa tubuh kita dan mimik wajah kita positif saat berbincang dengan anak-anak. Hal ini pentng agar mereka tidak salah menangkap arti pesan  yang ingin kita sampaikan.

Ngobrol Bareng Dengan Anak Usia Pra Sekolah

Ayomi (5,7 yo) sedang suka bercerita. Ceritanya macam-macam, dan kalau ia sudah mulai bercerita bisa terus menerus tanpa berhenti. Kadang lucu mendengarnya, karena kosa katanya sering terdengar aneh-aneh dan lucu-lucu, karena ia sering menyebutkan suatu istilah berdasarkan pendengarannya saja dan itu kadang tak lazim atau bukan istilah sebenarnya. Misalnya suatu sore ia nyerocos bercerita di belakang saya yang sedang sibuk memasak. "Bun, really, tomorrow will be my best day because i will give Elma a present because i already win the lab rat game this afternoon because Zihni is lost today so she won't give the present". 
Setengah bingung saya bertanya "so, who will get the present it's you, elma or zihni?"..Ayomi menjawab separuh merajuk "ooo..you don't understand or you're not listening to me Bun..it's me..tomorow is my best day ever"..sahutnya lagi..Oopss..maaf nak, bundamu nggak ngerti karena cara ceritamu dan tatabahasamu yang lucu..:D.  

Saya jadi teringat artikel di Raising Children Network berkaitan dengan perkembangan kemampuan berbahasa pada anak-anak, disana dikatakan bahwa anak-anak berusia antara 3 - 6 tahun atau biasanya disebut usia pra sekolah tiba-tiba sangat suka berbicara pada siapa saja tentang apa saja karena mereka sedang mengembangkan kemampuannya berbahasa dan didorong oleh keingintahuannya yang besar.

Antara usia 3 - 6 tahun kita mungkin sering mendengar anak bertanya mengapa..mengapa dan mengapa. Pada rentang usia ini anak memang telah dapat menggunakan bahasa percakapan sederhana dan dapat menggunakan kata tertentu atau sitilah tertentu untuk memberitahukan keinginan mereka. Seiring dengan berkembangnya kosa kata mereka, mereka juga dapat mengekspresikan perasaan mereka apakah mereka sedang sedih, marah ataukah bahagia, dan ini akan mengurangi kebiasaan tantrum  mereka.

Anak-anak dalam rentang usia ini juga menerima kata apa saja yang mereka dengar secara langsung, tanpa memahami apakah kata-kata tersebut mengandung arti yang kasar atau arti yang tersembunyi/kiasan. Dengan demikian sangatlah bijak jika orang tua terlibat penuh dalam perkembangan bahasa anak-anak dan senantiasa mengawasi lingkungan dimana anak mungkin mendapatkan kata-kata pertamanya.

Bahasa Tubuh si Pra Sekolah
Sama dengan anak-anak usia batita (dibawah tiga tahun), untuk mendengarkan anak usia pra sekolah orang tua masih dapat mengandalkan bahasa tubuhnya dan kebiasan-kebiasaanya sama seperti kita mendengarkan kata-kata yang mereka ucapkan. Sekalipun kemampuan berbahasanya memang berkembang dengan drastis di usia tersebut namun untuk menunjukkan keinginannya anak masih bergantung pada ekspresi wajah, intonasi suara serta gerakan tubuh. Mereka juga masih menggunakan gerakan tubuh untuk berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya.

Bagaimana Anak Usia Prasekolah Belajar
Anak - anak dalam rentang usia ini mengekspresikan diri mereka melalui aktivitas bermain dan berbincang dengan teman sebaya, mereka belajar melalui bahasa tubuh dan melalui melukis atau membuat kerajinan tangan.

Dengan berkembangnya pemahaman mereka akan huungan sebab akibat, meningkat pula ketertatrikannya akan terjadinya suatu peristiwa di sekitar mereka. Anak-anak juga lebih mudah menerima penjelasan dengan lebih baik. Mereka dapat mengerti alasan yang mendasari sesuatu semisal, makan membantu mereka tumbuh besar, berlari membuat mereka lelah dan bensin bisa membuat mobil dapat berjalan.

Apakah di rumah kita masih ada anak-anak seusia ini? Saatnya menemani mereka bereksplorasi..
referensi : raising children network

Jumat, 13 April 2012

Anak-Anak (Ternyata) Juga Suka Rutinitas

Baby Aliy, tujuh bulan usianya saat ini, sudah belajar makan makanan pendamping ASI. Setiap pagi sekitar pukul 8.30 saya biasa menyuapinya bubur atau sereal dengan campuran buah. Setelah dua minggu berjalan, ia sepertinya mengerti bahwa pagi hari ia akan saya sediakan sarapan. Ketika saya "agak" terlambat menyuapinya, ia pun rewel dan menangis. Saya pun belajar bahwa bayi ternyata bisa mengerti rutinitas.
---
Kakak dan Ayomi terbiasa membaca satu buku setiap hari, dan biasanya sekitar pukul 4.30 sore saya menyediakan waktu untuk mendampingi mereka membaca buku. Selain itu, selepas sholat maghrib setiap harinya anak-anak terbiasa belajar membaca Al-Quran bersama saya, sebelum melakukan kegiatan rutin ini, kami sepakat mereka tidak diijinkan melakukan hal lainnya Jika karena satu atau dua hal, saya berhalangan menemani mereka membaca, mereka akan terpaksa menunggu ayah pulang dan menemani mereka. Namun, tentu saja perubahan jadual membaca ini akan merubah jadual lain yang biasa mereka lakukan minimal menggeser  waktunya, dan bagi mereka hal ini ternyata dianggap tidak menyenangkan, karena kadang mengurangi atau menyebabkan mereka kehilangan waktu spesial atau waktu luang yang sedianya mereka sediakan untuk mengerjakan hal-hal yang mereka sukai.
---
Sebagai orang tua, saya terkadang tidak menganggap penting apa yang disebut sebagai jadual rutin atau rutinitas anak-anak. Saya sebatas menyampaikan pada mereka hal-hal yang baik dan harus dilakukan oleh mereka setiap harinya. Misalnya, bahwa sholat bagi kami adalah waji hukumnya, oleh karenanya pantang ditinggalkan, dan karena sholat sudah tertentu waktunya, maka otomatis menjadi rutinitas bagi mereka. Selebihnya saya membebaskan kepada mereka dalam menentukan kegiatan yang ingin mereka lakukan sehari-hari. Belajar misalnya, saya membebaskan mereka untuk melakukannya kapan saja dan tidak membatasi materi apa saja yang ingin mereka pelajari. Akan tetapi, ternyata, jika saya perhatikan dari hari ke hari masing-masing anak ternyata telah mengatur "jadual" nya masing-masing. Kakak misalnya, ia lebih suka berlatih matematika terlebih dahulu sebelum pergi bermain dengan teman-temannya di sore hari. Selepas mengaji di malam hari ia akan membaca buku, baru kemudian mengerjakan kesukaannya yang lain seperti meronce atau menggambar desain baju anak-anak. Sementara itu, Ayomi selalu membaca buku, belajar mengeja (spelling) dan berlatih menulis di sore hari, sebelum bermain. Jadi selepas mengaji ia bebas mengerjakan apa saja yang ia sukai. Selain itu, keduanya ternyata menyukai rutinitas kami sebelum pergi tidur, yaitu ngobrol bareng bunda atau ayah dan membaca surat-surat pendek dari juz tiga puluh. Mereka sepertinya enggan pergi tidur sebelum melewati aktivitas yang satu ini.

Jika ada hal yang mengganggu mereka dan menyebabkan mereka tidak dapat melakukan rutinitasnya, anak-anak kelihatan tidak menyukainya. Oleh karena itu, sebisa mungkin saya pun mengatur waktu saya, agar bisa mendampingi mereka belajar sesuai waktu rutin yang mereka inginkan. 

Sama seperti orang dewasa, ternyata anak-anak sangat peduli terhadap rutinitas. Ibaratnya, jika setiap pagi kita terbangun tanpa tahu apa yang akan kita lakukan hari itu, rasanya akan sangat mengganggu. Dari memperhatikan pola kegiatan anak-anak pula saya belajar bahwa membebaskan mereka melakukan sesuatu memang tak salah, namun kadang kebebasan yang tanpa batas justru membuat mereka tak dapat belajar mengendalikan keadaan. Adanya kegiatan yang terstruktur dan terjadual dengan baik membuat mereka lebih dapat mengontrolnya. Hal ini ternyata membuat mereka lebih nyaman.

Hmm..ternyata "rutinitas" tak melulu membosankan bagi anak ya?


Gula vs Gigi Geligi

Apa yang gula lakukan pada gigi geligi kiddos?..hmm..makanan dan minuman bergula berisiko menimbulkan kerusakan pada gigi anak-anak. Kerusakan gigi disebabkan oleh bakteri di mulut yang berinteraksi dengan gula dan sisa makanan yang kemudian memproduksi asam. Asam inilah yang merusak email gigi dan meninggalkan lubang pada gigi. Maka dari itu yang terbaik adalah membatasi konsumsi makanan dan minuman bergula. Selain itu, gula sebenarnya hanya mengandung sedikit gizi, ia merupakan sumber kalori tetapi tidak mengandung vitamin, mineral ataupun serat yang berguna bagi tubuh.

Bukan cuma jumlah gula yang  dikonsumsi yang mempengaruhi kesehatan gigi anak-anak, tetapi juga seberapa sering mereka mengkonsumsinya. Diantara waktu makan sebaiknya  anak-anak dibiasakan mengudap makanan atau minuman rendah gula sebagai snack  misalnya buah segar, sayuran mentah, kacang-kacangan, keju, crackers, atau yoghurt. Sementara untuk minuman, air putih adalah pilihan terbaik. Batasi makanan dan minuman manis hanya untuk waktu tertentu seperti pesta atau akhir pekan.

Waspada terhadap "gula yang tersembunyi"
Kita tida bisa selalu mencicipi terlebih dahulu rasa semua makanan dan minuman hanya untuk mengetahui seberapa manisnya atau berapa kadar gula didalamnya. Biasakan membaca kemasan pembungkus makanan dan minuman untuk mengetahui kadar gula dalam makanan atau minuman yang akan dikonsumsi. Terkadang gula disebutkan dengan beberapa nama yang berbeda misalnya gula putih, gula merah, gula kasar, gula halus, sirup jagung, gula kastor, madu, cokelat, glukosa, sukrosa, fruktosa laktosa dan maltosa. Untuk menemukan berapa banyak kandungan gula dalam produk makanan kita bisa meneliti informasi kandungan gizi pada kemasannya. 

Beberapa contoh makanan dan kandungan gula didalamnya yang umum kita temukan antara lain adalah sebagai berikut:
  • sebuah permen mengandung 1 sendok teh (sdt) gula (1 sdt setara dengan kurang lebih 5 gram );
  • sepotong kue mengandung 4 sdt gula;
  • sebuah biskuit manis mengandung 1 sdt gula;
  • satu porsi jelly mengnadung 4 sdt gula;
  • satu kaleng soft drink mengandung 8 sdt gula;
  • satu gelas sirup mengandung 5 sdt gula;
  • satu gelas jus mengandung 3 sdt gula;
  • satu sdt selai mengandung 1/2 sdt gula;
  • satu scoop  es krim mengandung 1 1/2 sdt gula
 Sarapan dengan sereal
Menyantap sarapan yang bergizi adalah cara yang baik mengawali hari. Saat kita bangun di pagi hari biasanya  anak belum makan apapun selama lebih dari delapan jam dan tuuh dalam keadaan kurang energi. Jika anak menyantap sarapan yang baik maka  anak dapat berkonsentrasi leih baik dan memiliki cukup energi untuk beraktivitas sepagian.
Kita dapat memilih sarapan berupa sereal rendah gula, lemak dan garam serta tinggi kandungan serat. Zat gizi yang di rekomendasikan bagi sereal adalah maksimum mengandung tak lebih dari 20 gram gula per 100 gram sereal atau tak lebih dari 25 gram jika seral tersebut mengandung buah-buahan.

Perhatikan kandungan gula dalam obat-obatan
Terkadang obat-obatan juga mengandung gula. Kita dapat meminta dokter, dokter gigi atau apoteker untuk memberi kita obat yang bebas gula dan tidak bersifat asam. JIka sedang mengkonsumsi obat-obatan, jagalah gigi dengan cara :
  • Minum obat tersebut bersama makanan, jika memungkinkan;
  • Berkumurlah dan oleskan sedikit pasta gigi berfluoride pada gigi. Jangan langsung menyikat gigi segera setelah minum obat. Anak-anak dapat diminta untuk minum air putih jika mereka kesulitan berkumur;
  • Bersihkan gigi dengan sikat berbulu halus dan pasta gigi berfluoride dua kali sehari. Untuk anak-anak berusia 18 bulan - 5 tahun gunakan pasta gigi dengan sedikit kandungan fluoride.

referensi: SA Dental Sevice Health Promotion Unit




Kamis, 12 April 2012

Snack Sehat Buat Kiddos


Anak-anak di rumah suka sekali mengudap makanan kecil. Disela-sela waktu bermain atau belajar biasanya mereka akan menikmati saat istirahat dengan makanan kecil yang disukainya. Makanan kecil memang bisa mulai dikenalkan pada anak-anak saat memasuki usia satu tahun atau lebih. Susah-susanh gampang memang dalam memilih kudapan sehat di sela-sela waktu makan. Berikut beberapa jenis makanan kecil yang sehat dan mudah menyiapkannya yang bisa kita siapkan bagi anak-anak:

  • Kudapan berbahan dasar tepung atau sereal, misalnya sereal dari gandum  yang dimakan bersama susu cair (plain), crackers gandum dengan berbagai topping misalnya keju, alpukat atau krim vanila, roti isi, roti panggang dengan selai atau keju, kebab mini atau spagheti.
  • Kudapan dari sayuran atau buah, misalnya uah potong, salad sayuran atau campuran sayuran dan buah dengan campuran yoghurt atau mungkin juga es buah segar atau buah kalengan dengan jus alami, atau smoothies dan jus buah.
  • Keju potongan atau keju lembaran, telur rebus, kacang panggang, ayam atau daging panggang
  • Bubur kacang hijau, es kacang merah, bubur sumsum dan sebagainya.

Yang perlu diperhatikan dalam pemberian makanan kecil ini antara lain:

  • Waktu pemberiannya yang tidak terlalu dekat dengan waktu makan utama, misalnya untuk snack siang bisa diberikan sekitar pukul 10.00 atau 11.00 jika anak terbiasa sarapan sekitar pukul 08.00 dan makan siang sekitar pukul 1 siang, dan snack sore bisa diberikan sekitar pukul 4 sore;
  • Terkait dengan kemungkinan alergi pada anak, sebaiknya kita berkonsultasi dengan dokter anak mengenai bahan makanan yang cocok diberikan bagi mereka;
  • Untuk menghindari bahaya tersedak untuk anak-anak yang masih batita (berusia tiga tahun ke bawah) sebaiknya jangan berikan makanan bertekstur padat yang berukuran besar misalnya buah anggur utuh, apel dengan potongan besar, popcorn atau permen loli
  • Untuk minuman, bagi bayi yang telah dapat duduk tegak bisa diberikan air minum (air putih)/tap water  dengan cangkir. Susu sapi segar dapat diberikan pada anak yang berusia satu tahun ke atas dan perlu diingat bahwa anak-anak hanya memerlukan 600 ml susu sehari. Bagi anak usia 1-2 tahun bisa diberikan susu full krim sedangkan bagi anak diatas 2 tahun sebaiknya diberikan susu rendah lemak.



Referensi : www.cyh.com