Rabu, 18 Januari 2012

Bunda, Kenapa Aku Harus Belajar?

Ketika sulung saya Vianka kecil dulu, ia pernah bertanya pada saya "Bunda, kenapa aku harus belajar?". Waktu itu saya menjawabnya tidak dengan serius, sambil lalu saya bilang padanya bahwa kalau dia tidak "belajar" maka ia akan menjadi anak yang "bodoh".Tampaknya jawaban saya cukup untuknya , entahlah kalau kata "bodoh" yang ternyata cukup menakutkan buat anak berusia 3 tahun. Sejak itu, setiap kali saya mengajaknya berkegiatan seperti berlatih membaca, menulis atau membuat prakarya dia selalu menurut. Kelihatannya dia juga menyukai kegiatannya, hingga saya pun melupakan pertanyaannya, dan jawaban yang saya berikan padanya tak pernah mengusik saya.

Bertahun kemudian, di awal usia 6 tahun, ketika Vianka mulai belajar di Sekolah Dasar, dia kembali datang pada saya untuk menanyakan hal serupa, seperti dejavu, dia mengulang pertanyaan yang sama ditengah-tengah waktunya mengerjakan pekerjaan rumah dari sekolah, "Bunda, kenapa aku harus belajar?" tanyanya suatu sore. Saya langsung teringat saat pertama kali ia bertanya dan jawaban apa yang pernah saya berikan padanya. Saya tatap wajahnya yang penuh rasa ingin tahu, dan saya tak lagi menggampangkan apalagi mengabaikan pertanyaannya kali ini.
"Kenapa? menurut kakak kenapa?" saya balik bertanya sekedar ingin mengetahui seberapa tingkat keingintahuannya atas pertanyaan mendasar semacam itu.
"mmm..karena banyak yang aku belum tahu" sahutnya. Melihat saya menganggukkan kepala dia bertanya lagi, "apakah benar jawaban aku Bunda?" Ingin tertawa rasanya, tapi saya urungkan karena tidak ingin mengacaukan keseriusannya "Kakak, nggak ada jawaban benar atau salah untuk pertanyaanmu, kamu tau kenapa?" . Kali ini Vianka terdiam. "Karena setiap orang punya alasan sendiri-sendiri untuk belajar, untuk mencari tahu hal-hal yang mereka belum tahu, ada yang cuma sekedar ingin tahu, ada yang ingin menjadi ahli atau terampil melakukan sesuatu ada juga yang melakukannya karena harus" saya mencoba menyampaikannya dengan bahasa sederhana. "Apa kalau aku tidak belajar aku menjadi bodoh Bunda?..dulu Bunda bilang kalo kita nggak belajar maka kita jadi bodoh" katanya lagi. Vianka kecil mulai suka berdiskusi rupanya. Ah, malu hati saya jadinya. Teringat jawaban saya yang menakutkan untuk balita dengan mengucapkan kata "bodoh" sebagai akibat dari mereka yang tak suka belajar. Sederhana katanya, namun ternyata efeknya tidak sederhana.
"Kakak masih ingat jawaban bunda dulu ya?..maaf ya nak, dulu Bunda tidak menjelaskan yang benar"
"Loh, memang jawaban yang benar apa Bun?"
"Karena kakak sekarang sudah mengerti, Bunda bisa bilang begini, belajar itu kebutuhan kita nak, sama dengan kalau kita lapar kita butuh makan, kita haus kita butuh minum, nah, kalau kita ingin tahu sesuatu kita butuh belajar"
"Mmmm, jadi kalau kita tidak tahu dan gak belajar, kita jadi tetap gak tahu yah Bun.." Vianka berusaha menyimpulkan. "Jempol.." sahut saya."Apa kalau kita tetap gak tau itu namanya bodoh?" tanyanya lagi. Aha,..lagi pertanyaannya tetap menjurus nih. Sempat membuat saya berpikir keras mencari jawaban yang cukup bijak buat anak usia 6 tahun.
"Nggak juga kak, kalau seseorang tidak tahu dan dia tidak belajar mencari tahu, maka dia akan tetap tidak tahu, tapi Bunda nggak bilang kalau orang yang seperti itu bodoh, karena mungkin dia akan mencari tahu di lain waktu. Demikian juga, ada orang yang sudah berusaha belajar tapi dia tidak dapat memahami atau mengetahui dengan lebih baik hal-hal yang dia pelajari, dia nggak bodoh, dia mungkin cuma butuh waktu lebih lama untuk belajar"
Vianka mengerutkan keningnya, jawaban saya mungkin terlalu rumit buat dia, tapi lalu dia kembali semangat bertanya.
"Kalau aku nggak ingin tahu apa-apa berarti aku nggak usah belajar dong ya" katanya sambil tersenyum lucu. Wah, repot juga kalau kesimpulannya seperti itu. Saya balas dengan meledeknya, " yakin nih kakak nggak ingin tahu apa-apa?. Kalau kakak lihat sepeda Bunda, kakak kan selalu ingin coba? atau kalau diberi uang jajan oleh nenek, kakak selalu ingin tahu berapa jumlahnya, atau kakak ingin bisa menggunakan blender setiap kita buat jus strawberry?" sahut saya. Kali ini mata Vianka kecil berbinar-binar, "iya ya, berarti aku itu selalu ingin tau, berarti aku harus belajar terus yah Bun" katanya..
"Toss"..teringat saya kami saling memberikan telapak tangan tanda sepakat.

Hari ini, 3 tahun setelah diskusi saya dengan Vianka kecil, saya jadi kembali mengingat momen itu, penyebabnya sederhana, kemarin malam saat saya mengantarnya ke tempat tidur, dia dengan enteng bertanya "Bunda, apa Bunda belajar sesuatu setiap hari?"..ah, akan jadi diskusi panjang kali ini. Semalam saya cuma sempat mengacak rambutnya, dan berjanji akan menjawabnya esok hari.

Benar ternyata, belajar itu memang wajib sepanjang hayat. Dan siapa bilang, setelah menjadi tua kita oleh mengurangi porsi belajar? Buat saya,  sejak menjadi orang tua, dengan hadirnya anak-anak justru "memaksa" saya belajar lebih banyak..:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar