Selasa, 06 Maret 2012

..Saat Kakak Melawan Bullying ...


"I hate her Bun, she always copy what i say and do..the worst thing,.she always claims my works as hers.." Vianka memasang wajah cemberut saat bercerita tentang hal yang tidak menyenangkan hatinya, di suatu sore.Saya sempat kaget juga, mengingat selama ini belum pernah saya mendengar kakak membenci seseorang. Kalau kesal dengan teman atau adiknya atau bahkan saya atau ayahnya, sesekali pernah juga, namun hingga keluar kata "membenci" seingat saya belum pernah. Saya telisik wajahnya, kelihatannya dia sangat kesal dan kecewa pada teman yang satu ini. 

"Seberapa sering temanmu membuatmu kesal begini?" tanya saya
"Sering, dia sering mencontoh pekerjaanku, lalu bilang kesemua teman yang lain, katanya aku yang suka mencontek pekerjaannya" sungut kakak lagi.
"Begitu ya?, apa teman yang lain tau yang sebenarnya?" tanya saya lagi
"Ya, soalnya dia berlaku sama juga ke teman yang lain, sukanya mengambil atau mencontoh pekerjaan orang lain. Kalo kita gak kasih lihat pekerjaan kita, dia ambil dengan paksa, begitu, teman-teman juga gak suka dia Bun, she's really..really annoying" suara Vianka agak meninggi karena marahnya.
"Memangnya kalian nggak bisa menolak kalau dia mencontek paksa begitu?"
"Uhhh..Bunda gak tau sih, dia itu orangnya besar dan kasar, kalo dia gak suka kita, kita bisa kena pukul atau cubit"
"Kapan dan dimana kejadiannya?"
"Di kelas komputerku, aku sih udah bilang sama instruktur ku biar beliau tau kalo ada anak nakal di kelasnya" sahut Vianka
Wah, saya terkaget-kaget lagi, kalau begini ceritanya, mustinya kakak jadi korban bullying nih.

Saya bisa membayangkan kesalnya memiliki teman yang tidak fair seperti itu. Saatnya berbicara dari hati ke hati dengan Vianka, bagaimana mengatasi tekanan teman pelaku bullying.


Penulis, peneliti dan ahli perilaku bullying, Dr. Dan Olweus, mendefinisikan bullying sebagai betuk perilaku, dimana perilaku tersebut mengarah pada perbuatan menyakiti atau menekan orang lain, terjadi berulang kali, dan terdapat ketidakseimbangan kekuatan fisik atau psikologi diantara pihak-pihak terkait peristiwa bullying. 
              
Bullying bisa bersifat fisik (misalnya memukul, mendorong dengan kasar), verbal ( misalnya memanggil dengan panggilan mengejek/buruk), ataupun psikologis (misalnya memanipulasi pertemanan, mengucilkan).
   
     Dalam pergaulan sangat lazim ditemui adanya konflik antar teman. Konflik semacam ini tidak melulu terjadi di sekolah, tapi bisa juga di lingkungan rumah antar teman bermain, teman sebaya atau bahkan juga di rumah antara kakak dan adik atau antara orang tua dan anak. 

     Menurut Dr. Dan Olweus,  kita tidak selalu dapat menyimpulkan bahwa suatu tindakan yang menekan perasaan anak dapat dikategorikan sebagai bullying  atau bukan. Bisa jadi anak kita cuma mendapat ledekan dari teman-temannya (teasing). 

    Jika yang diterima anak-anak sebatas ledekan dari teman-temannya, sebenarnya hal itu merupakan jenis konfrontasi yang bisa membawa dampak positif. Dengan adanya gangguan/ledekan ini, anak-anak dapat menerima kritik yang konstruktif, sebaliknya tindakan bullying  benar-benar suatu tindakan yang tidak dapat diterima.

    Ledekan dari teman kadang dimaksudkan untuk merubah perilaku anak-anak kita yang dianggap kurang pantas . Misalnya, jika anak kita tergolong cengeng, mungkin kita sendiri seringkali  menegurnya dengan mengatakan "Nak, jangan mudah menangis, menangis itu tidak akan merubah apapun" sementara teman-temannya mungkin akan meledeknya dengan mengatakan "ah, cengeng sekali sih kau ini..ayo berhenti dong nangisnya" dan sejenisnya. Bagi anak kita, mungkin yang dirasakannya tetaplah sama dengan jika ia menjadi korban bullying, kedua tantangan dari teman sebaya ini membuat anak mungkin mengadukan "nasib" nya pada orang tuanya seakan dia benar-benar menjadi korban bullying.

Dilain pihak, pelaku bullying bertujuan menjatuhkan atau mempermalukan orang lain. Fokusnya bukan untuk memperkuat hubungan pertemanan dengan berusaha merubah kebiasaan teman yang kurang pantas tadi, melainkan semata-mata ingin mendapatkan kepuasan dengan menyakiti orang lain.

Kembali pada kasus Vianka, saya menganggap tindakan temannya sudah masuk dalam kategori bullying. Saya sungguh tak ingin kejadian ini terus berulang dan berlarut-larut. Sungguh merupakan tanggung jawab saya sebagai orang tua untuk memperkuat pribadi anak-anak saya, mengingat sepanjang perjalanan hidupnya mereka kemungkinan akan bertemu lagi dengan tipe teman yang suka melakukan tindakan bullying semacam ini. Beruntung selama ini komunikasi antara kami dan anak-anak cukup baik, sehingga segala informasi tentang mereka selalu sampai kepada kami dan disampaikan oleh mereka sendiri.

Apa yang saya sarankan pada Vianka kemudian adalah bagaimana menghindari perilaku bullying. Saya minta ia  untuk berani mengatakan "tidak" atau melawan temannya dengan memintanya berhenti melakukan tindakan tak terpuji itu. Jika sulit diminta berhenti, maka sebaiknya dia menghindari si teman, pura-puralah untuk tidak peduli padanya, bahkan saat ia ada didekatmu. Saya juga minta Vianka untuk terus mengkomunikasikan apapun kejadian yang menimpanya pada saya dan ayahnya, sedangkan di tempat dia berkegiatan saya minta dia juga melaporkannya pada orang dewasa yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya, semisal instruktur, tutor atau gurunya. Selain itu saya sarankan ia untuk selalu bersama-sama dengan teman-teman yang lain saat si pelaku bullying berada di dekatnya. Dengan bersama-sama, si pelaku akan enggan melakukan tindakan kasarnya pada kakak.

Sejauh ini saya melihat kakak dapat mengatasi masalah ini. Berangsur-angsur muncul kepercayaan dirinya untuk melawan tindakan tak menyenangkan dari si teman. Sekarang setiap kali saya tanya, apakah temannya itu masih mengganggu, ia menjawab, "sometimes, but i'm not scare of her anymore because everybody knows who she is, and no one can judge me as coppier but her.."..hmmm..syukurlah.

Saya harap Vianka bertambah kuat, sebab tantangan hidup itu tak mudah, dan perlu pribadi yang kuat dan mandiri untuk bisa menghadapi berbagai tantangan di kemudian hari. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar